Hari ini betul-betul belajar bahwa di tangan pemerintah seluruh hajatan dan seluruh sosial kita bisa berkembang. Apalagi selama ini kita begitu tergantungnya dengan media sosial. Mulai dari eksis diri, hingga berbagi info, gambar maupun video yang kita anggap sebagai hal yang patut untuk di share atau dibagikan.
Dimana seperti yang dilansir oleh cnn.com (25/5/2019), pemerintah dalam hal ini Kementerian komunikasi dan informatika (kominfo) secara resmi hari ini, Sabtu (25/5/) mengakhiri pembatasan akses jaringan ke Instagram, Whatsapp hingga Facebook. Setelah selama empat hari sebelumnya yakni pada tanggal 21 Mei lalu, Kominfo betul-betul menutup akses para warganet dalam membuka ketiga media atau apps tersebut.
Langkah tersebut diambil setelah melihat situasi dan kondisi di bangsa kita mulai kondusif. Dampak dari pengaruh demo rusuh 22 Mei begitu kuatnya. Bayangkan saja ketika media sosial saja ditutup, ternyata masih banyak juga berita-berita bohong atau hoaks yang sengaja disebarkan oleh oknum-oknum tertentu.
Tapi yang menjadi pertanyaannya, Â bagaimanakah seandainya jika pemerintah tidak mengambil langkah preventif atau pencegahan dengan tidak memberikan akses sebebas-bebasnya kepada media-media sosial yang ada. Maka apakah yang akan terjadi?
Sulit dibayangkan bagaimana hujan hoaks dan berita bohong akan semakin sulit untuk kita saring. Berita-berita bohong yang terus dikirimkan akan terus memakan banyak orang-orang untuk semakin percaya bahwa aksi rusuh demo 21-22 Mei lalu terjadi atas kehendak rakyat. Dan ujung-ujungnya bisa memantik ketidakpercayaan lagi kepada pemerintah saat ini.
Maka setelah kita mengalami hal ini, pembatasan-pembatasan untuk mengakses media sosial, tentu banyak pihak yang dirugikan. Apalagi para penjual online yang menggunakan media sosial sebagai plarform mereka untuk berdagang dan menjajakanproduknya adalah pihak yang paling dirugikan. Juga penyedia jasa layanan data akan semakin berkurang seperti XL, Smart, ataupun Telkomsel.
Jika sudah seperti itu, masihkah mau demo untuk suatu hal atau tujuan yang tak jelas? Apalagi dibayar untuk membuat kerusuhan di negara ini. Padahal jika negara ini chaos atau rusuh dan rusak, uang didapatkannya belum tentu bisa membeli makanan lagi. Sebab semua aktivitas  ekonomi sudah rusak. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H