Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[MyDiary] Ibu Melahirkan dan Dukun Bayi

11 April 2016   15:24 Diperbarui: 11 April 2016   18:21 6724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber: http://www.kompasiana.com/fiksiana-community/mydiary-festival-menulis-buku-harian-kompasiana_56fded96a123bd86051a9d87"][/caption]

            Dear Diary, hari ini adalah kali pertama aku jaga malam di ruang UGD 24 jam ini. Awalnya memang biasa saja karena memang belum ada pasien. Tapi malam  jelang, sekitar jam setengah sebelas ada ibu hamil yang ternyata sudah bukaan ke tujuh. Cukup lama si ibu alami kontraksi yang akhirnya pukul 01.45 WITA, air ketuban pecah menyembur sedikit disertai dengan lendir dan darah.

            Karena kakak bidan hanya satu orang yang jaga, sedangkan perawat ada dua orang. Maka aku menemani Kak Tika saat itu. Aku juga ingin belajar lagi tentang ibu melahirkan. Setelah sebelumnya hanya di Ruang Bersalin RSUD Abdul Moeloek aku puas melihat ibu melahirkan, itupun saat mahasiswa tingkat III.

            Singkat cerita si ibu mengejan. Terus mengejan dibantu dengan bidan, dukun bayi dan aku. Melakukan pimpinan persalinan. Aku sebagai perawat melaksanakan tugasku sesuai porsinya saat ini, melakukan pimpinan persalinan pada si Ibu. Memotivasi Ibu agar mau mengejan, serta mengumpulkan tenaga. Agak terjadi hal heroik karena tenaga ibu putus-putus. Nafasnya tersengal-sengal, sedangkan kepala bayi sudah keluar di rongga hingga leher, semua membantu. Mendorong perut dari atas. Sedangkan Kak Ading, perawat yang mengaku takut tidur sendirian di UGD, dan tidur di meja dengan tutup muka pakai kain ungu. Akhirnya bantu juga. Ikutan mendorong si ibu melahirkan. Karena putus-putus. Aku segera beri intruksi si ibu “Bu, sekarang kumpulkan tenaga yang banyak, lalu mengejan sekali lagi”. Yap ibu mengikuti saranku, akhirnya pundak si bayi keluar juga pundaknya lebar, dan air ketuban baru keluar banyak, ternyata ketuban awal yang keluar baru sedikit tertahan dibelakang. Bayi belum menangis, langsung dilakukan suction (menghisap lendir di jalan nafas bayi dengan selang tipis, yang terhubung oleh mesin penghisap), sebagian lagi membersihkan si adik sambil menepuk-nepuk bagian ekstremitas (kaki-tangan) agar menangis. Akhirnya si bayi menangis, Alhamdulillah..

            Lalu si ayah memberi adzan bayi laki-laki itu. Setelah diberi adzan di telinga kanannya. Si dukun bayi beraksi. Untuk Wilayah pedesaan, di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara ini, dukun bayi memang masih tenar. Namun setelah adanya peraturan, bahwa dukun bayi dilarang menolong persalinan, kini dukun bayi hanya menjadi asisten bidan saja. Tetap yang tolong persalinan normal adalah bidan. Si dukun bayi mengarahkan tidur si bayi searah kiblat. Lalu menepuk kasur di atas kepalanya, samping bayi, hingga di bawah kaki bayi. Ada teori tersendiri dari si dukun bayi. Untuk mengenalkan bahwa ibu dibawah, ayah di atas, di doakan jadi anak pandai, gagah, dan panjang umur. Keluarga bahagia, karena memiliki bayi laki-laki lagi.

            Selebihnya aku mendengar cerita seru dukun bayi, yang mereka membantu persalinan karena tim medis belum datang sedangkan kepala bayi sudah keluar. Mereka tak mungkin membiarkannya , karena dikhawatirkan terjadi hal yang tak diinginkan pada bayi. Saat itu malam dan hujan, cerita Makcik, sang Dukun Bayi. Pembukaan sudah jelas. Namun lokasi rumah pasien amat jauh. Diatas bukit. Para petugas, yakni bidan dan tenaga kesehatan lain sedang dijalan menuju rumah. Namun lama kelamaan si ibu saat itu makin sakit perutnya, air ketuban juga sudah keluar. Bayi keluar spontan. Tinggal dibimbing dan disambut, si bayi bisa keluar dari rumahnya selama 9 bulan lalu. 

Akhirnya karena tak ada tenaga medis saat itu, dan tak mungkin membiarkan si bayi tertahan disana.. akhirnya Dukun Bayi menolong pmengeluarkan bayi tersebut. Hingga tim medis datang, bayi sudah keluar dan di lap kain walaupun bayi masih terhubung di plasenta. Akhirnya bidan datang dan menyelesaikan semuanya. Membantu melahirkan plasenta yang masih ada di perut, hingga memotong plasentanya dengan cara kebidanan.

            Kini, dukun bayi memang hanya sebagai asisten bidan kala di desa. Namun, dukun bayi masih dipercaya sebagai orang yang bisa merawat ibu hamil, memberi wejangan kehamilan, hingga membimbing ibu untuk ke puskesmas untuk melahirkan. Dukun bayi juga tidak merasa tersaingi dengan hal ini. karena mereka merasa tujuannya sama, yakni mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Maklum.. di wilayah Kepulauan Sebatik.. Puskesmas adalah tempat yang bisa di jangkau, dan bisa menggunakan kartu jaminan kesehatan. Jika pun ingin ke rumah sakit, warga harus menaiki speedboat dan membelah lautan. Serta jarak tempuh lumayan jauh dari dermaga ke pulau seberang, di Nunukan (RSUD Nunukan, Kalimantan Utara)

            Dear Diary, hari ini aku belajar banyak di tempat perantauan ku ini. Bahwa dimanapun berada, ibu adalah pemilik cinta paling tulus pada anak-anaknya. Dan aku yakin, semua ibu.. selalu punya kekuatan untuk menolong anak yang akan dilahirkan, hingga tenaga terakhir si ibu. Terimakasih Ibu :)

 

Desa Aji Kuning, Pulau Sebatik Kalimantan Utara

Perbatasan Indonesia- Malaysia

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun