Apa jadinya jika banyak muda-mudi bangsa kita selalu dicekcoki dengan paham-paham radikalisme. Paham-paham kebencian dan bahkan mengajarkan pembunuhan. Hal itu masuk lagi dalam buku ajar siswa-siswa setingkat SMA. Baru-baru ini juga aku sangat dikejutkan dengan idola-idola para muda-mudi sekarang. Menurut beberapa lembaga survei,bahwa Tokoh-tokoh radikal seperti Habib Riziek masuk menjadi idola utama dan pertama bagi anak muda-mudi sekarang.
Sungguh situasi yang sangat membahayakan bagi keberlangsungan kedamaian dan persatuan yang sudah tercipta di Indonesia kita ini sejak puluhan tahun yang silam. Wahai pemuda, coba belajar melihat bahwa banyak perbedaan-perbedaan diantara kita semua. Bahwa banyak ketidakcocokan dan bahkan ketidaksesuaian antara yang satu dengan yang lain. Tapi itu bukan menjadi pemecahbelah kita. Coba kita lebih cerdas lagi melihat dan menatap jauh kedepan, apa yang bisa kita raih seandainya kita tetap bersatu, seandainya kita tetap bersama dan saling bahu membahu untuk membangun negeri kita tercinta ini.
Mari jangan gampang diombang-ambingkan oleh doktrin-doktrin atau paham-paham yang betul-betul menyesatkan. Dan bahkan bisa dibilang “paham gila”. Mari ambil kegiatan-kegiatan positif yang bisa membangun diri sendiri. Dan kalau bisa juga membangun orang lain. Disamping menguntungkan dan menyibukkan diri sendiri kita juga bisa bermanfaat bagi orang lain.
Bersyukur, tepat hari Senin yang lalu, tepatnya ditanggal 24 April yang lalu,telah diadakan sebuah event bagi pemuda-pemudi yang berasal dari berbagai kampus yang ada di Medan. Saya bersama dengan tim mencoba menggagas sebuah event yang bisa membangkitkan lagi semangat positif bagi kalangan muda kita sekarang.
Seperti semangat untuk mencintai dan menghargai desa. Dimana desa-desa di Indonesia adalah tempat dimana banyak orang yang tidak menjatuhkan pilihannya atau karirnya di desa. Dimana desa menjadi bukan tempat orang-orang yang ahli atau punya skill, melainkan menjadi pilihan hidup bagi orang-orang yang biasa saja. Sebab memang kalau dilihat dari segi ekonomisnya, kehidupan di desa tidaklah memberikan jaminan yang baik bagi masa depan seseorang. Melalui event tersebut, kami mencoba untuk memperlihatkan sisi yang berbeda. Bahwa ketika menjatuhkan pilihan untuk hidup di desa, kita juga bisa berkarir lebih baik juga.
Mungkin sama ketika kita memilih berkarir di kota. Dengan mencoba memberikan tapak tilas perjuangan-perjuangan masa dulu, dengan peninggalan-peninggalan gedung-gedung tua yang apik tersimpan didalamnya. Disamping itu juga dengan memberikan tantangan dan permainan yang bisa memicu kreativitas lebih dalam pemecahan sebuah masalah yang diberikan. Ada sekitar seratusan lebih mahasiswa yang mengikuti event tersebut. Diharapkan rekan-rekan pemuda maupun pemudi tersebut bisa menjadi penggerak bagi event-event kepemudaan yang lebih besar lainnya. Sehingga semakin banyak pemuda yang bisa tahu dan mengerti tantangan bangsa kita kedepannya apa.
Seperti tantangan untuk memajukan desa-desa di seluruh Indonesia. Memang itu sebuah keputusan yang sulit, dan mungkin jarang ditemukan dalam setiap diri muda-mudi yang ada. Tetapi bukan sesuatu hal yang mustahil untuk dikerjakan. Diakhir-akhir ini juga, banyak gereja yang mulai sadar untuk bisa membangkitkan talenta-talenta atau bakat dari generasi pemuda-pemudi.
Khususnya yang terjadi di gereja-gereja yang ada di kecamatan Sibolangit. Supaya generasi ini bisa mengambil perannya dan bertindak langsung, bukan hanya untuk kebaikan dirinya dan keluarganya, juga mencakup kebaikan dari gereja atau organisasi dimana dia berada, serta kebaikan bagi bangsa kita tercinta. Melalui event-event yang bisa memotivasi para pemuda dalam berkarya lebih, bukan sekedarnya saja.
Wahai pemuda banyak kegiatan positip yang akan bisa kita kerjakan. Asalkan kita mau berusaha, dan tekun untuk membidanginya. Supaya kita bebas dari ancaman degradasi persatuan-kesatuan bangsa kita tercinta. Supaya kita memiliki sikap saling menghormati dan tolong-menolong diantara satu dengan yang lain. Mari kita bangkitkan lagi semangat kegotongroyongan yang sudah hilang keberadaannya. Dulu kita dikenal sebagai bangsa yang suka bergotong royong, sebagai bangsa yang suka membantu orang lain ketika mengalami kesulitan. Sekarang mungkin kita dikenal sebagai bangsa yang radikal,bangsa yang kurang memiliki rasa sabar dan sayang kepada orang lain.
Dan bahkan boleh dibilang kita sebagai bangsa yang termasuk primitif. Dimana yang kuat dan yang mayoritas selalu berusaha untuk menggerus keberadaan yang lemah sekaligus minoritas.karena hanya perbedaan, kita menjadi musuh dan berseberangan. Jangan sampai hal itu terjadi. Kita pemuda-pemudi, mari bersinergi saling bahu-membahu untuk membangun diri kita, orang lain dan lingkungan kita, serta bangsa kita. Sekian Pemuda Sibolangit bagi bangsa,
29 April 2017