Mohon tunggu...
Rinto Priambodo
Rinto Priambodo Mohon Tunggu... Mengajar dan Menjadi Peneliti di Universitas Pembangunan Jaya

Dosen, pekerja IT, pengembang aplikasi, penyuka fiksi dan fotografi jurnalistik. Memiliki minat pada pengembangan aplikasi mobile, Internet of Things, dan aplikasi cerdas.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Apakah AI Akan Menggantikan Programmer?

10 Maret 2025   14:57 Diperbarui: 10 Maret 2025   14:57 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Tom Goodwin dalam bukunya "Digital Darwinism" yang terbit pada tahun 2017 menuliskan sebuah prediksi mengenai Artificial Intelligence (AI) sebagai berikut: "Pekerjaan yang akan lebih dulu hilang akibat AI adalah pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan Excel. Kemudian yang akan hilang berikutnya adalah pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan Word. Terakhir adalah pekerjaan yang menggunakan Power Point." Dalam kalimat tersebut Goodwin ingin menunjukkan bahwa perkembangan AI yang sangat pesat akan segera menggantikan banyak pekerjaan manusia dan yang paling awal terdampak adalah pekerjaan yang banyak menggunakan Excel dan Word. Dengan kata lain, pekerjaan-pekerjaan administratif ini akan dengan mudah digantikan oleh aplikasi komputer sehingga peran manusia tidak lagi dibutuhkan.

Tentu saja saat buku itu ditulis lebih dari 5 tahun yang lalu pun orang-orang sudah tidak sulit untuk membayangkan bahwa pekerjaan menulis dan melakukan perhitungan dapat dengan mudah dilakukan oleh aplikasi. Namun yang menarik adalah pekerjaan terakhir yang digambarkan menggunakan Power Point alias pekerjaan kreatif, karena di dalamnya terdapat aktivitas mencipta dan berkreasi, satu hal yang sejak dulu sulit dilakukan oleh mesin dan dianggap merupakan keunggulan manusia dari mesin. Menariknya, tidak sampai 10 tahun kemudian sejak buku itu diterbitkan, justru pekerja kreatif yang akhirnya mendapatkan ancaman besar dari penggunaan AI. Lebih dari itu, bahkan pekerjaan "kreatif" yang menuntut kompetensi ilmu komputer kini juga ikut terancam. Para programmer yang pernah dianggap tak tergantikan oleh AI karena bisa jadi pembuat AI, sekarang malah makin nyata risikonya tergeser dengan adanya AI.

Sebut saja ChatGPT, Claude, Copilot, Gemini, dan yang terbaru Deepseek dari China. Atau yang lebih spesifik seperti Codeium, Cursor, atau built-in AI assistant yang ada dalam editor pemrograman atau IDE. Sebagai pengajar yang sesekali mengerjakan proyek pengembangan aplikasi, saya seringkali dituntut untuk menggunakan berbagai macam bahasa pemrograman. Dulu, mempelajari bahasa pemrograman baru bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu hanya untuk menghasilkan aplikasi sederhana. Dengan adanya asisten virtual yang tidak hanya dapat menjadi pendamping teknis tetapi juga guru dan teman diskusi, membuat sebuah aplikasi lengkap bahkan sampai live bisa dilakukan dalam hitungan hari. Seorang software developer di media sosial X dengan handle @levelsio dikenal sebagai pengembang autodidak yang telah menghasilkan banyak aplikasi web yang termonetisasi. Beberapa minggu terakhir, @levelsio memamerkan beberapa aplikasi baru yang dia buat dengan cepat menggunakan bahasa pemrograman yang baru dia pelajari dengan bantuan AI. Selain itu, beberapa pengembang lain yang aktif di media sosial juga mempublikasikan hasil karyanya yang dibuat dengan kilat berkat bantuan AI. Setahun yang lalu saat booming ChatGPT, para pengembang banyak memanfaatkan Application Programming Interface (API) dari penyedia layanan AI untuk membuat aplikasi cerdas dan menghasilkan layanan baru. Dengan membuat wrapper atau pembungkus AI semacam itu, pengembang dapat mempersingkat waktu mulai dari lahirnya ide sampai aplikasi dapat digunakan oleh banyak orang dan bahkan menghasilkan uang. Saat ini, dengan semakin banyak AI yang lahir untuk membantu pengembang aplikasi, para techbro yang penuh ide di kepalanya bisa langsung merealisasikan aplikasi sesuai yang dibayangkan.

Lalu, apakah programmer harus senang dengan perkembangan teknologi ini atau justru khawatir kariernya terancam?

Jawaban terhadap pertanyaan ini tidaklah hitam-putih. Di satu sisi, kemajuan AI membuka peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Pengembang yang mampu memanfaatkan AI dengan baik dapat meningkatkan produktivitasnya secara drastis, menghasilkan lebih banyak aplikasi dalam waktu yang lebih singkat, dan bahkan mengeksplorasi bidang-bidang yang sebelumnya sulit dijangkau. Namun, di sisi lain, keberadaan AI yang semakin canggih juga menghadirkan tantangan baru, terutama dalam hal kompetisi antar-programmer dan pergeseran peran dalam industri teknologi.

Dalam beberapa tahun terakhir, peran AI dalam pengembangan perangkat lunak telah berkembang dari sekadar alat bantu otomatisasi menjadi mitra kolaboratif yang mampu menulis kode, mendeteksi bug, hingga mengoptimalkan performa aplikasi. Dengan AI yang dapat menghasilkan solusi dari deskripsi singkat, banyak tugas yang sebelumnya membutuhkan pengalaman dan keahlian teknis kini bisa dilakukan dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini tentu mengubah lanskap pekerjaan bagi para programmer, terutama mereka yang masih berada di level junior atau bekerja pada tugas-tugas yang lebih repetitif.

Namun, hal ini tidak serta-merta berarti bahwa profesi programmer akan hilang sepenuhnya. Justru, ini menjadi sinyal bahwa para pengembang perangkat lunak perlu menyesuaikan diri dan meningkatkan keterampilan mereka. Alih-alih hanya menjadi eksekutor yang menulis kode berdasarkan spesifikasi, programmer masa depan kemungkinan besar akan lebih fokus pada pekerjaan yang bersifat lebih strategis, seperti perencanaan arsitektur sistem, integrasi berbagai layanan AI, serta memastikan bahwa solusi yang dihasilkan AI benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Di masa depan, keahlian yang lebih ditekankan bukan hanya kemampuan menulis kode, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap sistem, desain perangkat lunak, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menyusun solusi. Adaptasi terhadap tren teknologi yang berkembang pesat juga akan menjadi faktor penting. Programmer yang mampu memahami cara kerja AI dan memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitasnya sendiri justru akan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan cara-cara konvensional.

Sebuah laporan dari McKinsey menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, AI tidak akan menggantikan manusia secara langsung, tetapi akan meningkatkan peran manusia dalam berbagai bidang. Ini berarti bahwa programmer yang mampu bekerja berdampingan dengan AI akan menjadi lebih bernilai. Sebagai contoh, seorang pengembang yang memahami cara mengoptimalkan model AI untuk kebutuhan spesifik industri tertentu akan tetap sangat dibutuhkan, karena pemahaman kontekstual dan keahlian domain masih menjadi aspek yang sulit ditiru oleh AI.

Jadi, apakah programmer harus senang atau khawatir? Jawabannya bergantung pada bagaimana mereka merespons perubahan ini. Mereka yang hanya mengandalkan keterampilan koding dasar mungkin akan merasa terancam, sementara mereka yang terus belajar dan beradaptasi akan menemukan bahwa AI justru menjadi alat yang sangat berharga dalam meningkatkan produktivitas dan kreativitas mereka. Dengan kata lain, masa depan bukan tentang apakah AI akan menggantikan programmer, tetapi bagaimana programmer bisa bekerja sama dengan AI untuk mencapai hasil yang lebih baik dan lebih inovatif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun