Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Belva Mundur, Dirinya Tak Siap Goncangan?

21 April 2020   23:02 Diperbarui: 21 April 2020   23:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah keputusan tentu akan ada banyak plus atau minus yang akan senantiasa kita hadapi. Resiko yang seburuk apapun tentu akan bisa dilewati jika sudah ada kata sepakat dan hasil putusannya. Tentu goncangan terbesar ada pada sosok seorang pemimpin dan jarang ada pada bawahan kita.

Maka kemunduran dari Belva Devara dari staf khusus kepresidenan tentu amat sangat disayangkan. Sebab kesempatan berharga ini atau dipercaya untuk bisa ambil bagian dalam membangun bangsa ini, meskipun posisi jabatan sekecil apapun itu, pantas untuk tetap diperjuangkan. Artinya jabatan adalah amanah untuk bisa berbuat bagi bangsa ini. Jabatan  adalah cara kita untuk bisa berkontribusi banyak dalam melakukan dan mengejar ketertinggalan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain.

Apalagi sosok Jokowi dalam memutuskan satu hal, khususnya dalam memilih orang-orang yang ada duduk di barisannya untuk memimpin bersamanya, tentu bukanlah dengan kriteria abal-abal. Segalanya sudah dipertimbangkan matang. Apalagi saat memilih staf-stak khusus kepresidenan, beliau sudah memikirkan panjang lebar dalam menentukan siapa-siapa saja orangnya.

Orang yang dipilih tentunya adalah orang yang terbaik saat itu.  Bukan hanya sekedar kaum milenial, tapi memang sudah terbukti dengan adanya terobosan yang sudah dilakukannya sebelumnya. Belva Devara dengan Ruang Gurunya, Angkie Yudistia seorang penyandang disabilitas dengan Thisable Entreprise nya, Putri Indahsari Tanjung dengan Creativepreneur Event Creatornya.

Ada 4 dari 7 stafsus milenial Jokowi memang punya perusahaannya sendiri. Artinya mereka-mereka ini punya kapasitas lebih di dalam memberikan masukan ataupun tanggapan kepada Jokowi saat-saat beliau tentu meminta hal tersbut.

Memang pernah ada kesalahan yang telah dilakukan oleh salah satu stafsusnya, yakni memakai kop surat negara untuk kepentingan perusahaannya. Tentu hal tersebut telah mencoreng kepercayaan yang diberikan. Tapi saya kira, itu adalah sebuah pembelajaran mahal bagi mereka. Apalagi orang-orang muda memang pasti kerap akan melakukan kesalahan. Dan yang penting adalah evaluasi setelahnya dan mengambil sikap untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama untuk kedua  kalinya.

Tapi saat melihat keputusan Belva Devara memilih mundur dari jabatan stafsusnya tentu adalah sebuah ketidaksiapan dirinya terhadap goncangan besar yang memang akan selalu datang kepadanya. Lagipula saat dipilih-pun jadi stafsus tidak ada keharusan untuk meninggalkan perusahaan-perusahaan yang mereka telah rintis. Sebab memang fungsinya semacam pemberi masukan bagi pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang akan diambil.

Kemudian kebijakan untuk melibatkan Ruang Guru sebagai salah satu mitra kerja Pemerintah dalam program Kartu Pra Kerja, pemerintahpun mengakui bahwa semua sudah berjalan dengan prosedur dan tahapan yang berlaku. Artinya tak ada yang perlu dikhawatirkan jika nantinya bakal ada konflik kepentingan di dalamnya.

Terhadap banyaknya suara-suara miring dari berbagai pihak, tentu adalah bagian dari proses yang harus dilalui. Artinya jika sikap kita sudah benar, menjalankan dengan baik segala tahapan-tahapannya dan senantiasa menjaga keprofesionalan kita, tentu bukan masalah untuk tetap berada disana. Tapi saat Belva akhirnya mundur tentu mengundang banyak pertanyaan sebaliknya.

Ini menjadi pembelajaran mahal, bukan hanya bagi Belva sendiri, tapi bagi kita juga. Tak mudah untuk menjadi pemimpin, tak mudah untuk tidak disalahmengerti, tak mudah untuk bisa bersikap adil. Tapi yang penting dari semua itu adalah tetap menjaga integritas, dan kemauan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa adalah kunci atas semuanya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun