Masa tua adalah salah satu fase kehidupan makhluk hidup. Termasuk manusia, namun tentu tak semua manusia bisa mencapai masa tua. Masa tua adalah masa dimana saatnya raga berhenti berkatifitas berat, kekuatan menurun, daya fikir berkuran, dan segala metabolisme tubuh menurun keaktifannya. Masa tua bagaikan waktu santai dan saatnya memetik hasil. Jika ketika muda kita memiliki anak yang banyak, kemudian dididik secara baik, sehingga berbakti dengan orang tua. Ada pula yang memiliki anak banyak, namun kurangnya contoh dari orangtua, membuat si anak melupakan orangtuanya yang sudah renta dan sibuk dengan urusannya sendiri. Ada juga orangtua yang tak memiliki anak dan hidup sendiri dan masih harus bersusah-susah untuk menyambung hidup selanjutnya, dan lebih mirisnya ketika ada anak yang dengan sengaja menitipkan orangtuanya ke panti jompo. Duh. Naudzubillah.
Beberapa hari ini(13-14-15 okt 14) aku menjadi perawat home care, jadi perawat gerontik dan melayani sepenuh hati kebutuhan yang diperlukan seorang nenek yang aku sayangi. Ya, dia Nenekku sendiri. Seluruh cucunya memanggilnya ‘Nun’. Nun tinggal dengan om ku yang terakhir menikah, bersama istrinya biasanya Nun dirawat oleh mereka. Setiap minggu anak-anak yang lain pasti berkumpul disana. Namun ketika pagi, nun sendirian di rumah. Hanya tidur di kamar. Dari pukul 8 sampai 12 siang nun sendirian, jam 12 Om ku pulang untuk mlihat nun memberi makannya dan istirahat. Kemudian kembali ke kantor melanjutkan pekerjaan sampai sore.
Akhirnya cucu Nun tersayang diutus untuk merawat Nun. Taraa! Yak itu aku. Aku yang sedang menunggu panggilan kerja ini, daripada di rumah. Lebih baik dirumah Nun, menemaninya. Toh aku masih bisa beraktifitas banyak dengan berbagai hal, belajar, baca buku, nonton tv, asupan yang biasa ku tonton adalah National Geographic Wild channel, nutrisi anak bolang untuk mengenal hewan liar hehe. Semasa aku kecil aku sering tinggal di rumah Nun. Nun baik bangeet, juru masak yang handal. Dulu setiap kerumah Nun bawaannya laper, karena masakannya selalu enak. Nun juga gak pelit sama cucu-cucunya.hehe. Sekarang, Nun lemah badannya, sejak jatuh kemarin. Beliau ini paling tidak bisa kalau gak jalan kalau duduk bawaannya pusing katanya. Sekarang, Nun sudah gak bisa jalan lagi, semenjak jatuh itu. Kakinya terkilir mungkin, tapi om dan tante ku tidak ingin mengurut atau di apa-apakan kakinya. Tiap hari hanya dibalur minyak hangat. Sebenarnya aku gak setuju dengan hal itu. Melihat kakinya sebelah bengkak. Pasti ada sesuatu, takutnya malah ada yang fraktur kan. Bahaya -_-
dok. pribadi. ini foto diawal tahun 2014, saat itu nun setidaknya masih bisa sedikit berjalan dan duduk tegak :)
Tapi Nun gak merasa ke ganggu, kakinya gak sakit lagi kalau udah di balur minyak. Nun masih jelas pendengarannya, mata masih melihat walau gak secerah dulu. Ingatan hmm masih ingat kok. Namun beliau tetap memiliki bakat demensia juga.. beliau sering disorientasi waktu. Pagi dikira sore. Siang dikira malam. Saat itu aku pernah, jam 10 pagi dipanggil, beliau hanya bilang.. “Sudah sholat isya?”. Aku hanya tersenyum sembari menjelaskan, “Ini masihjam 10 pagi Nun..”
Kadang Nun susah banget untuk tidur dan sering panggil-panggil, suma karena minta di temenin.. “Nun kesunyian...” baca: kesepian. Jadilah aku duduk dibawah tempat tidurnya. Sambil baca koran, tak lama beliau memanggil aku lagi.. “Iya nun, Wulan disini. Padahal beneran deket banget sama posisi tidurnya, tak terasa keberadaanku :’)”
Baru-baru ini, Nun punya dekubitus, untungnya beliau tak punya riwayat diabetes atau penyakit apapun. Kalo kata om ku yang selalu merawat Nun selama ini, beliau bilang itu karena digarukin ada bentolnya dulu. Hmm lebih jelasnya itu adalah dekubitus. Luka yang tidak hanya terkelupas kulitnya, tapi lukanya dalam, sepetrti dagingnya ikut terbuka. Kemudian nun ditidurkan ke satu arah, kiri. Agar tidak kena lukanya. Nun pakai pampers, bakteri bisa jadi masuk karena lembab dan tak ditutup. Kemudian keesokan harinya dekubitus itu bertambah, ada kecil lagi di bulatan yang sama, bisa melebar. Akhirnya memang harus ditutup dengan revanol untuk sekarang. Seharusnya memang dicuci dengan NaCl, lalu ditutup kasa steril. Nun tak merasa sakitnya hari itu. fokus yang ia rasakan hanya pada kaki kanannya yang bengkak dari paha.
Tentang tingkah laku. Jelas sangat berbeda dari sosoknya seorang Nun dulu. Sosok Jaksa yang tegas dan menuntut hukuman yang pantas bagi pelaku kejahatan. Kini beliau seperti kembali kemasa kecilnya. Kadang kata-katanya tak jelas, dan tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan. Ketika diberi makanan atau minuman, nun selalu bertanya makanan apa ini, minuman apa itu?” padahal sudah hampir 3 kali beliau tanya hal yang sama. Sebagai cucu sekaligus pernah merawat lansia pada dinas gerontik, aku memahami dan memakluminya. Roda berputar kembali pada sifat awal, kekanakan.
Karena Nun selalu merasa sepi, maka jadilah aku mengajaknya mengobrol. Nun jago banget masak, tanya resep ah.. aku tanya resep sayur asem, tanya resep bumbu rendang, tanya resep sayur santan.. masih tajam banget ingatannya hafal banget. Trus aku coba tanya, tentang surat Al-Fatihah, ternyata Nun masih hafal, lalu surat Al-Ikhlas masih sip. Surat An-nas.. kemudian nun mengelak. Sudah jam berapa hari ini? hehe ingatannya kian menurun yaa..
Tadi aku menyuapinya telur ayam kampung yang sudah direndam air panas. Kemudian kuning telurnya aku taruh di dalam gelas, lalu aku campur kan tolak angin sesuai kebiasaan kesehariannya. Menyuapi dua kali, tiga kali, “Apasih itu.. telor terus, maleslah..” ah kata ‘maleslah’ itu sangat mengingatkan ku tentang gerontik! Disana sebagaian besar nenek atau kakek sering banget bilang “Maleslah” hehe.
Waktu itu tante ku membelikan Nun kerincingan. Tante ku beli dua, Satu untuk Rafan satunya untuk Nun. Tanpa harus mengambil sudut pandang mempermainkan. Krincingan itu berguna ketika Nun butuh bantuan. Nun tinggal menggerakkannya. Tanpa harus memanggil-manggil, Nun sangat senang dibelikan kerincingan itu katanya.. “Lucu ya.. hehe” sambil memperhatikan tiap warna yang ada di mainan itu. ah senang deh liat nun senang.
Hari terakhir aku disana, Nun tiduuur terus pagi sampai sore ini. aku yang sering datang ke kamar dan mengingatkan makan, minum atau makan kue. Supaya nun tetap bernergi. Belau ngantuuuk beraaat. Jadi saat makan dan mengunyah pun masih dengan mata tertutup, ngantuk banget katanya.Siklus tidur beliau sudah berubaha. Di kala malam beliau bangun, matanya terbuka, saat pagi ke siang, nun tertidur lelap. Aku samapai khawatir, beberapa kasus di rumah sakit ada yang terjadi shock, gangguan irama jantung saat tidur. Untuk itu aku selalu mengecek ke dalam, melihat nafasnya, suara nafasnya takut ada sumbatan jalan nafas. Dan sesekali aku bangunkan, aku panggil-panggil, bila masih menyahut, jalan nafas masih oke, kesadaran masih sip.
Ternyata. Itu adalah hari terakhir ku disana. Hanya tiga hari, beda dari perkiraan, aku pikir bisa sebulanan merawat Nun dari pagi ke sore. Ternyata hanya tiga hari. Ada sesuatu yang membuatku harus bersiap berangkat ke sebuah kota di pangkal Sumatera, Banda Aceh. Hari terakhir, aku melakukan terminasi pada beliau, mengajak mengobrol dan mengatakan bahwa aku tak datang lagi kesini, aku mau pergi ke Aceh sabtu nanti. Tapi.. karena saat itu Nun sedang ngantuk berat, beliau hanya menjawab “Ya..Ya...” kedua kali aku ceritakan, baru beliau merespon... “Mau ngapain sih ke Aceh?” aku jawab sekenanya. Dan beliau mulai bertanya banyak, seakan resse, gak rela cucu nya berangkat. InsyaAllah aku kembali Nun. Jaga kesehatan, tetap kuat diusia yang sudah kepala 9 atau 10. Beliau sendiri lupa. Hehe.
Salam.
Bandarlampung, 17 oktober 2014
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI