Mohon tunggu...
Rinto Pariaman Tono Aritora
Rinto Pariaman Tono Aritora Mohon Tunggu...

Rinto Pariaman Tono R

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kumpul Kebo, Kumpul Sapi, dan Kumpul Bocah

9 Oktober 2013   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:47 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“huh akhirnya Ruhut Sitompul ngaku jg pak kalo dia kumpul kebo”, Kata istriku sambil menyaksikan acara sidang kasus MA malam itu.

Karna sedang makan aku tidak terlalu menanggapi pernyataannya. Pikiranku malah mengembara meski gigi gerigiku sibuk mengunyah makanan. Saya teringat ketika kelas 5 SD menghapal pelajaran dari buku RPUL (Rangkuman Pengetahuan umum LEngkap) bahwa Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi :


  • Hukum Tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata.
  • Hukum Tidak Tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.

Hebohnya kasus kumpul kebo Ruhut yang hangat dan disiarkan live di saluran-saluran TV membuat para ibu-ibu yang tadinya suka Sinetron sejenak meninggalkannya dan mengikuti siaran live ini. Bahkan ada beberapa yg nyeletuk “hmm itulah Kristen kumpul kebo diperbolehkan”. Padahal Di dalam kristen, aliran apapun, berfantasi akan lawan jenis saja zinah apalagi kumpul kebo itu dosa dan tidak dibenarkan. Yang melakukannya jelas melanggar agama, adat istiadat dan norma-norma yg berlaku dimasyrakat.

Mengenai bule kumpul kebo, banyak sekali bule hanya kristen KTP atau bahkan tidak beragama (free thinker). Mereka menganggap kumpul kebo adalah pilihan berdua, dan tidak merugikan siapa siapa , jadi Negara sono juga tidak mengurusi urusan dosa dan moral pribadi. Atau tidak usah jauh-jauh di Indonesia sudah banyak para free thinker yg melakukannya. Mereka punya alasan kuat dengan beberapa dalih :

“kami saling mencintai dan kami tdk percaya lembaga pernikahan”

“wong yg nikah aja bisa cerai”

“ngapain mikirin orang sebodo teuing”

“ga usah urus orang dah emank hubungan kami ngerugiin situ”

Celetukan-2 di atas semakin memperbanyak para free thinker melakukan kumpul kebo. MEngenai kasus Ruhut bukan porsi penulis untuk menghakimi meski dari uraian di atas pembaca dpt menyimpulkannya.Namun meski Kumpul Kebo beberapa pakar politik mengapresiasi sikap positif Ruhut yang mendahulukan kepentingan Komisi III DPR RI dan persahabatan dibandingkan ambisi politik pribadinya. Dengan berurai air mata Ruhut berkata, “Sahabat-sahabat saya, izinkan saya yang ditugaskan oleh partai saya, saya tegas katakan izinkan saya mengundurkan diri dari Ketua Komisi III, terima kasih mari kita berkerjasaama, kalian tetap sahabat saya.”

Kontan saja Beberapa sahabatnya nampak terharu melihat sikap Ruhut itu.”Saya sedih sahabat-sahabat saya nangis, aku juga nangis. Istri saya sudah bilang kalau ditampar pipi kiri kasih pipi kanan,” katanya dengan nada bergetar dan menangis.

Hahah penulis malah senyum-2 bingung mengartikan drama ini. Saya sangat tidak suka politik itu bawa bawa ayat-ayat suci sementara yg terkandung didalam drama ini kita tdk tau selain Ruhut dan teman-temannya. Sudah banyak sekali para politikus di negri ini mengucapkan ayat-ayat suci namun akhirnya terjerumus dlm korupsi. Saya teringat dengan statement ito Miranda Gulton yang mengatakan “Di dalam politik yg ada hanya lawan, tidak ada teman abadi apalagi sahabat”. Jadi tulang Ruhut berpolitiklah tapi jangan bawa ayat-ayat!

Lain kumpul kebo lain pula kumpul sapi yang dilakukan oleh salah satu partai yang bernafaskan agama. Mungkin mereka tidak melakukan kumpul kebo spt Ruhut karna dlm kumpul-kumpul mrk dengan pasangannya dinyatakan halal meski tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Selain kumpul kebo mereka jg melakukan kumpul Sapi yang membuat harga sapi di negri ini semakin tinggi. Jika dibandingkan dgn Ruhut kumpul-kumpul ala mereka ini melanggar hukum tertulis dan hukum tertulis di atas dan juga mencuri uang negara, bahkan melihat salah satu petinggi dari partai ini bisa saja ibu-ibu di kampung saya berkata “iiiiih bursik ma ho (sumpah serapah)” sambil membuang saliva sejauh-jauhnya seperti diperankan Leonardo di caprio dlm film Titanic.

JAdi kumpul kebo Ruhut dan kumpul sapi tetap saja tidak mencerminkan budaya kita, beda dengan kumpul bocah yang disenandungkan Vina Panduwinata. Kumpul bocah ini sering dilakukan oleh para guru-guru TK, PAUD, sekolah minggu. Para pahlawan-pahlawan tanpa jasa ini begitu semangat mengajarkan hal-hal positif dlm setiap lagu-lagu yang dinyanyikan. Saya teringat 2 minggu yang lalu menemani anak sekolah. Saat menunggu saya lihat dan dengar anak-2 begitu bersukacita menyanyikan lagu anak ayam turun 100 yang disengaja oleh guru TKnya. Beberapa anak-2 ada yg diam tp ada juga yang tidak menghitung berurutan secara benar mereka acak angka dr 100, 90 langsung ke 1 yg membuat saya tersenyum.. “hmmm masih kecil aja uda korupsi angka… hehehhe”. Pikirku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun