Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korupsi di Tengah Bencana Manusiawi Kah, Kenapa Kita Masih Tega?

30 Desember 2018   09:34 Diperbarui: 3 Januari 2019   22:15 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : banten.news.com

Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama sebab perilaku korupsi tidak tanggung-tanggung kita hadapi. Bukan saja para pejabat yang nota bene sudah punya kekayaan yang berlimpah masih melakukan korupsi, orang yang sedang mendapatkan kesusahan-pun ternyata kita masih tega melakukan tindakan kejahatan kepada mereka.

Dan bukan hanya satu peristiwa, hal ini sudah dua kali terjadi di tengah-tengah musibah yang menimpa saudara-saudara kita yang ada Banten maupun di Lombok.

Seperti yang dilansir oleh kompas.com (29/12/2018), Polda Banten akhirnya menetapkan 3 orang tersangka kepada oknum Rumah Sakit yang melakukan pungutan liar kepada keluarga yang hendak meminta kembali jenazah keluarga mereka dipulangkan.

Sejak 23 Desember lalu,total ada 34 jenasah yang ditangani oleh Rumah Sakit dr Prawiranegara (RSDP) dan ada 11 jenasah yang menggunakan pihak jasa rumah sakit 5 diantaranya gratis pemulangannya, sedangkan 6 lagi dimintai bayaran. Dan kepolisian akhirnya dapat mengumpulkan bukti berupa kuitansi pembayaran dan uang senilai Rp.15 juta.

Peristiwa yang sama juga terjadi ketika gempa Lombok waktu lalu dan lagi-lagi pelakunya adalah oknum pejabat negara, yakni anggota DPRD Mataram 1 orang kepala dinas pendidikan dan 1 orang kontraktor. Totalnya 3 orang yang diamankan oleh pihak kejaksaan tinggi kota Mataram, di sebuah warung makan  saat mereka sedang merencanakan perilaku korupsi.

Ketiga oknum tersebut masih tega mengembat dana rehabilitasi gedung sekolah, meski nilainya hanya sebesar Rp.30 juta yang dikorupsi mereka, tapi niatnya tersebut sudah sangat jahat. Sebab dilakukan saat kondisi daerah tersebut sedang ditimpa musibah bencana.

Ngeri jika kita melihat kedua perilaku tersebut di atas, baik di Banten maupun kasus yang ada di Lombok. Meski nilai yang korupsi mereka tidak lah besar, tapi justru karena kejahatan hati mereka dan hati nurani yang sudah mati. Orang yang mengalami musibah seharusnya ditolong, dipermudah, bahkan difasilitasi, ini malah diembat, disusahkan, bahkan dimakan lagi oleh para penjahat ini. Maka sepantasnya hukuman yang berat yang harus mereka terima.  

Dan perbuatan mereka sungguh tidak manusiawi lagi alias sudah berubah menjadi malaikat berwajah iblis. Sebab masih tega melakukan perbuatan yang sesungguhnya bukan perbuatan seorang manusia yang punya hati nurani yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun