Mohon tunggu...
rio nisafa
rio nisafa Mohon Tunggu... -

Rockin'>>>!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Visi itu Bernama Diet Raskin

28 Januari 2016   16:58 Diperbarui: 28 Januari 2016   17:17 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang gubernur meminta kenaikan alokasi raskin kepada menteri; dan jawaban menteri ternyata sangat visioner, "Jangan banyak-banyak makanlah diet sedikit tidak apa-apa"

Bagi gue, jawaban ini visioner banget. Bukan hanya menjawab permintaan gubernur, tetapi juga menjalankan program pemerintah yang lain. Menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan kesehatan.

 

Apalagi dengan jabatan menteri koordinasi, beliau tahu persis bahwa kadang program pemerintah jalan sendiri, sesuai ego sektoral masing-masing kementerian. Sama kayak menteri di permainan catur, satu menteri jalan di kotak hitam, satu menteri jalan di kotak putih, dan Tantri jalan di kotak band.

 

Kita semua juga tahu, orang miskin itu udah biasa diet, jadi jangan minta mereka untuk diet. Ketika mereka mau makan, uangnya dietung dulu. Cukup enggak beli beras. Ketika udah beli beras, mereka juga diet. Dietung dulu, cukup enggak buat seluruh keluarga. Ketika mau makan, mereka juga diet...dietung dulu, siapa tahu ada yang keburu pingsan.

 

Meminta mereka diet itu pekerjaan percuma, sama kayak mengajari ikan berenang. Atau mengajariRaditya Dika gimana stand up comedy. Percuma.

 

Meminta orang miskin untuk diet itu adalah bagian dari strategi sang menteri untuk bisa fokus pada

tugas-tugas pemerintah. Biarlah rakyat miskin menyelesaikan persoalan sendiri, dengan diet. Bukankah pemerintah juga banyak tugas untuk swasembada pangan, ketahanan pangan dan kedaulatan pangan.

 

Yang gue heran, kenapa jawaban visioner sang menteri ini justru mendapat kritik dari masyarakat, terutama netizen. Netizen bilang jawaban menteri ini tidak berperasaan sama sekali. Meminta orang miskin untuk diet, itu sama kayak meminta jomblo untuk foto prewed.

 

Emangnya lu pernah liat foto jomblo sendirian sambil nunjuk-nunjuk awan.

 

Mungkin ada benarnya juga sih. Jomblo sama orang miskin itu sama-sama kurang perhatian. Jomblo kekurangan perhatian dari orang lain. Sedangkan orang miskin kurang perhatian dari pemerintah.

 

Orang miskin mah cuman diperhatiin kalo pemilu doang. Sesudah itu dilupakan. Orang Indonesia itu gampang lupa.

 

Jangankan janji pemilu, kasus besar di negeri ini juga gampang dilupakan, Century, BLBI, Hambalang, Lapindo. Juga kematian Munir, dan Wartawan Udin di Yogyakarta.

 

Kalo gue sih, menolak lupa. Makan di kantin enggak pernah lupa bayar. cuman kadang lupa tadi kerupuk makan dua apa tiga ya?

 

Kembali ke jawaban menteri tersebut, untuk mensukseskan program ini, mungkin bakal ada kartu Indonesia Diet.

 

Kartu Indonesia Diet juga akan punya jargon baru, "Makan enggak makan yang penting diet"

 

Bagi rakyat yang memiliki Kartu Indonesia Diet bakal dapat prioritas berupa antrean di puskesmas. Karena mereka bakal terancam Maag, tipus, dan busung lapar.

 

Kalo begini caranya, jawaban sang menteri bukan saja mengatasi persoalan gubernur, tetapi juga akan menurunkan angka kemiskinan. Orang miskin yang menurunkan kemiskinannya pada anak dan cucunya.

 

Merdeka.... Siapa yang merdeka, my bro

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun