Mohon tunggu...
Benediktus Satrio Rio
Benediktus Satrio Rio Mohon Tunggu... -

Ad Maiorem Dei Gloriam

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menikah Itu Butuh...

3 Juli 2014   03:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin siang, ketika aku hendak pulang dari kantor kepengurusan asuransi di kota Yogya menuju rumah. Aku sengaja memakai jasa ojek taxi. Sepanjang perjalanan kami saling tanya - jawab seputar seluk beluk kota Yogya karna ternyata kami berdua juga sama-sama pendatang. Bukan asli dilahirkan dan dibesarkan di kota Yogya. Sampai pada akhirnya si tukang ojek ini bertanya, "Mas Rio sudah menikah atau masih single?". Pertanyaan yang sangat menggelitik bagiku, karna kupikir pertanyaan ini tidak dilontarkan seseorang mengingat ini ranah pribadi dan tidak ada urusan diantara kami berdua. Tapi tak apalah.. Hitung-hitung sharing ringan. Kujawab saja, "Belum, Mas. Memangnya mas sudah?" lalu dia bercerita demikian,

"Dulu, 4 tahun yang lalu. Pas saya masih pengangguran dan belum dapat kerjaan. Masih luntang-lantung cuma mengandalkan duit kiriman orang tua, saya itu jatuh cinta sama teman selingkungan gereja saya, Mas. Tapi saya gak berani ungkapkan perasaan saya. Lha wong saya belum berpenghasilan dan masih pengangguran ditambah lagi masih mengharapkan kiriman orang tua. Tapi saya berani menepis pikiran negatif saya itu. Saya mencoba mendekatinya. Saya pun memulai melamar pekerjaan disana-sini sampai pada akhirnya saya mendapat pekerjaan sebagai tukang ojek taxi. Saya bangun niat dan mimpi bahwa suatu saat nanti saya akan melamarnya dan menikahinya. Akhirnya niat saya mendapat dukungan baik dari kedua belah pihak keluarga. Kami menikah dan sekarang di karunia dua orang anak dan sampai saat ini saya dan istri saya sama-sama bekerja menjadi ojek taxi".

Sampai akhir ia bercerita, aku hanya diam dan mendengarkan saja tanpa menanyakan sesuatu.. Sampai ia bertanya, "Mas Rio tau, apa yang dibutuhkan seseorang untuk menikah?" aku pun menjawab, "Ya kerja dulu, mas". Dan dia menimpali, "Sebenarnya, pekerjaan itu bukan yang utama, Mas. Cuma sarana. Toh banyak yang sudah berpenghasilan, isi dompetnya pun cuma uang warna ijo dan merah tapi kenapa kok banyak yang belum menkah? Merasa sudah nyaman ditempat.. Yang utama itu membangun keberanian dulu, Mas. MENTALnya yang perlu dibangun. Siap apa enggak berumah tangga? Apa iya mau hidup serta di masa tua nanti sampean masih sendiri? Gak punya pendamping, dan kalo sakit gak ada yang mendampingi dan merawat? Mungkin sekarang belum perlu tapi yang namanya tua itu kan pasti to mas?"

Mendengar ceramahnya si tukang ojek itu, rasanya seperti ditampar pakai kedebok pisang! Bukan karna takut sendirian di masa tua, tapi mau sampai kapan jalan ditempat dan hanya berkutat di zona nyaman? Sudah berpenghasilan tapi MENTALnya masih ceremete alias kecir alias takut, dalam kata lain ya belum SIAP! Banyak juga yang sudah berpenghasil, sudah pacaran tapi cuma buat have fun. MENTALnya gak berani dibawa sampai ke pelaminan.

Ya.. Menikah.. Bukan hal yang mudah.. Tapi patut untuk dipertimbangkan jika kalian memang berkenan..

Akhir kata dari saya, semoga para jomblo BERANI mengungkapkan cintanya kepada sang cinta dan akhirnya membawa cinta tersebut ke pelaminan. Dan semoga para jomblo diluar sana berani bilang ke seorang yang dicintainya begini, "If you want love to trying love me!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun