Mohon tunggu...
Mario Manalu
Mario Manalu Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis JM Group

A proud daddy

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Belis, Antara Cinta dan Tradisi (Part 10)

16 Desember 2014   04:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:14 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

X

Orangtua Cosmas kembali cemas. Sudah empat hari Cosmas tidak pulang  dari Pulau Komodo, Labuan Bajo. Dia pergi bersama empat orang bule dari Norwegia. Padahal acara tulis nama sebentar lagi akan tiba, tinggal 3 hari lagi sebagaimana telah disepakati dengan keluarga Anna.

“Tenang saja Mama. Saya pasti kembali tepat waktu. Tidak usah terlalu kahwatir” kata Cosmas melalui hp.

“Mama percaya, sayang. Tapi jangan terlalu lama pulangnya ya. Tidak usah terlalu peduli dengan tamumu itu”

“Ya, Mama”

“Jaga diri baik-baik”

“Ya, Mama”

Cosmas menutup telephon. Memasukkan hp ke dalam kantong celana. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkannya lagi. Menghubungi Anna.

“Sayang, sudah makan?”

“Belum say. Masih mengajar. Sebentar lagi saya hubungi ya. Biar saya bubarkan dulu anak-anak”

“Ya say”

“I love you”

“I love you too, darling”

Cosmas memencet tombol merah sebelum mengembalikan hpnya ke kantong. Dia berbalik, berjalan ke arah sebuah restoran kecil, tempat para tamunya makan siang.

***

Ayah Anna memperhatikan kertas di tangannya. Dia membacanya dengan cermat. Daftar nama-nama keluarga dekatnya yang akan mendapat bagian dari belis yang diberikan keluarga Cosmas sebentar lagi. Dia teliti nama-nama itu satu per satu.

2 Ekor kuda untuk Ignas, adiknya yang paling bungsu. 1 Juta uang untuk Tibor, sepupunya. Ayah Anna berhenti sejenak membaca. Menimbang apakah pembagian itu sudah tepat. Dia mencoba mengingat sumbangan yang pernah mereka terima dari kedua orang itu ketika ada hajatan di rumahnya.

“Hm…mmmm. Sepertinya sudah cocok” gumannya

Dia lanjutkan lagi membaca dan berhenti lagi.

“Dulu ketika Anna sambut baru, apa sumbangan Om Tinus, Ma?”

“Kalau tidak salah, dulu dia mengantar satu ekor kambing” teriak istrinya dari dapur.

Ayah Anna memangut-mangut. Setuju memberi memberi Om Tinus 1 ekor kuda sebagaimana tertera di kertas itu. Dia lanjutkan lagi ke nama berikut.

***

“Sayang, kapan kau pulang?” Anna menghubungi Cosmas sepulang sekolah

“Tidak tahu, Sayang”

“Maksudmu?”

Hening. Tidak ada jawaban.

“Halo. Kok diam sih?” Anna mulai bingung

“Kok nggak tau kapan pulang? Kan kau bilang kemarin hanya pergi dua hari. Ini sudah empat hari”

Cosmas merasakan kecemasan dalam suara Anna. Membuat hatinya terasa makin berat meninggalkannya. Tapi rencananya telah matang. Dia akan segera mengganti nomor Hp dan menghilang dari semua orang yang selama ini dekat dengannya. Dia tidak mau goyah hanya karena perasaan cinta dan sayang. Dia segera menutup teleponnya.  Membuat Anna kelabakan. Dia mencoba menghubungi lagi. Di luar jangkauan. Dia mencoba lagi tapi selalu gagal.

Acara tulis nama Pengantin biasa dilakukan beberapa hari sebelum hari pernikahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun