Tanpa mencoba menebak bagaimana hasil akhir dari perjalanan dua menteri ini di masa era kepemimpinan Bapak Jokowi, tentu kita akan bisa langsung memilih yang terbaik dan jauh lebih terhormat dari dua menteri ini. Yakni jika dibandingkan antara Bapak Imam Nahrawi dan Ibu Susi Pudjiastuti dengan kondisi sekarang tentu pilihannya jatuh kepada sang Ibu Menteri Kelautan dan Perikanan.
Tapi ada satu gagasan yang mau coba saya sampaikan dari dua tokoh ini yang dipercayakan untuk bisa memimpin satu bidang kehidupan yang mengelola kepentingan bangsa ini. Yakni terletak pada bukan seberapa bangganya saat kita dipilih untuk bisa menjadi sosok Menteri, tapi bagaimana torehan-torehan kesetiaan, torehan-torehan prestasi demi prestasi yang akan bisa diberikan semasa menjabat?
Dimana dalam minggu ini saja tentu mata kita tertuju kepada dua sosok menteri yang akan segera mengakhiri masa jabatannya. Tentu secara prestasi mereka adalah sosok-sosok yang telah memberikan kontribusi prestasi yang membanggakan bangsa ini.
Seperti di Kemenpora, tepatnya di hari ulang tahun kemerdekaan bangsa kita di tahun lalu. Indonesia berhasil menghelat event internasional, Asian Games maupun Asian Paragames. Bahkan menorehkan sejumlah prestasi para atlet dan para pemuda kita.
Juga tentu kepada Ibu Susi juga sama. Berhasil membawa kelautan dan perikanan kita kembali menjadi sumber pemasukan besar bagi perekonomian bangsa. Khususnya berhasil dalam memberantas illegal fishing yang telah menggondol jutaan ton ikan-ikan Indonesia dibawa keluar oleh kapal-kapal tersebut.
Bahkan akhirnya beliaupun ingin menggagas, seperti yang dilansir oleh liputan6.com (19/9/2019), yakni sebuah monumen "Illegal fishing". Bersama satgas 115, beliau ingin masyarakat tahu bagaimana kerasnya upaya untuk memberantas para mafia-mafia pencuri ikan di perairan nusantara kita?
Bisa dibilang di minggu ini, kedua tokoh ini menjadi pusat perhatian kita bersama. Sebab sama-sama kedua tokoh ini telah berpamit-an kepada seluruh jajaran yang dipimpinnya masing-masing di akhir sisa kurang dari 6 minggu lagi memimpin.
Yang satu berpamitan karena akan menyelesaikan dulu kasus hukum yang sudah mentersangkakan dia. Sedang yang satu untuk meletakkan dasar yang benar, supaya pemimpin berikutnya bisa melanjutkan program kegiatannya selama ini bahkan berharap bisa lebih baik darinya. Sehingga akhirnya lebih terhormat mana?Â
Atau dari dua pilihan ini mana kira-kira yang akan kita pilih. Yang lebih setia atau jujur dibandingkan dengan yang lebih berprestasi? Yang jujur tapi tidak berprestasi dibandingkan yang berprestasi tapi tidak jujur? Mari silahkan dipilih dan ditulis pada komentar yah dan mengapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H