[caption id="attachment_383935" align="aligncenter" width="420" caption="sumber: wolipop.detik.com"][/caption]
“Sus, lihat ibu yang ada di ruang observasi? Dia sudah punya sepuluh anak sus! Bayangin sepuluh!” ucap si ibu bersemangat cerita.
Suster yang sedang menulis laporan, lalu berhenti menulis dan memperhatikan keluarga pasien ini cerita.. “Oo iyaya? Terus kenapa bu?” tanya si suster heran.
“Begini Sus, saya itu pernah ngobrol loh sama ibunya bayi itu, saya bilang begini ‘Bu, anak ibu ada 10, kalo satu anak amit-amit ya meninggal, ibu masih punya sembilan anak lagi..’ Lah aku? Anakku cuma satu-satunya, sakitnya begini parah. Kanker darah loh Sus...”
“Bu, semua orangtua gak ada yang mau punya anak sakit.. tapi kalaupun anak kita sakit, itu adalah ujian dari Allah, gak ada yang sia-sia semua ikhtiar kita..”
“Iya, aku juga udah ikhlas apapun yang terjadi sama anakku, aku juga udah baca lumayan banyak tentang penyakit darah ini.. tindakan dokternya juga, aku udah baca sedikit-sedikit bocoran dari internet.. tapi begini ya Sus, aku itu nikah lama, kosong lama perutku ini, hampir sepuluh tahun.. akhirnya dikasih sama Allah anak laki-laki. Aku urus baik-baik anak itu. Walaupun saya sama suami cuma tani, tapi kami kasih yang terbaik buat anak. Anak gak pernah kami kasih jajan, setiap sekolah pasti aku siapin bekal makan. Jajan aku larang, kecuali kalau dia nyicip punya temennya sedikit. Jajan juga cuma dua ribu, dia tabung... seenggaknya makan empat sehat lima sempurna itu udah aku siapin, susunya segala macamnya.. tapi ya gini.. anakku sakit juga Sus..anak satu-satunya..”
“Keluarga ibu punya keturunan sakit darah? Ada yang sering tranfusi darah gitu?”
“Gak ada Sus, setahuku gak ada. ayahku aja meninggal gak sakit apa-apa, meninggal mendadak karena sudah tua. Itu saja.. makanya aku heran, kenapa anakku yang kena penyakit darah ini..” tutur si Ibu itu lagi.
“Gini bu... semua yang terjadi itu udah tertulis semuanya. Semua yang terjadi itu nikmat, sekaligus ujian. Ibu boleh cerita, tapi jangan sampai menyesal ya bu. Jangan sampai juga jadi kufur. Apa yang terjadi syukuri saja.. toh semua pasti tercatat dan terhitung amal. Ikhtiar ibu dan bapak. Usaha si adek juga..” tutur si Suster berusaha bijak.
Suster itu tahu bahwa si ibu sedang fase menerima. Setelah fase menolak, tanda marah dan kesal merupakan fase menerima. Bahwa inilah takdir yang harus dijalani.Kenapa ini dan itu terjadi? “Kenapa aku tidak melakukan A, seandainya aku melakukan A, pasti akan begini.. begitu..”. “Aku menyesal kenapa aku harus begini... begitu...”. jangan disesali, karena itu semua sudah tercatat di Lauhul Mahfudz.. jauuuh sebelum kita dilahirkan. Buku itu sudah tertulis, apik, jeli, teliti oleh Yang Maha Teliti.
“Orang mukmin yang tangguh lebih baik dan lebih Allah cintai dibanding mukmin yang lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan. Upayakanlah segala yang bermanfaat bagimu, dengan tetap meminta pertolongan dari Allah dan jangan pernah merasa lemah / tidak berdaya.bila engkau ditimpa sesuatu maka jangan pernah berkata: andai aku berbuat demikian niscaya kejadiannya akan demikian dan demikian. Namun ucapkanlah: ini adalah takdir Allah dan apapun yang Allah kehendaki pastilah terjadi/ terwujud, karena sejatinya ucapan ” andai” hanyalah membuka pintu godaan setan” (HR Muslim).
CSS I (15052015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H