"Hei, itu hatiku, hati yang sangat kucintai. Hati yang penuh dengan kenangan indah bersama mantan kekasihku," seruku padanya.
Ia masih asyik mempermainkan hatiku, berfoto berulang kali. Membuat orang-orang yang lain ingin ikut andil dalam foto itu. Aku membiarkan mereka. Aku terus saja menyayat hati ini dan menuangkan cairan rasa rindu itu pada mangkuk yang telah kusiapkan. Saat cairan rindu itu kutuangkan, hm.. rasanya jiwa ini hidup kembali. Aku menuangkan semua cairan rasa rindu itu hingga mangkuk penuh. Segera kumasukkan dalam amplop itu dan turun bukit untuk menuju kantor pos. Setibanya di sana, ternyata kantor pos sudah tutup. Akupun menunggu diluar hingga besok dibukanya kantor pos ini kembali.
Satu minggu aku menunggu di depan kantor pos, dan satu minggu itu pula aku masih menemukan hal yang sama; tutup. Ya, sungguh aku seperti orang linglung. Sudah tahu bahwa ini libur lebaran, masih saja kumenunggu. Pagi itu, seseorang membangunkanku dari mimpi indah. Ternyata salah seorang petugas kantor pos, segera kulihat, pintu sudah dibuka, aku masuk dan mengirimkan cairan rasa rindu ini.Â
Tahukah kau Nara? petugas itu tampak tak percaya bahwa aku akan mengirimkan mangkuk penuh rindu ini padamu. Mungkin, ia tidak pernah mempunyai teman atau bertemu orang konyol sepertiku yang sangat tergila-gila dengan cinta. Akhirnya, surat itu dikirim. Hingga, berada di dekapanmu dan tengah kau baca kini.
Nara-ku yang manis.
Terimalah persembahan cintaku untukmu itu. Semangkuk rindu yang harus kau simpan selalu. Aku ingin kau selalu mengingatku sampai kapanpun kau masih menemukan rindu diantara tumpukan mangkuk dalam almari dapurmu. Dengan ini, aku juga mengirimkanmu bias senja terakhir di pantai kita dan bandul karang buatanmu saat masih kecil dulu.
Salam sayang dan penuh cinta,
Dio
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H