Mahakam (baca: Blok Mahakam) memang sejak dahulu hingga sekarang sepenuhnya berada dalam teritori Indonesia, tapi selama kurang lebih 48 tahun pengeloaan, bahkan penguasaan sumber gas yang terletak di Kalimantan Timur tersebut  sebagian besar berada di tangan perusahaan asing, yakni Total E&P Indonesie (Perancis) yang bekerjasama dengan Inpex Corp (Jepang). Sekarang Mahakam tercatat sebagai penyumbang gas terbesar di Indonesia. Produksi gas nasional dalam setahun sebesar 7 miliar kaki kubik, di mana 1,5 miliar kaki kubik berasal dari Blok Mahakam.  Sementara itu, Pertamina (gabungan seluruh unit usaha) juga memproduksi sekitar 1,5 miliar kaki kubik (kompas.om, 13 April 2015). Karena itu penguasaan sepenenuhnya atas Blok Mahakam akan meningkatkan secara signifikan ketahanan dan kemandirian energi Indonesia. Peluang itu sekarang terbuka lebar karena sebentar lagi, tepatnya tahun 2017, kontrak bagi hasil pemerintah Indonesia dengan Total-Inpex akan berakhir.
Konstitusi kita mengamanatkan agar kekayaan alam dimamfaatkan sebesar-besarnya demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Artinya, pemerintah berkewajiban mengambil untung terbesar dari pengelolaan sumber daya alam. Tidak ada alasan untuk melakukan sistem bagi hasil dengan pihak lain jika negara mampu mengelola sendiri hasil bumi Indonesia. Karena itu, sudah saatnya Pemerintah mempercayakan sepenuhnya pengelolaan Blok Mahakam kepada perusahaan negara yang berkompeten di bidang tersebut, dalam hal ini Pertamina. Jika itu terwujud, perusahaan milik negara tersebut akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan luar biasa karena kekuatan sebuah badan usaha yang bergerak di bidang energi tercermin dari besar cadangan minyak dan gas yang dikuasainya.
Memang masih ramai diperdebatkan kemampuan pertamina mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam secara finansial dan ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia). Â Perdebatan tersebut merupakan domain para ahli yang menguasai bidang tersebut. Tulisan ini hanya ingin mengetengahkan sebuah kemungkinan terbaik bagi Indonesia dalam semangat nasionalisme dan dari kaca mata awam yang mengikuti mengikuti berita-berita, ulasan dan perdebatan di berbagai media massa tentang Blok Mahakam.
Mencegah Pemburu Rente
Prospek untung besar dari pengelolaan sumur gas Mahakam membuat banyak pelaku bisnis dari dalam dan luar negeri bergerilia memperebutkan kepemilikan saham atau turut berpartisipasi dalam mega proyek tersebut. Sebagai gambaran, seorang pengamat Migas dalam sebuah acara talkshow televisi swasta memperkirakan keuntungan Total E&P Indonesie dari Mahakam tahun lalu mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp. 65 triliun. Karena itu wajar kalau sekarang banyak pihak mempersoalkan kemampuan finansial pertamina untuk menggarap sendiri Blok Mahakam. Mereka berharap dapat menanamkan modal untuk mendapatkan rente (bagi hasil) dari bisnis tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan sebuah majalah nasional, memang tampak jelas bahwa modal yang mesti disiapkan Pertamina untuk mengambil alih Blok Mahakam sangatlah besar. Pertamina harus menyediakan dana pengelolaan (participating interest) sekitar US$ 3 miliar atau sekitar Rp. 38 triliun per tahun. Dengan umur produktif sumur gas Mahakam sekitar 6 tahun, berarti Pertamina harus menyediakan dana sekitar Rp. 230 triliun (Tempo, Edisi 6-12 April 2015).
Jika perhitungan di atas benar dan Pertamina terbukti tidak mampu menyediakan dana sebesar itu, tidak berarti pintu mesti dibuka bagi pemodal asing atau pebisnis dalam negeri yang hanya memikirkan untung pribadi. Sebaiknya kerjasama dilakukan dengan perusahaan-perusahaan milik negara agar keuntungan dapat utuh dinikmati negara. Perusahaan milik daerah (BUMD) juga pantas digandeng sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa kontraktor minyak dan gas wajib menawarkan participating interest sebesar 10 % kepada daerah. Dengan cara inilah pemburu rente dapat dicegah dan Mahakam sepenuhnya berada dalam pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia yang menghidupi semua anak-anaknya.
Anjungan Blok Mahakam di Laut Lepas Kalimantan Timur (kompa.com)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI