Tidak bisa tidak, sentuhan sedikit saja bisa membuat suatu menjadi sangat beda. Ibarat sebuah sekrup kecil di dalam sebuah dinamo mesin untuk menggerakkan motor, meskipun ukurannya sangat kecil tapi fungsinya sangat dahsyat. Bisa membuat fungsi dinamo berjalan dengan sangat baik.
Jika dinamo tersebut berjalan lancar, tentu akan keluar daya yang sangat besar yang bisa menggerakkan sebuah mesin.Â
Pariwisata Toba, sebagai bagian dari Wonderful Indonesia pun seharusnya bisa berbenah, mulai dari hal-hal yang paling kecil hingga yang paling besar. Segala hal tentu akan bisa dilakukan demi memaksimalkan Toba menjadi wisata kelas dunia bahkan sejajar dengan Bali.Â
Terus terang ketika mendengarkan para pemateri di konferensi internasional "Heritage of Toba", khususnya di sesi kedua, mulai dari  Athan Siahaan seorang Fashion Designer, Santhi Serad seorang Praktisi Kuliner hingga Vicky Sianipar seorang Musisi dengan tema "Kolaborasi Budaya, masyarakat, dan Pariwisata Toba".
Melalui sesi tersebut, saya semacam mendapatkan pencerahan bahwa inilah esensi perubahan yang boleh dikerjakan bersama-sama dengan masyarakat maupun pemerintah.Â
Di mana esensi perubahan yang menjadi objek vital atau daya tarik sebuah wisata tersebut yang menjadi kekhasan wisata Toba terdiri dari cendera matanya seperti kain ulos, kemudian musiknya, tariannya hingga ke pangan atau makanan khasnya.Â
Sejalan dengan pemikiran Bang Viky Sianipar di dalam pemaparannya yang kemarin, jelas membuat mata saya terbuka dan betul dengan apa yang ia sampaikan dan ia lakukan selama ini. Yakni, membuat semacam kemasan yang baru tanpa mengubah esensi dari apa yang menjadi isinya.Â
Artinya, perlu perubahan kemasan didalam penampilan tradisional dari objek daya tarik wisata Danau Toba, di samping mungkin alamnya Danau Toba yang memang betul-betul indah dan menawan.Â
Perubahan Kemasan Bidang Ulos