Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanti "New Normal" Pendidikan Nadiem Makariem, Kuncinya Siapa?

6 Juni 2020   12:45 Diperbarui: 6 Juni 2020   12:39 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti  berubah. Dan tidak ada sesuatu yang terus statis atau tidak mengalami perubahan. Sebab hakekatnya yang tak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Tapi tak enaknya di dalam sebuah fase perubahan tentu ada sebuah harga yang harus dibayarkan. Alias tidak gratis, oleh karena itu butuh yang namanya inovasi dan kreatifitas yang harus dilakukan supaya saat mengalami perubahan itu, rasa sakit atau rasa tidak enaknya tidak begitu terasa.

Saat ini pemerintah telah membuka secara perlahan-lahan sektor ekonomi dan sektor lainnya, setelah sekian lama dalam beberapa waktu yang lalu akibat covid 19 ini sektor-sektor tersebut sengaja ditutup demi pencegahan virus ini tidak semakin meluas. Pemerintah bahkan mengucurkan sejumlah anggaran yang sangat fantastis untuk bisa mengcover seluruh kebutuhan warganya yang terus berada di rumah.

Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah. Situasi yang demikian terus menerus tentu akan sangat tidak nyaman bagi siapapun. Sebab kita bukan orang yang senang terus menerus berada di rumah, butuh yang namanya pergi ke luar, butuh yang namanya hiburan, butuh yang namanya aktualitas diri dari profesi atau keseharian kita bisa terwujud di luaran sana.

Oleh karena itu pemerintahpun segera mengambil keputusan dengan melibatkan Gugus Tugas di dalam penyiapan berbagai hal seperti protokol kesehatan yang ketat di dalam  memasuki fase baru di dalam kehidupan kita. Mau tidak mau kita harus siap dan kita harus bersiap di dalamnya.

Pemerintahpun dengan langkah yang berani mengupayakan untuk sosialisasi terus menerus 'new normal' atu normal baru. Dengan harapan konsep "New Normal' ini bisa mengakar dan akhirnya seluruh warga Indonesia siap dan bersedia melakukannya. Sampai akhirnya bisa ditemukan vaksin aktif yang bisa mematikan virus covid 19 ini.  Tapi pertanyaannya siapkah kita dengan "New Normal" yang akan kita masuki ini segera?

Pasalnya ketika pemerintah tengah mengupayakan untuk konsep new normal bagi dunia pendidikan kita, ada banyak suara-suara yang masuk ke pemerintah dengan adanya rencana ini, yang nadanya sangat jelas menolak jika sekolah dibuka kembali. Akhirnya pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masih belum memutuskan "New Normal" yang bagaimana yang akan diterapkan di sekolah-sekolah kita.

Pemerintah dalam hal ini Tim Gugus Covid 19 masih hanya mempersiapkan new normal bagi dunia kerja atau industri dan dalam ibadah-ibadah. Seperti yang baru kita saksikan sendiri, sudah diperbolehkannya lagi beribadah di tempat tempat dengan berbagai macam tindakan protokol kesehatan yang diterapkan juga. Tapi untuk dunia pendidikan bagaimana?

Terdengar dalam waktu dekat ini, Bapak Mendikbud, Nadiem Makariem di bulan Juni ini akan segera mengeluarkan protokol kesehatan yang pas untuk mengakomodir terlaksananya pendidikan di bangsa kita secara ofline atau langsung ada di dalam sekolah-sekolah. Belum tahu konsep yang bagaimana akan beliau keluarkan dalam waktu dekat ini? Tapi yang jelas bagi kita pelaku dunia pendidikan, tentu sudah harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang akan diputuskan.

Tapi pertanyaannya siapakah kunci untuk new normal pendidikan ini bisa terlaksana dengan baik? Tentu tak lain dan tak bukan adalah pelaku atau mereka-mereka yang ada dalam satuan pendidikan tersebut. Semua akan terlaksana dengan baik jika para siswa kita sudah memiliki kesadaran yang penuh dan kuat.

Artinya perubahan dengan fase new normal ini akan bisa berjalan dengan sangat mulus, jika itu terjadi secara 'bottom-up' dan bukan 'top-down.' Ada inisiasi dari tiap-tiap siswa di dalam memulai pembelajaran yang nantinya akan digelar, siap untuk memenuhi protokol-protokol kesehatan yang ada dan yang sudah disosialisasikan. Setelah siswa, kemudian berlanjut kepada para guru dan akhirnya sekolah dan seluruh satuan pendidikan tersebut benar-benar menjalankan protokol kesehatan yang ada.

Kemudian bukankah ada OSIS (organisasi siswa intra sekolah)? Kenapa tidak mempercayakan hal ini kepada mereka? Bahwa untuk urusan keselamatan bersama, penting untuk menjaga diri masing-masing? OSIS menjadi garda terdepan dalam hal aspek pengawasan dan realisasi pelaksanaan protokol kesehatan untuk mencegah covid 19 tersebut. Artinya kita publik Indonesia bisa memberikan kepercayaan kepada pengurus OSIS, kepada guru serta sekolah, bahwa seluruh satuan pendidikan itu akan ketat menjalankan protokol kesehatan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun