Ketika harapan atau mimpi menjadi seorang pejabat apalagi ketika menjadi seorang Presiden, tentu harapan terbesarnya adalah melayani masyarakat yang dipimpinnya dengan sungguh-sungguh. Bukan malah sebaliknya dilayani dan mendapatkan banyak fasilitas yang akhirnya malah menumpuk kekayaan sedemikian rupa.
Maka ini suatu pernyataan yang mengejutkan dari seorang kepala negara sebesar Amerika. Bagaimana tidak mengejutkan, jadi seorang pelayan negara dengan menjadi orang nomor satu di negaranya, bukannya mendapatkan keuntungan besar, hartanya bisa semakin melimpah, usahanya kian lancar dan banyak proyek yang mungkin bisa didapatkan.
Tapi nyatanya hal demikian tidak terjadi bagi presiden Amerika sekarang. Seperti yang dilansir oleh kompas.com (3/2/2019), Donald Trump mengaku bahwa selama kepemimpinannya dua tahun belakangan ini, usahanya justru sangat merugi setiap tahunnya.
Komitmen dengan tetap menjaga integritas dirinya dengan tidak bolehnya seorang pejabat negara menerima pemberian apapun dari pejabat asing, ataupun para pengusaha yang berada di lingkungannya maupun di luar dari Amerika.
Kemudian ketika seringnya para pejabat luar itu menginap di Hotelnya Trump, yan kebetulan berdekatan dengan Gedung Putih, justru karena adanya larangan "klausul gaji" larangan pejabat menerima apapun, maka usaha perhotelan Donald Trump terus merugi.
Bahkan Trump mengaku, selama dua tahun masa jabatannya, gaji yang ia terima sebesar USD 400.000 atau setara Rp.5,5 miliar setiap tahunnya malah ia sumbangkan ke badan pelayan amal, seperti Badan pelayan taman ataupun istitusi penyalahgunaan alkohol.
Meskipun merugi dan bahkan kehilangan banyak peluang bisnis selama ia menjadi presiden,justru Trump merasa ini adalah pekerjaan yang paling ia sukai selama hidupnya sebelumnya.
Tapi bagaimana dengan kondisi para pejabat yang ada di Indonesia? Apa yang terjadi di negara kita? Bagaimana dominannya para pejabat malah justru bertindak sebaliknya.Â
Memperkaya diri mereka masing-masing, dan tidak sedikit yang akhirnya diamankan oleh KPK alias mendapatkan OTT yang bisa dikatakan setiap bulan pasti ada-ada saja yang diamankan.
Jika dibandingkan dengan banyaknya para pejabat kita sekarang ini, tentu beda dengan apa yang sdah dilakukan oleh Bapak Jokowi. Bisa dibilang langkah yang diambil Donald Trump-pun sudah beliau lakukan.Itu bisa kita lihat saat Jokowi sangat-sangat melarang anak-anaknya menggunakan fasilitas kekuasaan yang dimiliki oleh dia.
Bahkan jika ada proyek yang melibatkan pemerintah baik itu di pusat maupun di daerah, Jokowi betul-betul ingatkan anaknya, supaya tidak boleh ambil konsumennya dari pemerintah.Â