Mohon tunggu...
Jari Bicara
Jari Bicara Mohon Tunggu... Jurnalis - Salam literasi!

Channel ini beragam isinya, karena yang punya penghayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Halaman Kosong

30 Juli 2024   00:37 Diperbarui: 30 Juli 2024   00:47 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu selalu merasa seperti ikan yang terdampar di daratan. Di satu sisi, kamu haus akan kata-kata, ingin menjelajahi kedalaman imajinasimu. Di sisi lain, kamu takut akan kedalaman lautan kata itu sendiri. Setiap kali duduk di depan komputer, jari-jarimu melayang di atas keyboard, ragu-ragu untuk menekan tombol. Halaman kosong itu bagaikan mulut singa yang siap menerkam setiap ide cemerlang yang kamu miliki.

Dulu, kamu pernah bercita-cita menjadi penulis terkenal. Kamu membayangkan namamu terpampang besar di sampul buku-buku best seller, dibacakan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Tapi, kenyataan pahit selalu menghantammu. Setiap kali mengirimkan naskah, harapanmu selalu pupus oleh surat penolakan yang datang bertubi-tubi.

Kamu ingat betul saat itu, ketika kamu menerima email penolakan dari penerbit besar. Kalimat-kalimatnya begitu tajam, menusuk hatimu seperti belati. "Naskah Anda tidak memiliki keunikan," tulis sang editor. "Karakter-karakternya datar, plotnya membosankan."

Kamu merasa seperti seorang seniman yang karyanya selalu dianggap remeh. Kamu bertanya-tanya, "Apa yang salah denganku?" Apakah bakat menulis memang bukan untukmu? Atau mungkin, kamu hanya belum menemukan gaya penulisan yang tepat?

Pernah suatu ketika, kamu mencoba menulis dengan gaya yang berbeda-beda. Kamu mencoba menulis fiksi ilmiah, romantisme, horor, bahkan puisi. Tapi, hasilnya selalu sama. Kamu merasa seperti sedang berpura-pura menjadi orang lain.

Untuk mencegah kekacauan mental yang mungkin melanda, kamu juga mencoba bergabung dengan komunitas penulis online. Di sana, kamu bertemu dengan banyak penulis lain yang memiliki masalah yang sama denganmu. Mereka berbagi pengalaman, memberikan kritik dan saran, dan saling menyemangati. Namun, kamu tetap saja merasa seperti seorang outsider.

Suatu hari, kamu memutuskan untuk berhenti sejenak dari dunia menulis. Kamu merasa lelah dan putus asa. Kamu menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang kamu sukai, seperti membaca buku, menonton film, atau berjalan-jalan di taman.

Dalam kesendirianmu, kamu mulai merenung. Kamu bertanya pada diri sendiri, "Mengapa aku begitu takut akan penolakan?" Jawabannya sederhana: karena kamu takut gagal. Kamu takut tidak bisa memenuhi ekspektasi orang lain.

Namun, lambat laun kamu menyadari bahwa menulis bukanlah sebuah kompetisi. Menulis adalah sebuah perjalanan pribadi. Kamu tidak perlu membandingkan dirimu dengan penulis lain. Yang penting adalah kamu bisa mengekspresikan dirimu melalui tulisan.

Kamu mulai menulis lagi, tapi kali ini dengan pendekatan yang berbeda. Kamu tidak lagi terobsesi untuk menciptakan karya yang sempurna. Kamu hanya ingin menikmati proses menulis. Kamu menulis untuk dirimu sendiri, bukan untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun