Mohon tunggu...
Rion Nofrianda
Rion Nofrianda Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Berbagilah Kisah Kita Tak Sama

Tertarik pada bidang psikologi, pengembangan diri, wisata dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Inspiratif: yang Penting Ada

14 Maret 2023   19:00 Diperbarui: 14 Maret 2023   21:09 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pantofel (Pexels/Lukas)

Program Pengenalan Kampus (P2K) dimulai pada Agustus beberapa tahun lalu. Mail satu dari ribuan mahasiswa baru yang ikut dalam program wajib sebagai awal langkah menjadi manusia dengan status baru "MAHASISWA". Mail berasal dari salah satu daerah di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Menaiki Perahu Boat menyusuri sungai Indragiri, 1-2 jam perjalanan terlebih dahulu untuk sampai di Ibu Kota Kabupaten, Tembilahan sedangkan jarak tembilahan dari Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru lebih kurang 291 KM perjalanan dengan waktu tempuh kurang lebih 7 jam.


Hari kedua sepulang P2K sesaat setelah memasuki rumah.

Mail berucap, "Bang, ada sepatu pantofel kah?"
Panitia meminta seluruh mahasiswa laki-laki menggunakan sepatu pantofel sebagai bentuk kerapian dalam berpenampilan.

"Ada Mail, ujar si abang (sambil menuju rak sepatu di sudut pintu rumah), ini pake aja".

Hari berikutnya Mail menggunakan sepatu pantofel yang diserahkan si abang. Kembali setelah pulang P2K, si abang memastikan kesesuaian sepatu yang digunakan.
"gimana Mail?, sepatunya kebesarankah?", ujar abang
"ya agak longgar bang, sahut Mail".


Memang sepatu yang digunakan Mail itu ukurannya lumayan besar. "pake yang ini aja Mail, (abang memberikan sepatu pantofel yang ukurannya lebih kecil dari sebelumnya), coba Mail", ungkap si abang.
Mail pun kemudian mencobanya.
"gimana Mail? Pas gak?, tanya abang
"ya, ndak apa-apa bang, pake ini aja, yang penting ada", ungkap Mail.

Ungkapan "Yang Penting Ada" sarat akan makna. Sebuah kesederhanaan meski ada kesempatan untuk bermewah- mewahan tapi tetap menahan, memanfaatkan apa yang ada untuk digunakan.
Manusia takkan pernah merasa cukup, melihat barang baru apalagi mewah mudah takjub, ingin memiliki meski tak begitu sanggup.


Selagi masih bisa dimanfaatkan, selagi bisa digunakan, selagi bisa diberdayakan barang yang kita punya, tak ada masalah bukan? yang Penting Ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun