Ini sebuah pertanyaan yang tentunya akan terjawab setelah pemilukada di Jakarta sudah usai.
Memang banyak cara-cara yang dilakukan oleh timses masing-masing dalam memenangkan kontestasi ini. Baik dengan cara-cara yang katanya santun tapi brutal dalam aksinya. Yang katanya tidak menggunakan isu agama ataupun sara, tapi prakteknya fokusnya yah itu aja. Sungguh heran dan bahkan miris, ketika setingkat Ketua RT sudah dirasuki oleh cara-cara tidak terpuji dalam menggunakan pengaruhnya untuk memaksakan kehendaknya kepada masyarakat yang dipimpinnya dalam memilih salah satu calon kandidat.
Terutama ketika terbongkarnya kasus almarhum ibu Hindun, dimana beliau sudah mengamanatkan kepada anak anak-anaknya supaya beliau bisa disholatkan di masjid. Tapi tau-taunya ditolak oleh oknum petugas masjid hanya dikarenakan berbeda pilihan calon Gubernur yang diusung. Bahkan lebih anehnya sudah banyak spanduk-spanduk yang berisi tentang SARA dan memojokkan salah satu kontestan gubernur yang ada. Dan bersyukur sudah ada tindakan tegas daripada pemerintah daerah dan tentunya juga dari pihak kepolisian dalam mencabut bahkan menurunkan spanduk yang bernada provokatif.
Tapi melihat hasil wawancara di Primetime news yang diselenggarakan oleh metro tv, dimana, oleh bapak Sumarsono melaporkan bahwa hari ini sudah ada 266 spanduk yang sudah diturunkan oleh pihak satpol pp dan beberapa warga yang ada di sekitar.
Tapi sebenarnya pemasangan spanduk yang bernada propovakatif ini sudah terkoordinasi dengan sangat baik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Buktinya sudah terpasang di beberapa wilayah yang ada di Jakarta. Tapi kenapa, oleh pihak kepolisian yang diwawancarai di metro tv menyatakan hal ini masih belum masuk ditahap suatu yang bisa dipidanakan. Alih-alih dinyatakan karena belum ada laporan dari masyarakat atau bawaslu yang ada. Padahal jelas hal ini sudah masuk di pernyataan ujaran kebencian yang sudah jelas pasal apa yang dilanggar. Kan sebenarnya gampang aja bagi pihak kepolisian dalam mencari dan menemukan siapa oknum yang ada dibelakangnya. Tapi terkesan pihak kepolisian yah..menunggu dulu..
Sebenarnya kasihan masyarakat umum pada pemilihan kali ini khususnya di Jakarta. Sudah ada tindakan massif yang dilakukan oleh timses salah satu calon. Menggunakan kampanye hitam dengan melibatkan oknum-oknum yang ada di rumah ibadah. Bahkan membuat suatu konsekuensi yang betul-betul telak merugikan masyarakat Jakarta. Terutama dalam hal mendapatkan haknya dalam mendapatkan layanan untuk disholatkan di masjid. Ada jelas penolakan khusus bagi masyarakat yang mendukung calon gubernur yang bukan Muslim.
Seharusnya masyarakat Jakarta bisa cerdas dalam menanggapi masalah-masalah ini. Dan tidak termakan oleh isu-isu SARA yang terus digaungkan gemanya selama masa-masa kampanye ini. Terus melihat dengan hati segala tindak-tanduk calon pemimpin yang ada saat ini. Jika melihat pemimpin yang melegalkan segala cara untuk mencapai kemenangan..apa yang ada dibenak pikiran kita. Bahkan didukung yang jelas-jelas segala tindak tanduknya adalah paham kekerasan dan juga berusaha merusak kebhinekaan yang ada.
Tapi semuanya itu kembali kepada masyarakat Jakarta. Untungnya saya bukan warga Jakarta. Yah kalau saya sudah pasti memilih pemimpin yang sudah jelas bukti karya nyatanya. Dan bukan hanya sekedar janji-janji yang enak didengar oleh telinga ini. Apalagi memilih pemimpin yang jelas-jelas mengijinkan dirinya ikut dalam pemahaman garis keras.
Berharap Jakarta kedepannya dipimpin oleh Pemimpin yang hobinya adalah melayani masyarakat dan bukan minta untuk dilayani. Pemimpin yang tidak sekedar pintar mengucapkan konsep yang katanya unggul tapi sulit untuk diimplementasikan atau dieksekusi programnya. Pemimpin yang tidak terikat janji-janji kepada pendukung yang sudah memberikan dukungan selama masa kampanye. Yah pastinya ketika yang didukung menang, segala kepentingan kelompok pendukung pasti menagih janjinya terus-menerus sehingga lupa untuk melayani masyarakat banyak. Tapi yang terutama adalah memilih pemimpin yang jujur dan tidak korup. Berani dalam menghadapi segala cukong-cukong nakal yang mau menggerus uang rakyat, berani dalam menegakkan kebenaran diatas kebenaran. Berharap Jakarta semakin lebih baik lagi dan berharap Indonesia tercinta ini juga semakin lebih baik lagi..
Catatanku hari ini,
Sibolangit, 14 Maret 2017