Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masyarakat yang Tidak Jujur Membuat Kita Terbanyak Covid-19 di ASEAN?

18 April 2020   09:22 Diperbarui: 18 April 2020   09:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangat miris saat ini kita ternyata menjadi negara terbanyak se ASEAN yang menderita covid 19. Padahal jika kita melihat di awal-awal Filiphina, Malaysia maupun Singapura-lah yang masih mendominasi. Tapi kini angkanya berbalik dan kita di daulat menjadi negara terbanyak terpapar covid 19. Update dari worldmeter.info (17/4), kita mencapai angka 5.923 positif dengan penambahan per hari itu sekitar 400-an orang.

Tapi pertanyaannya, apa yang menjadi penyabab hal yang demikian? Ternyata hal tersebut dan hal tersebut diungkap juga oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Di sela-sela dirinya mendapatkan info terbaru dari salah satu Rumah Sakit yang ada di Semarang, RSUP Kariadi, bahwa tenaga medisnya sebanyak 46 orang terjangkit covid 19.

Hal tersebut lantaran banyaknya para pasien yang tidak jujur dalam hal riwayat perjalanan mereka. Ketidakterbukaan tersebut justru akan semakin memperparah kondisi keadaan kita. Meskipun hanya berupa angka statistik semata, hal ini menggambarkan kondisi keadaan kita yang sebenarnya. Yakni perihal ketidakjujuran kita menjadi faktor kali pertambahan kasus covid ini dari hari ke hari.

Perihal ini juga penulis dapatkan saat seorang teman saat dirinya mendapatkan laporan bahwa salah satu tetangganya baru pulang dari luar negeri. Tapi sengaja mendiamkan tentang riwayat kedatangannya tersebut. Bahkan dirinya pun seakan merasa tidak bersalah pergi keluar-luar rumah. Sehingga menimbulkan ketidaknyamanan tersebut ada pada teman saya. Akhirnya dirinya pun mencoba melaporkan perihal tersebut kepada pihak Satgas untuk bisa segera mengingatkan tetangganya itu.

Sikap warga kita yang memang keras kepala, saat dibilangin oleh pemerintah untuk tidak mudik dulu, ternyata tetap memilih untuk mudik juga. Dibilangin untuk tetap berada di rumah ternyata pergi ke tempat-tempat keramaian. Dibilangin untuk beribadah di rumah saja, ternyata masih banyak daerah-daerah yang memilih tetap beribadah di tempat-tempat ibadah. Meskipun katanya daerahnya masih aman, padahal sebenarnya tidak aman.  

Masalah ketidakjujuran ditambah dengan keras kepala, kemudian sikap yang tidak mau dengar-dengaran apa yang sudah disarankan, apakah negara  kita akan meledak seperti kejadian yang ada di Eropa maupun di Amerika sana? Bukan hanya mengalahkan negara-negara tetangga kita, bahkan kita mendominasi hingga tingkat dunia?  

Kita akan terus melihat angka-angka positif ini,naik terus menerus bahkan dari sehari ke sehari terjadi pelipatan bukan hanya dua kali bahkan mungkin saja naik hingga sepuluh kali lipatnya? Apakah kita tidak kasian melihat bangsa kita seperti ini? Melihat bagaimana para medis juga harus terus berjibaku untuk menolong, pemerintah kita juga yang habis-habisan keluarkan dana yang tak sedikit untuk menolong kita semua?

Sehingga boleh dibilang untuk penyelesaian covid 19 yang sampai saat ini belum ditemukannya vaksin yang manjur, bukan terletak pada cakapnya para medis untuk mengobati dan merawat kita, juga tidak terletak pada triliunan dana yang dikucurkan oleh pemerintah. 

Tapi satu yang utama dan jadi kunci bagi kita untuk bisa keluar dari krisis yang ditimbulkan oleh pandemik ini, adalah kita sendiri, warga negara di bangsa ini. Menjadi warga negara yang memilih sikap jujur, kemudian tidak keras kepala, dan mau dengar-dengaran adalah obat saat ini yang bisa menolong bangsa kita. Tapi pertanyaannya, maukah kita melakukannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun