InsyaAllah besok masyarakat ibukota provinsi Sulawesi Selatan menggelar hajatan pesta demokrasi akbar untuk memilih walikota dan wakil walikota Makassar periode 2013-2018. Menjadi punggawa di kota Makassar memang sangat seksi diperebutkan, kota makassar dikenal sebagai salah satu kota megapolitan di Indonesia, sentrum perdagangan indonesia timur, dan di kota inilah juga banyak lahir politisi kawakan, pengusaha, praktisi dan akademisi serta pemimpin yang berskala nasional dan internasional.
Sejarah monumental juga mencatat bahwa kota Makassar dari abad ke 16 pun telah dikenal sebagai kota perdagangan dunia, telah lahir pula kerajaan gowa-tallo yang mampu mencengkram sebagian besar wilayah nusantara bahkan sampai malaysia dan singapura yang lahir dari semangat perlawanan lokal terhadap kolonialisme. Ini merupakan petanda penting mewakili karakter masyarakat kota makassar yang sebagian besar penduduknya adalah masyarakat suku bugis dan makassar adalah masyarakat berkarakter petarung sejati, keras, tangguh dan berani tetapi juga sebagai negosiator ulung yang terlihat dari karakter kota perdagangan dunia.
Inipula petanda bahwa makassar hari ini sama dengan makassar jaman dulu dimana pergulatan dinamika ekonomi, dinamika politik serta dinamika sosial sebagai masyarkat heterogen begitu kencang
Sebagai kota dengan tensi politik yang sangat tinggi dengan karakter masyarkat keras, sebahagian orang menganggap bahwa apa yang terjadi seperti kekerasan, intimidasi, kampanye hitam dan negatif di makassar hari ini adalah hal yang biasa, tetapi sebagian masyarakat pun menistanya mungkin salah satunya saya. Sayanglah pesta demokrasi ini tidak dimanfaatkan masyarakat makassar untuk memilih pemimpin yang berkarakter makassar, pemimpin yang tangguh, cerdas, kuat dan teruji, sebagaimana karakter masyarakat lokal tetapi lebih memilih pemimpin berdasarkan like and dislike, guyuran uang, ataupun kampanye hitam. Akhirnya pemimpin yang terpilih adalah walikota yang bobrok, tidak visioner, lemah, dan sangat pragmatis, karena itu walikota makassar selama ini tidaklah mampu membawa roh dan spirit karakter lokal "getteng, warani, lempu dan adatongeng" yang merupakan entitas dan karakter masyarakat bugis makassar sejak dulu, hasilnya amburadul, cita - cita kota makassar menjadi ikon kota dunia seolah hanya menjadi mimpi disiang bolong. Hasilnya macet dan banjirpun merupakan langganan masyarakat kota makassar, kekerasan antar warga pun seolah menjadi tradisi negatif.
Selama ini kita rindu dengan karakter Daeng Patompo dan Arupala yang punya karakter kuat dan tangguh sebagai leader, pemimpin visioner. teruji dan membumi (populis) pun namanya masih harum harum sampai hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H