Tak bisa kita pungkiri saat ini pandemi corona begitu menggerogoti segala lini. Baik dunia bisnis hingga dunia pariwisata kita. Mulai dari pekerja harian hingga pekerja kantoran, kemudian para pemilik bisnis baik kecil maupun besar, semuanya begitu terimbas gara-gara virus yang satu ini. Terhadap situasi ini tentu tak baik menyalahkan siapa-siapa. Kita semua harus berbenah dan saling menguatkan satu dengan yang lain.
Menolong sebisa yang kita mampu. Tapi semuanya harus kita mulai dari diri kita sendiri. Mengikuti instruksi dari  pemerintah, seperti untuk tidak berpergian ke luar rumah dulu. Baik itu untuk para pekerja, pelajar hingga posisi kita sebagai umat yang beragama, menjalankan itu semua dari rumah kita masing-masing.
Tapi kedepannya bagaimana jika corona ini sudah berlalu? Bisakah dengan secepatnya kita segera berbalik? Dari keadaan yang boleh dikatakan terpuruk bisakah kembali mereka-reka masa depan kita ke arah yang lebih baik, khususnya dalam industri pariwisata kita?
Jika kita merujuk ke data induk atau Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan yang ditetapkan selama kurang lebih 15 tahun, oleh Bapak SBY di tahun 2010 lalu lewat kementerian kepariwisataan, target  masa pencapaiannya akan berakhir di tahun 2025 nanti.Â
Hal tersebut tertuang dalam PP No.50 Tahun 2011. Menyebutkan dalam rencananya bahwa target  wisatawan nusantara sampai di tahun 2025, angka optimisnya mencapai 371 juta wisnus. Dan angka minimumnya sebanyak 328 juta wisnus.
Tentu tak mudah untuk mencapai angka-angka tersebut, apalagi harus mewujudkan adanya minimal 25 juta wisnus yang baru. Sementara di tahun 2020 ini saja keadaan kita boleh dikatakan terpuruk gara-gara virus pandemik covid-19 ini. Untuk mencapai angka triwulan pertama saja berkisar 70 juta-an wisnus secara nasional saja boleh dikatakan sulit tercapai.
Mungkin waktu itu belum terasa karena pandemic korona ini baru masuk awal Maret lalu. Dan baru terasa nanti setelah di triwulan ke dua hingga di triwulan ketiga di sepanjang tahun 2020 ini. Bahkan jika pandemik ini belum juga berakhir di tahun ini, itu artinya industri pariwisata kita akan jauh lebih terpuruk lagi.
Bagaimana kita menjawab tantangan besar yang tentu solusinya bukan hanya berasal dari pemerintah kita, khususnya Kemenparkraf? Butuh keterlibatan kita juga di dalamnya. Bisakah kita sebagai masyarakat menjawab tantangan besar yang ada di depan mata kita, jika seandainya covid-19 ini sudah berakhir?
Tak muluk-muluk untuk menjawabnya. Secara naluri dan juga hal tersebut merupakan kebutuhan kita juga sebagai kaum milenial yang paling banyak angkanya saat ini di bangsa ini, bisa dikatakan sangat membutuhkan yang namanya hiburan lewat jalan-jalan.Â