Hari ini Sabtu 29 Juli 2017, bisa dikatakan hari yang paling melelahkan buat saya, pasalnya sengaja saya datang dari Bandung ke Jakarta, menginap sehari untuk menghadiri pameran tiket kereta api yang katanya pengumumannya viral sekali di medsos. Konon, di beberapa media dikatakan bahwa dalam pameran ini dijual tiket kereta api ke segala penjuru dengan potongan harga yang cukup bombastis yaitu hingga 70%.Â
Tampaknya, bukan saya saja yang termakan iklan karena berharap saya bisa mendapatkan tiket bersama dengan sejumlah keluarga untuk pergi ke Surabaya menghadiri pernikahan keluarga September nanti, tapi ribuan lebih masyarakat yang rela mengantri dan pada akhirnya saya bersama mereka harus menelan pil pahit tidak bisa membeli tiket secara langsung.
Singkat kata, sengaja saya datang ke Jakarta sehari sebelumnya dan menginap di kota ini dengan harapan bisa memperoleh antrian paling depan untuk membeli tiket dengan potongan harga. Jam 6 pagi selepas sarapan saya langsung menuju JCC (Jakarta Convention Center) dan tiba disana pukul 7 pagi. Awalnya, saya tidak menyangka ternyata antrian sudah sangat panjang sekali kurang lebih 1-2 KM dari pintu masuk Hall B JCC (di taman trotoar sebelah JCC tepat di sisi jalan Gatot Subroto). Membutuhkan waktu 3 jam untuk saya mengantri dari taman trotoar hingga ke gerbang JCC.Â
Dalam penantian saya bersama ribuan masyarakat Jakarta selama 3 jam lebih, banyak sekali pengalaman unik, salah satunya ketika ada warga yang hendak menyerobot masuk ke dalam antrian panjang, sejumlah ibu-ibu menyorakinya dan kembali merapatkan barisan agar tidak ada yang bisa menyusup.Â
Lalu, ketika kami mengantri pun berhembus beberapa isu yang kurang menyenangkan diantaranya adalah: 1. Tiket dijual online dengan menggunakan aplikasi Traveloka yang harus diakses melalui jaringan internet khusus dan harus masuk dengan kode khusus, 2. Bahwa warga yang hendak membeli tiket dengan diskon khusus diharuskan masuk satu persatu ke dalam Hall B, dan 3. Percuma antri karena tiket dijual online, dan memang pada kenyataannya isu-isu yang berhembus tersebut pada akhirnya menjadi kenyataannya.
Setelah melewati gerbang JCC, dan antrian kami melingkar bak ular di lapangan parkir samping Hall B, saya menemui hal yang tidak beres, karena antrian diputus dan dihalangi petugas panitia dengan tali rafia membelok ke pintu belakang gedung, alih-alih ke arah pintu masuk di depan. Waktu itu jam di tangan saya menunjukkan pukul 11.30, dan di depan tampak antrian berdesak-desakan masuk ke dalam bagian belakang gedung Hall B melalui pintu garasi yang nampaknya hanya bisa dilalui oleh satu orang saja.Â
Tidak lama, ada panitia yang menggunakan pengeras suara yang mengatakan bahwa tiket tidak harus dibeli secara tunai di stan yang katanya ada 50 lebih, tetapi cukup diakses melalui aplikasi Traveloka. Awalnya yang tidak percaya, sontak ketika saya berhasil masuk ke dalam bagian belakang gedung dengan menerobos karena berdesakan dengan warga yang tidak antri, saya menemui bagian belakang gedung ini hanya kosong dan banyak warga yang sudah antri konon dari jam 2-4 pagi sedang duduk berteduh dari teriknya panas matahari di luar.Â
Panitia di bagian belakang gedung ini hanya bisa memberikan arahan kepada warga yang sudah rela-rela mengantri agar mengakses tiket melalui aplikasi Traveloka. Dikarenakan tidak semua warga memiliki telepon selular jenis Android untuk menginstal aplikasi ini, beberapa kecewa bahkan marah kepada petugas dan beberapa pejabat PT. KAI yang tampak rapih menggunakan seragam dinas dan batik lengan panjang.Â
Saya pribadi pun merasa simpati karena memang selama berjam-jam dalam antrian saya melihat bermacam usia warga, mulai dari bayi hingga manula yang sesekali harus duduk ketika mengantri dibawah teriknya sinar matahari, tidak luput saya pun melihat seorang ibu yang menggendong bayinya dan membawa seluruh keluarganya untuk mengantri, menangis kecewa karena ketika berhasil masuk ke dalam gedung tidak menemui apa-apa.Â
Saya pun, pada awalnya lumayan kecewa, walaupun sebenarnya bisa saja saya membeli dengan harga normal, tetapi karena saya ingin menikmati animo mengantri demi tiket dengan diskon besar, langsung menuju parkir kendaraan dan pulang kembali ke Bandung setelah 5 jam antri.