Untuk memutus mata rantai ini juga perlu komitmen yang besar dari si anak. Contohnya aku sewaktu masih bersama orang tuaku. Dengan kondisi Bapak yang perokok berat, aku berkomitmen untuk tidak merokok sampai aku besar nantinya. Itu tentu terjadi bukan tanpa sebab.Â
Karena memang kurang ter edukasi nya mereka saat punya anak bayi, anak bayi tersebut akan sangat mudah terkena penyakit ISPA bahkan pneumonia.Sesak nafas hingga sulit tidur itulah yang kualami ketika masih kecil dan bersama mereka.
Akibat sakit-sakitan dan tidak enaknya punya penyakit tersebut, Aku akhirnya putuskan untuk tidak meniru Ayahku. Meskipun tantangan nya kemudian tidak mudah disaat aku sudah remaja. Godaan  teman-teman terus datang untuk mengajak supaya aku merokok, tapi meskipun akhirnya aku dikucilkan bahkan mungkin dianggap tidak jantan, komitmen ku tidak berubah. Dan alhasil sampai sekarang aku pun tidak merokok.
Saat membandingkan ketika aku berkeluarga, bagaimana Aku bisa melihat penyakit pernapasan yang aku alami bukanlah penyakit keturunan, melainkan karena gaya hidup yang tidak sehat yang diterapkan oleh ayakku hingga aku menjadi demikian. Anak-anak ku bisa hidup sehat dan hidup bahagia.
Pasalnya jika Aku ikuti orang tuaku, tentu akan berakibat kepada bagaimana tidak sehat nya anak-anak ku, bahkan perekonomian kamipun tentu akan sangat tidak baik. Dan ketika perekonomian kami terganggu tentu untuk menciptakan keluarga yang tangguh tidak akan tercapai sama sekali.
Artinya untuk memutuskan mata rantai dari orang tua perokok yang aktif tidak tertular kepada anak, si anak sendiri harus bisa memutuskan mata rantai tersebut. Bisa mengalahkan godaan bahkan ejekan yang mungkin datang.
Untuk orang tuaku yang sekarang, meskipun belum berhenti merokok sampai sekarang, tapi yang kulihat dirinya sudah dangat mengurangi jumlah rokok yang dia hisap perharinya. Dan sekali lagi untuk bisa menghentikan nya hanya dengan komitmen yang kuat yang datang dari diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H