Mohon tunggu...
Hanif Abdullah
Hanif Abdullah Mohon Tunggu... -

Penikmat teh di angkringan sudut kota Solo, bukan gembala kebo bule dan juga bukan abdi dalem keraton Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merdeka

13 Mei 2013   00:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:40 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1368380286163876633

Apa jadinya jika salah satu buruh pabrik pengolahan alumunium di Tangerang sampai hari ini tidak kabur, terus bertahan bekerja disitu, dibawah tekanan tanpa gaji. Masih juga dipukuli, menyerah kepada nasib. Mungkin mata bangsa Indonesia tidak akan terbuka, terbelalak dan meneteskan air mata untuk mereka. Namun diantara banyaknya buruh itu masih ada satu orang yang memulai untuk mengakhiri semua kebiadaban itu. Inilah sebuah gambaran nyata sebuah bangsa tidak akan bangkit menjadi manusia merdeka dan hanya menghamba kepada Allah saja jika tidak ada yang memulai. mempelopori kebangkitan. Dan rakyat Indonesia hari ini seperti kumpulan buruh yang dijadikan budak itu. Pasrah terhadap segala penindasan. Terpenjara dalam ruang gelap dan membangun persepsi sendiri tak akan pernah keluar dari ruangan itu sampai waktu tak bisa ditentukan. Mungkin saja belum lahir dikalangan bangsa Indonesia sosok seperti Andi Gunawan, buruh yang nekad kabur dari ruang-ruang gelap perbudakan. Menyakini bahwa diluar ruang gelap itu ada cahaya. Ada kebebasan yang hanya bisa didapatkan dengan melawan rasa takut. Atau sudah lahir jutaan Andi Gunawan dari rahim rakyat Indonesia disetiap tahunnya, masanya atau detiknya namun "Andi Gunawannya" bangsa Indonesia ini tidak pernah diikuti oleh jutaan umat yang terus bermental budak. Terpenjara oleh ketakutan yang dibangun sendiri jika mengikuti sang pelopor akan menemui kematian. Padahal menjadi budak adalah kematian sebelum kematian sebenarnya. Ironisnya jika ruang gelap itu sudah didobrak, belenggu sudah dilepaskan dan rantai kehinaan sudah dihancurkan. Masih ada yang ingin bertahan di dalamnya. Takut menghadapi cahaya terang diluar karena bagi orang-orang ini menikmati kemerdekaan ongkosnya mungkin lebih mahal daripada terus bertahan dalam kegelapan. Sumber Foto  http://malindanim.files.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun