Dalam pesta demokrasi dipastikan akan ada peserta yang menang maupun peserta yang kalah. Dimana jika menang tidak merasa lebih hebat, sedangkan bagi yang kalah tidak merasa bahwa dia yang paling jelek. Sebab semuanya itu adalah pilihan dan keputusan dari rakyat sendiri.
Tapi sikap yang langsung menolak padahal prosesnya masih sedang berjalan, bahkan sepertinya mengganggu proses penghitungan dengan melakukan banyak aksi demo, bahkan menarik para saksinya di tiap provinsi.
Dan juga melakukan aksi penolakan terhadap hasil pemilu. Dimana seperti yang dilansir oleh kompas.com (15/5/2019), Prabowo tegas menolak hasil pemilihan presiden baru-baru ini dalam sebuah hotel di Jakarta. Melihat sikap Prabowo yang demikian, Jokowi-pun lantas angkat suara dengan pernyataan penolakan tersebut.
Kemudian juga mengakui oleh Dewan Penasihat DPP Partai Gerindra Raden Muhammad Syafi'I, bahwa pihak mereka, BPN Â Prabowo-Sandi tidak akan mengajukan gugatan ke MK. Ia mengaku pihaknya sudah tidak percaya lagi terhadap Mahkamah Konstitusi.
Dalam beberapa hari ini, Jokowi selalu menyinggung pernyataan lawan politiknya tersebut, yakni Bapak Prabowo. Pada event-event buka puasa menjadi moment yang tepat untuk bisa menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan sekaligus untuk bisa merangkul sekalipun itu lawan .
Pertama saat berbuka puasa di rumah Ketua DPD, Oesman Sapta Odang, Rabu (15/5). Jokowi meminta supaya Prabowo ikut mekanisme yang ada.Sebab semuanya sudah diatur dalam konsttitusi negara kita dan juga semuanya diatur dalam UU. Â Dan diperkuat dalam peraturan KPU untuk urusan teknisnya. Hal tersebut beliau sampikan
Mengklaim diri sendiri sebagai pemenang, padahal menurut hasil situng KPU, bahwa kemenangan ada di pihak Jokowi-Maruf. Dengan total suara yang masuk sudah mencapai 82 persen. Dan perolehan suara Jokowi-Maruf sudah 56,23 persen sedangkan Prabowo-Sandi hanya 43,77 persen.
Jika-pun menemukan adanya pelanggaran-pelanggaran dalam hal perjalanan proses penghitungannya, bukankah ada Bawaslu untuk menindaklanjuti. Jika ada sengketa hasil pemilu bukankah ada Mahkamah Konstitusi yang akan mengadili bagaimana hasilnya.
Kedua, saat bicara di depan para anggota TNI kemarin  Kamis (16/5). Sesungguhnya beliau disamping menyampaikan perihal penolakan tersebut. Jokowi ingin merangkul para aparat TNI supaya tidak mudah terpecah belah dengan kondisi dan situasi yang ada.  Dimana TNI harus segera merangkul masyarakat tapi juga harus tegas menghalau perusak Pancasila dan sistem berdemokrasi di tanah air kita.
Maka ketika dua kali Jokowi bicara tentang hal ini, yakni tudingan-tudingan adanya kecurangan, tentu ini menjadi pesan sentral yang harus di dengarkan oleh Bapak Prabowo juga. Â Bapak Jokowi-pun kemudian ingin menunjukkan bahwa ia pun akan segera tegas di dalam bersikap. Sebab sekali lagi semua di bangsa ini taat kepada konstitusi, dan taat kepada aturan UU yang berlaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H