Selasa, 28 Oktober 2014
Happy Sumpah Pemudaaaaa.
Catatan agak telat. Tapi tetep akan terdokumentasi. Karena suatu saat akan rindu masa ini.
Pagi itu aku sedang koreksi hasil ujian Akuntansi praktik Mahasiswa Cengah Maya. Aku menyadari, bahwa mata ajar Akuntansi tak mudah, butuh ketelitian dan perhitungan. Bayangin, aku aja yang sekedar koreksi pusing dibuatnya, apalagi ngerjainnya ya?hehe.
Pukul 11 aku dijemput oleh cudo Winda. Memasukan beberapa baju rumah ke tas, karena pagi ini aku langsung akan menginap dirumah dokter beranak dua ini. Pertama adalah jemput Ar-Rayyan, anak pertamanya di Paud. Ar-Rayyan datang dengan gembira sambil bawa pot plastik kecil yang sudah tertanam sedikit tunas jagung. Seperti biasa Ar-Rayyan sangat kritis. Berbagai hal ditanyakaaan.
“Nanti jagungnya abang siram ya, setiap sore..” tutur Cudo Winda sambil menstarter mobilnya.
“Kenapa harus di siram mah?” tuturnya polos
“Supaya tumbuh.. bisa berbuah jagung..”
“Kenapa berbuah jagung mah?”
“Karena itu biji jagung..”
Banyak banget pertanyaan Rayyan, tapi ibunya tetep menjawab dengan sabar, yak, tumbuh kembang anak. Seusia seperti Ar-Rayyan 4-5 tahun memang banyak pertanyaan. Mengacuhkan pertanyaan anak, membuatnya minder, sedangkan selalu meladeni pertanyaan anak, anak belajar menghargai. Kemudian kami menjemput adik Putroe. Si Kriting cantik ini pun sudah sekolah Paud nol kecil. Dia sangat cantik dengan dress nya.. “Tante Wulaaan...” tutur Putroe ceria. Kemudian dia masuk kebelakang, sepertinya dia capek banget. Jalan sebentar.. Putroe teriak, “Mau muntah maa.. muntaaah...”
Si ibu segera menurunkan kaca mobil, “Turun lagi ma kacanya..” ucap Putroe.
“Jangan Nak, kalo terlalu turun nanti kita ditimpukin orang..” ucap ibunya sambil senyum, dia tau kebiasaan anaknya, obatnya kalo dia berasa mual di dalam mobil adalah menurunkan kaca jendela, kena angin alam. Langsung tenang lagi.
[caption id="attachment_351291" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. bersama Cudo Winda dan anak-anak, sebelum berangkat sekolaah"][/caption]
Kami menuju tempat makan kali ini, ialah di Gunung Salju namanya. Penjualnya orang Cina, tapi ada sertifikat Halal nya, dan ramai pula warga yang makan disana. Berbagai menu Mie ada di sini, Mie Saus (Sejenis mie dengan kuah kari kental), mie dengan daging steak, ayam dll.
Setelah makanan datang, Cudo ga bisa makan dengan tenang. Karena dua orang anaknya mempunyai kebiasaan beda. Si Abang makan sambil mau pake nasi, pake ini itu, si adiknya Putroe makan kucar-kacir dan harus disuapi. Aku hanya diam menatap, alias bingung apa yang ada di depan mata. Tangguh banget si Cudo Winda, tetep sabaaar, padahal keliatannya riweh banget, dan aku gak bisa nolongin, karena bisa malah nangis deh kalo bukan mamanya yang suapin.
Sedikit dari apapun, aku belajar. Muda, seorang dokter, memiliki dua orang anak adalah suatu ujian kesabaran, kedewasaan dan kematangan dalam bertindak. Si Cudo bisa aja langsung bentak, supaya anaknya nurut. Tapi enggak, beliau menikmati proses sebagai ibu. Anyway, Si Rayyan dan Putroe hanya beda dua tahun, jadi wajar mereka sama-sama anak yang ingin diperhatikan penuh orangtuanya.
Sesampai di rumah, aku segera masuk kamar yang sudah disiapkan oleh Cudo. Aku disuruh istrahat, karena Cengah Maya akan datang, mau ajak pergi jam 4 sore nanti. Sudah pukul setengah empat. Aku santai sejenak. Pukul 4 sore Cengah Maya datang, dari BBM sengaja tak turun, karena mau langsung pergi. Beliau mengklakson. Aku pamit sama Cudo Winda yang sedang menidurkan anak-anaknya. Cudo keluar, menyambut kakaknya, sekedar obrolan kecil.
[caption id="attachment_351295" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. Putroe Camelia. keponakan paling kritingg"]
Lalu aku masuk ke kursi depan di samping Cengah Maya dan stirnya. “Oke Lan, sore ini kita mau cobain Waflle di Cup Specialist, dulu Cengah suka kali makan disana..” Yak, bener, makan lagi... aku mengelus perut.. berat badan jangan latah yaa naiknyaa..” Diperjalanan banyak yang kami bicarakan antara aku dan Cengah Maya. Entahlah, mungkin karena sama-sama anak kedua, atau kemiripan wajah kami hehe. Yang jelas berbagai hal bisa kami bicarakan, dan aku sama sekali tak merasa canggung jika ngobrol sama beliau. Semakin asik. Pembicaraan tentang keluarga sampai ekonomi Makro dan mikro. Waah, kali ini aku bersyukur banyak baca koran.hehe
Cup Specialist
Adalah tempat bersantai sore, buka pukul 4 sore. Dengan desain unik. Ala-ala barat. Bangkunya adalah kotak kayu, meja kecil, pembeli bisa langsung memesan, dari menu yang tertera diatas. Kemudian tempat minumnya juga dari seng, klasik. Unik.
[caption id="attachment_351297" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. suasana di cup specialist"]
Disini pembicaraan kami seputaran kematian. Huaa berat ya! Tapi kami sangat cocok pembicaraan tentang apapun. Tentang Cengah Maya yang berkata, saat beliau berhaji, “Pasti setiap usai sholat fardu kami melaksanakan sholat jenazah, berkah banget kan meninggal disana langsung disholatkan seluruh jemaah..” Suatu keberkahan tersendiri mungkin ya, jika meninggal dengan baik di tanah suci Makkah. Hmm
[caption id="attachment_351296" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. semua tentang cokelaat :D"]
Pesanan datang, cokelat panas kami dnegan gelasnya yang unik. Taklama datang Waffle dan pancake. Pancakenya bukan seperti yang isi durian, tapi bulat seperti bolu dengan selai stoberi ditaburi gula putih dan ada seonggok ice cream di atasnya. Ekstra cokelat sore ini, serba maniiiis. “Haa tempat ini dilarang keras ni Cengah, untuk penderita Diabetes hehe,” tuturku sambil kembali masuk kedalam kendaraan, Hari-Hari terakhir di Aceh sangat aku nikmati serta aku syukuri. Semoga keberkahan, keselamatan, dan kesejahteraan melingkupin keluarga-keluargaku di Aceh, Aamiin.
[caption id="attachment_351298" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. with kembaran hehe"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H