Mohon tunggu...
rinto aritonang
rinto aritonang Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial politik Tapanuli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Kutub Manifesto, Arti Demokrasi di Tapanuli Utara

23 Desember 2014   19:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:37 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi sebagai prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat ditandai bahwa setiap penduduk negeri ini, tak terkecuali penduduk Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan untuk masa depan daerah ini. Masyarakat secara individu memiliki hak dipilih sebagai seorang penerima amanah maupun hak memilih seorang pemegang amanah rakyat tersebut.

Konsep Robert Dahl yang menyebutkan bahwa pemilihan umum merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern dapat dipresentasikan sebagai suatu parameter dalam mengukur demokratis tidaknya suatu daerah.

Pemilihan umum sebagai agenda demokrasi dan hari penentu masa depan daerah ini sebaiknya tidak sekedar dilihat dan dimaknai lewat satu sisi pandang. Bagaimana seorang yang secara kapabilitas dapat dinilai layak menjadi seorang pemangku amanah bukanlah satu satunya sudut pandang elektabilitas. Namun, sisi kepribadian untuk layak dipilih seharusnya menjadi sebuah poin penting untuk dimiliki setiap figur.

Penjatuhan pilihan konstituen Pemilu untuk seseorang adalah sebuah proses serta nilai plus yang tidak gampang untuk diimplementasikan. Sebab hasrat, keinginan, dan harapan masyarakat yang memposisikan seorang pemegang amanah rakyat sebagai idaman, pasti telah dibentuk sedemikian rupa menjadi manifesto solusi dan amanah nilai demokrasi itu sendiri.

Melihat dan mengamati karakteristik masyarakat Taput yang cenderung memberikan penghargaan tinggi terhadap seorang pemimpin yang dianggap amanah. Dapat disimpulkan bahwa menjadi sosok pemimpin idaman bagi masyarakat Tapanuli Utara sepertinya tidaklah susah susah amat. Seorang pemimpin yang berani untuk bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, bergaya blusukan ala mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang saat ini telah menjadi Presiden RI ke-7 adalah merupakan sosok pemimpin yang diinginkan yang menggenapi pemenuhan kriteria keterpilihan dimaksud.

Namun, apa lacur, seorang anggota parlemen lokal, sebut saja Ucok terpilih sebagai wakil rakyat di daerah ini. Dirinya yang notabene merupakan anak mantan Pejabat Pemerintah Kabupaten Taput yang kini berkiprah dalam lingkup struktural pengabdian serupa di daerah Kabupaten tetangga, Kabupaten Toba Samosir, jebol sebagai pemegang mandat amanah aspirasi rakyat lewat perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Umum Anggota Legislatif tahun 2014 di wilayah ini.

Keterpilihannya merupakan salah satu kutub manifesto demokrasi di daerah ini. Mungkin saja sebuah bagian dari sistem demokrasi yang kebablasan, atau mungkin sebuah wujud sikap masyarakat yang sudah dalam tahapan disorientasi, atau apalah namanya. Yang jelas bukan merupakan hasil pencapaian murni atas langkah yang mengikuti metode blusukan sang pembuka jalan.

Sebab, keterpilihannya yang tentu saja dibarengi dengan dorongan materi menempatkan dirinya bersama segala keterbatasan kepribadiannya kerap menjadi bahan ocehan khalayak. Meski, setidaknya di awal jadwal pengejawantahan pengabdiannya, dia hadir sebagai pengisi daftar awal absensi di hari pertama kinerjanya. "Dia boleh juga, hadir mengisi awal absensi Dewan Terhormat di awal pengabdiannya," ketus teman yang sepertinya mengetahui obyek pantauanku.

Selain soal keterbatasan, sebagai insan ciptaan Tuhan, dirinya nampak berusaha sempurna, meski berselemak kekurangan pemenuhan kriteria politikus pemegang amanah rakyat yang seyogianya.

"Saya pernah didatanginya dengan lembaran uang perjalanan dinas ditangannya. Ceritanya, seorang kolega di DPRD menyarankan jika dia (Ucok) harus membagi dua uang tersebut dengan dewan lainnya. Lantas, menanggapi kebingungannya, saya menegaskan jika setidaknya, uang yang dipegangnya sudah merupakan hasil bagi dua yang diperuntukkan dan dipergunakan dalam tugas reses sebagai anggota dewan baginya. Karena memang uang itu secara bulat adalah haknya," ujar Ketua DPRD Taput, Ottoniyer Simanjuntak menyikapi kepribadian Ucok yang menjadi bahan olokan, dalam satu kesempatan khusus di hadapanku.

Dilanjutkan, menyoal teman kolega sesama Dewan, termasuk kepada dia yang memberikan saran usil tentang bagi dua uang Ucok yang disikapi sang Ketua. "Kepada mereka saya ingatkan bahwa dia merupakan poin kelemahan sekaligus sebuah kelebihan bagi lembaga legislasi ini," cerita Ottoniyer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun