Ini harus menjadi catatan dalam sejarah psikologi bangsa kita. Ada orang yang merasa lega karena telah menghilangkan nyawa orang yang bahkan nota bene orang yang dihabisinya itu tak lain dan tak bukan adalah keluarga nya sendiri.
Dimana seperti yang dilansir oleh kompas.com (3/9/2019), aksi kejahatan seorang ibu rumah tangga yang berinial AK atau Aulia Kesuma akhirnya menjadi tersangka bersama dengan anaknya (KV).
Bahkan sudah merancang dua kali perihal niatnya itu untuk menghabisi nyawa suaminya, Pupung (54) dan anak tirinya, Dana (23). Tapi dua langkah tersebut gagal total yakni dengan santet kemudian dengan senjata api. Â Bahkan habis hingga ratusan juta juga untuk bisa melakukan niatnya itu.
Terakhir dengan menggunakan racun semacam obat tidur kepada ke dua korban tersebut dan langsung menghabisi suami dan anak tirinya juga.
Dengan dibantu dua orang pembunuh bayaran yang juga sudah diamankan oleh pihak kepolisian, akhirnya mereka berhasil mengeksekusi yang tak lain dan tak bukan adalah keluarga terdekatnya.
Kemudian untuk menghilangkan jejak tersebut, merancang sebuah kecelakaan mobil di daerah Sukabumi dengan peristiwa kebakaran dan terjatuh di dalam sebuah jurang.
Tapi naas, sang anak, KV yang turut membantu memperlancar upaya penghilangan jejak tersebut, justru malah terbakar oleh api yang disulutnya dari dalam mobil tersebut.
Dalam pengakuannya kepada awak media menjelaskan bahwa justru dia merasa lega usai melakukan niatnya itu. Karena tidak lagi akan menanggung milayaran utang yang dibuat oleh suaminya itu. Juga tanggungan utang Rp.200 juta tiap bulan yang harus dibayarkan ke bank.
Karena tak kuat lagi dan terlanjur sakit hati kepada suaminya tersebut, maka nekat untuk melakukan aksinya tersebut. Yakni dengan memberikan racun serta melakukan kamuflase terjatuh dalam jurang kemudian terbakar di dapatkan dari serial sinetron yang ditontonnya.
Sehingga pertanyaannya, apakah tayangan-tayangan sinetron yang ditonton oleh banyak orang ternyata bisa menjadi sebuah inspirasi untuk melakukan aksi tindakan kejahatan.
Apakah masih patut untuk menayangkan sinetron-sinetron dengan muatan-muatan kekerasan di dalam konten-konten film yang akan disajikan oleh mereka dalam tayangan televisi? Â Â