[caption id="attachment_322599" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi para narasumber"][/caption]
[caption id="attachment_322600" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi"]
04 Mei 2014
Pukul 07:15 pagi aku sampai di lokasi. Tepatnya di Rumah Albi di jalan Ki Maja Bandarlampung. Ya tepat di belakang Alfamart besar di daerah ini adalah lokasi acara besar di hari ini. Ya, FLP mengadakan talkshow dengan judul “Lampung Bercahaya, Menebar Cinta Dengan Sastra”. Ternyata sudah lumaya ramai yang datang, sekitar ada 5 orang lebih. Ada 3 orang anak-anak dan lainnya orang dewasa. Mereka menunggu dibawah tangga. Sedangkan salah seorang diantara mereka, sepertinya wajahnya pernah ku lihat.. dan waaah itu kak Firman Junaedi. Salah satu pembicara dalam Talkshow ini, beliau sangat ontime.
Narasumber yang diundang dalam acara ini adalah para penulis hebat. luar biasa dengan karyanya yang keren. Mereka adalah mbak Sinta Yudisia, penulis Novel dan ketua FLP Pusat, Kak Firman Junaedi Penulis dongeng dan pendongeng, Tuti Sitanggang penulis novel anak, dan Pringga Ancala pemenang cerpen Nusantara.
[caption id="attachment_322601" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi"]
Panitia segera membereskan tempat, membuat tempat sebaik dan serapi mungkin. Peserta mulai registrasi satu persatu, perlahan namun pasti, peserta makin ramai, di dominasi adanya anak-anak unyu, yak mereka adalah anak yang suka dengan menulis, beberapa diantara mereka tergabung dalam FLP Kids. Tak menunggu lama, setelah pserta sudah memenuhi setengah ruangan, acara dibuka oleh mbak Desma. Disusul tilawah Al-Quran oleh kak Ahmad Tarnudzy, kemudian dongeng oleh kak Firman Junaedi.
Dongeng beliau mengenai nabi Nuh. Beliau menyihir audiens dengan gaya bicaranya yang bervariasi. Audiens yang setengahnya adalah anak-anak selebihnya adalah orangtua dan anak muda yang gemar menulis. Tanpa terkecuali, semua diajak masuk kedalam cerita yang dibawa kak Firman, mengenai Nabi Nuh. Kak Firman juga memiliki kelebihan menirukan suara hewan, dan hal itu di masukan ke dalam cerita, dimana di dalam cerita nabi Nuh seluruh hewan berlarian karena akan ada banjir besar. Suasana hening, udara yang sejuk di dalam ruangan menjadikan fokus pandangan hanyalah ke kak Firman yang mendongengkan kisah dengan sangat baik. Setelah itu bertabur hadiah pula untuk para anak yang berani maju kedepan untuk menjawab kuis.
[caption id="attachment_322602" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. peserta ramaaai "]
[caption id="attachment_322603" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. peserta makinn ramai "]
Sesi selanjutnya dibawakan oleh moderator yakni kak Yandigsa dan mbak Naqiyyah Syam. Keempat narasumber dipersilahkan masuk kedepan. Mbak Sinta Yudisia, Mbak Tuti Sitanggang, mbak Pringga Ancala dan Kak Firman Junaedi. Teruntuk mbak Sinta Yudisia yang berbicara pertama kali.
[caption id="attachment_322605" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. mbak Sinta Yudisia"]
[caption id="attachment_322606" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi"]
Beliau menjelaskan kepada anak-anak dan audiens mengenai foto para penulis hebat di dunia. Penulis yang berprofesi sebagai apapun yang mampu konsisten mencipta karya sampai perjuangan menulis saat tidak ada komputer, laptop seperti saat ini. Mbak Sinta menjelaskan bakat itu di gali, maka carilah bakat yang ada pada diri. Jika suka main bola, mainlah. Jika senang melukis, lukislah. Dan jika senang menulis, maka menulislah. Mbak Sinta sendiri “memaksa” anak-anaknya untuk ikut lomba kepenulisan, menang atau tidak menang tak masalah, yang penting anak mau mencoba dan menggali bakat yang ada. “Adik-adik, cobalah menuliskan apapun. Misalnya menulis apa yang semalam di mimpikan dalam tidur. Tulislah menjadi cerita. Bacalah karya orang lain, agar menjadi referensi dalam tulisan..” tutur mbak Sinta. Selanjutnya mbak Sinta menjelaskan berbagai kisahnya sesuai apa yang telah beliau jalani, mengenai anak-anak yang sangat bersemangat menulis.
[caption id="attachment_322607" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi"]
Selanjutnya adalah kak Firman. “Awal menyukai menulis karena saya memiliki perasaan tak terungkap pada seseorang, maka saya menuliskan puisi dan curahan hati pada buku. Saya menulis hingga buku itu menjadi tebal akan tulisan tentang si Dia.., tapi ini jangan di tiru ya hehe..” sorak-sorai peserta dengan kisah kak Firman yang unik ini. Kak Firman sendiri masuk ke dunia dongeng anak berdasarkan keprihatinannya dengan anak-anak zaman sekarang. Anak-anak zaman sekarang yang keluar dari jalur mereka, keluar dari syariat yang seharusnya. Banyak hal yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa dilakukan oleh anak. Lagu dan cerita di media yang sama sekali tak sesuai dengan usia anak semakin marak. Dongeng anak Indonesia pun beda dengan dongeng orang luar negeri. Dongeng Indonesia lebih ke melemahkan mental anak, seperti serita horor, dongeng tentang si Kancil Maling Mentimun maka setelah besar jadi korupsi uang rakyat, Timun Mas dan lain sebagainya. “Maka saya lebih senang di kenal sebagai kak Firman penulis cerita anak dan pendongeng..” tutur kak Firman. Kemudian kak Firman juga mengajak para peserta untuk mengetahui teknik agar dapat menirukan suara hewan sebagai pemanis kisah dongeng, karena suara hewan sangat sering ada pada dongeng. Pertama kak Firman mengajak menirukan suara ayam, “Yuk, Lidah di jepit kesamping, suarakan..” dan suara ayam itu terdengar. Seluruh peserta menirukan, dan suasana gaduh jadi suara ayam. Ayam boyler, ayam kampung, berbagai jenis ayam ada disini, hehe. Kemudian suara hewan lain diajarkan tekniknya oleh kak Firman.
[caption id="attachment_322604" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi kak Firman dengan teknik suaranya"]
Mbak Tuti Sitanggang, beliau menjelaskan awal pengenalannya dari menulis. Bukunya yang berjudul Misteri Pulau Bertuah. Mbak Tuti sendiri mengangkat kisah di pulau yang ada di Lampung, mengungkap kisah yang ada disana dan belum diketahui oleh orang lain. Mbak Pringga Ancala yang masuk dalam dunia menulis karena terpropokasi dengan karya teman, karya teman yang sudah eksis tersebut menjadi cambuk semangat baginya, sehingga beliau mulai aktif menulis lagi. Mbak Pringga yang sangat sibuk bisnis batik dan desainer batik pun menyempatkan waktu di malam hari tatkala buah hatinya tengah tidur, beliau memanfaatkan waktu 2 jam untuk menulis, karena jika tak diniatkan serius, menulis akan terbengakalai. Dan beliau mengikuti jam biologisnya atau golden time yang ia miliki. “Menulis dan mengedit itu suatu pekerjaan yang berbeda ya. Maka ketika kita menulis, jangan sambil mengedit. Karena bisa jadi tulisan tak selesai-selesai karena kita sibuk memperbaiki tulisan yang salah titik koma dan EYD yang salah. Ketika menulis, menulislah, dan setelah selesai baru mengedit..” jelas Mbak Pringga Ancala lugas.