29 November 2015
Handphone kini menjadi hal yang melekat bagi masyarajat Indonesia. apalagi bagi mereka yang berada di usia produktif. Lalu bagaimana jika ada aturan mengikat yang mewajibkan kita tanpa handphone dalam waktu yang cukup lama? Jawabannya adalah, harus ikut aturan dan tidak pegang handphone.
Sejak tanggal 26 Oktober 2015 kami sudah tidak memegang hape lagi. Disimpan ditempat paling aman yang dijaga oleh instansi sekolah militer yang mendidik kami, dan di bawah naungan Kementrian Kesehatan. Beragam pro dan kontra, namun intinya adalah hal itu bertujuan agar kami lebih fokus dalam menjalankan pendidikan bela negara disini. Lagian, memang rata-rata siswa pendidikan di sekolah militer ini tanpa boleh memgang handphone agar lebih fokus.
36 hari kami menjalani hari-hari sebagai siswa sekolah kemiliteran ini. dengan berbagai rasa tanpda handphone. Ternyata rasanya seru.. walaupun rasa sepi dan rindu keluarga sering melingkupi kami. Beragam hikmah yang kami dapat ketika tidak memegang handphone adalah kami lebih berinteraksi dengan orang-orang sekitae. Berbagai jenis orang dair Sabang sampai Merauke dengan pemikiran muda yang luar biasa, semangat dan pantang menyerah. Kami diajarkan loyalitas disini,kedisiplinan dan kepahaman tentang tanah air. Walau kita semua tahu bagaimana sistem pendidikan militer itu, dan kami merasakannya.
Saat sedang tidak ada kegiatan. Atau ketika teman-teman muslim sedang sholat, sedangkan aku sedang tidak sholat dengan alasan kewanitan. Teman-teman non muslim dan muslimah yang tidak sholat karena masalah bulanan selalu membuat beragak kegiatan tersendiri yang menjadi interaksi diantara kami. Ada yang berlatih bernyanyi Mars Nusantara Sehat, ada yang diam menyandar lalu tidur, ada yang bermain tepuk-tepuk tangan ala permainan masa kecil, ada pula yang bernyanyi riang bersama, bersender dengan teman lainnya agar bisa sama-sama tidur dan bersandar dengan punggung sendiri.
Atau ada juga yang membaca buku bacaan, dan lain sebagainya. Saat itu aku berpikir.. apa yang terjadi ketika handphone ditangan mereka kala itu? pasti Aula Gatot Subroto ini menjadi sunyi senyap, tanpa bicara, tanpa interaksi.. hanya aktifitas jari tangan yang lebih meningkat dengan pancaran cahaya memantul di mata. Yak, semuanya akan autis, apatis dengan bergelut dengan gadget masing-maing.
[caption caption="dok. google.com. : Masyarakat saat ini :""]
[/caption]
Pagi tadi, handphone dikembalikan. Ada rasa senang yang kami rasakan. Pertama, kami bisa menghubungi keluarga menganai kondisi saat ini. kedua bisa melihat sosial media, ketiga bisa dengar musik, game atau lain sebagainya. Setelah ini handphone akan kembali jadi teman kami. semoga kami menjadi orang yang lebih baik dan mempertahankan diri akan aktivitas gadget itu. “Jangan sampai benda yang mengatur Kau! Tapi Kau yang mengatur handphone mu..” tukas Pelatih Siallagan saat apel pagi itu dengan gaya khasnya.
Tadi setelah handphone diberikan. Seketika terminal penuh dengan berbagai socokan handphone. Seperti tempat service elektrolit. Kabel dimana-mana :”) Barak 2 yang biasanya ramai mengobrol, bercanda dan ramai orang yang tidur-tiduran. Sekarang jadi hening. Fokus dengan ketikan jari pada gadgetnya.. dan mungkin..
“Sugar Box” yang disediakan manager camp kami, yang fungsinya menyampaikan pesan antar siswa tak seeksis dulu., , kini menjadi sepi dan tak selaris waktu itu. Karena Handphone. ah semoga kita semua jadi insan bermakna yang tak terpedaya oleh hingar bingar sosial media. Aamiin. Bagaimana nanti jika dipenempatan tidak ada sinyal? Sesuaikan saja, kalau perlu naik pohon supaya dapat sinyal.