Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ruangan Bougenvil: Dari Racoon Eyes Sign sampai Mistis Sign

1 Mei 2014   05:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:59 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_322064" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi"][/caption]

Ruang Bougenvil dalah satu-satunya ruang Syaraf di Rumah Sakit ini. Berbeda diruangan lain yang biasanya simbol nama bunga adalah simbol ruang perawatan wanita. Kali ini di depan tembok bertuliskan ruang Bougenvil ini ada tulisan tambahan dan terbaca ‘Ruangan Syaraf’. Jadi ruangan ini memang di khususkan bagi pasien yang mengidap gangguan syaraf tentu karena suatu penyakit, atau suatu kecelakaan yang menyebabkan syarafnya terganggu. Masuk ruangan, di lorong kanan adalah lorong kamar wanita, kemudian ada ruangan perawat di tengahnya, setelah itu terdapat lorong kanan yaitu kamar-kamar khusus laki-laki.

Ada ruangan khusus plus meja dan bangku juga untuk mahasiswa yang berdinas. Hari pertama kami dinas disana mendapat shift malam, kemudian pulang pagi seperti biasa, lalu lanjut pada dines sore datang jam setengah 2 siang sampai jam 9 malam. Diruangan ini beragam kejadian terjadi, kejadian biasa yang memang dialami orang sakit pada umumnya. Diruangan ini spesial bagi ku sendiri.

Karena periode tanggal 18 sampai tanggal 23 April adalah masa persiapan aku menuju seminar proposal yang memang sudah mendaftar pada tanggal 16 April dan telah koordinasi dengan dosen serta sepakat melakukan seminar di tanggal 25 April ini. Dimasa ini juga aku sibuk dengan bulak-balik kampus, menemui dosen, meminta tanda tangan kesediaan menguji, memberikan proposal yang telah dirancang dengan baik, serta bulak-balik konsul psikologi sama dosen pembimbing jelang hari-H itu. Ditambah lagi, minggu ini adalah minggu supervisi ruangan, dosen dari kampus akan datang, dan menguji kemampuan kami melakukan tindakan terhadap pasien.

[caption id="attachment_322066" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi. persiapan proposal untuk dosen pembimbing dan penguji seminar proposal KTI"]

1398870132897534522
1398870132897534522
[/caption]

Oke, lupakan sejenak persiapan jelang sidang proposal itu, karena sisi lain ruangan ini akan kita bahas secara tak lengkap, haha seadanya tapi semoga bermanfaat ya.

Banyak Racoon Eyes Sign

[caption id="attachment_322067" align="aligncenter" width="689" caption="Sumber: doctorsgates.blogspot.com. ini dia nih Racoon Eyes sign. persis sama pasie ruangan"]

13988702821517739715
13988702821517739715
[/caption]

Sebagian pasienn laki-laki dan sebagian pasien perempuan mengalami racoon eyes sign, sebagian besar karena kecelakaan, dan menyebabkan mereka terkena cedra pada kepala sehingga menyebabkan lingkaran biru di kedua matanya, yang sering disebut racoon eyes sign. Karena bentuk mata mereka menyerupai binatang racoon. Biasanya cedera kepala yang terjadi pada bagian kepala tertentu menyebabkan area mata mereka menjadi ungu. Cedera kepala ini bisa saja terjadi karena Fraktur fossa anterior, karena trauma, benturan atau lainnya, ditandai dengan keluarnya darah dari hidung dan telinga.

Jadi di suatu kamar di ruang bougenvile ini, ada seorang pasien bapak yang memiliki mata ungu atau racoon eyes sign, dengan kesadaran composmentis, sadar penuh. Namun mengalami kesulitan dalam hal makan dan mengangkat kedua rahangnya, ternyata rahangnya ada yang patah, sehingga beliau hanya makan bubur, tak hanya itu sklera mata si bapak yang seharusnya bewarna puth jadi penuh darah bagian dalam, karena cedera kepala yang dialami beliau. Dari diagnosa si bapak, si bapak ini mengalami cidera kepala ringan, dan hasil CT-Scan pun tak bermasalah. Awalnya kupikir si bapak ini bukan racoon eyes, karena istrinya juga terdapat tanda seperti si bapak, keunguan di sekitar mata, namun si istri tidak dirawat dan aktif kesana kemari. Dan aku pikir pun sekeluarga memang matanya seperti itu hehe -_-

[caption id="attachment_322073" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi. keluarga pasien tetap melaksanakan ibadah di tempat seadanya, tak ada yang membatasi mereka untuk mengadu pada Allah dan memohon kesembuhan bagi keluarga mereka yang sakit"]

1398870779768621659
1398870779768621659
[/caption]

Setelah di wawancarai *tsah gaya wartawan banget* bukan! Maksud saya setelah di kaji, ternyata si bapak dan ibu ini mengalami kecelakaan di suatu daerah. Motor dengan motor, motor yang pasien tumpangi menabrak pengendara motor lain dengan kuat. Si bapak membentur aspal dan si ibu jatuh, namun pipi kirinya membentur benda keras, sehingga menjadi keunguan.

KLIEN

Diruangan ini, pasien sudah diberi langsung oleh clinical instructure. Jadi gak bisa pilih-pilih seperti ruangan lain, dan disesuaikan dengan laporan pendahuluan yang kami buat. Aku mendapatkan pasien Tn. J dengan Stroke hemoragic. Dengan keluhan kedua kaki kanan dan kiri tak bisa digerakkan, lumpuh (Paraplegi), kemudian terdapat ulkus dekubitus grade II di daerah tulang sakrumnya (tulang ekor). Sedangkan si kakek ini kesulitan tidur, beliau semalaman tak tidur dan berbicara macam-macam mengkomat-kamit mulutnya dan bersuara tidak jelas. Kemudian diberikan perawatan lanjutan sesuai resep dokter untuk mengistirahatkan si pasien, sampai mengatur kasur anti dekubitusnya.

Pagi harinya, saat aku dinas pagi, aku berusaha memberikan asuhan keperawatan pada pasien kuini, walaupun gak sendiri tentu bersama-sama, namun paling tidak aku mengetahui bagian mana, luka dekubitus seluas apa, bisa diketahui saat mengganti balutan luka pada si kakek.

Pagi itu kami akan mengganti balutan luka si kakek, di kakek terpasang kateter (selang kencing) dan memakai pampers, untuk mengantisipasi jika klien BAB. Pagi ini selain wajah luka merona basah yang kami lihat, aroma dan bentuk tak asing di pagi hari pun turut kami saksikan. Yak ini dia, seonggok *maaf* feses pun ada di pampers beliau, tepat dibawah luka dekubitusnya, tepat dibawah tulang ekornya. Oke kami sudah lengkap dnegan handschoon dan masker, namun masih juga tembus aroma khasnya. Segera kasa yang lembab dengan pembersih antiseptik kami sapukan pada bagian kotoran terlebih dahulu, segera dibersihkan agar tak mengganggu dan menghindari resiko infeksi pada luka.Jujur, kalau dengan luka, sewangi apapun aku bisa tahan itu, namun kalau dengan feses ny aorang lain... harus punya keteguhan kuat untuk melakukan sesuatu yang terbaik, untunglah hari itu tak sendiri, mulai cari Moco, sampai kakak Mahasiswa S1 keperawatan turut membantu, yak kami kerja sama :D

[caption id="attachment_322068" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. selama senggang berjaga, kami tak berleha, banyak laporan yang harus kami tulis salah satunya Asuhan Keperawatan pasien"]

1398870447787833015
1398870447787833015
[/caption]

SUPERVISI

Periode ini adalah saatnya kami supervisi. Melakukan tindakan keperawatan atau pengambilan nilai tindakan yang akan kami laksanakan. Sebelumnya kami telah laporan dengan clinical instructure, beliau menyatakan bahwa prasat yang akan kami lakukan adalah Ganti Balutan, pasang Kateter, pasang NGT, Pasang Infus, Pemeriksaan fisik neurologi, Injeksi. Kelompok kami dibagi 2, menurut absen, 6 teratas bersama pak suyanto, sedangkan 6 terbawah bersama Pak Merah Bangsawan. Dan aku salah satu mahasiswa dengan penilai supervisi dengan Pak Merah. Setelah dikocok nama, dan adil maka satu persatu nama keluar mendapatkan prasat tindakan masing-masing. Aku....... yey! Alhamdulillah dapat prasat injeksi. Injeksi cek alergi obat intracutan dengan ceftriaxon. Lagi, kalau kata Allah setelah kesulitan ada kemudahan. Maka setelah pemikiran gusar mengenai sidang proposal yang akan dilaksanakan, ternyata aku mendapat prasat yang tindakannya tak terlalu njelimet, tak perlu ganti handschoon bersih-steril segala seperti prasat ganti balutan hehe.

Hari supervisi, sudah disiapkan segala peralatan yang akan kami pakai. Serta telah bilang ke kakak ruangan kalau hari ini kami akan ada pengambilan nilai, sehingga tindakan keperawatan sengaja diberikan pada kami, sembari melaksanakan tindakan seperti biasa, sembari dosen menilai tindakan yang kami lakukan. Pasien ku untuk supervisi adalah Ny. H di kelas III A. Beliau pasien baru, baru masuk semalam, kerena kecelakaan. Terlihat pasien sangat lemah, ada bekas perdarahan dari hidung dan telinga beliau, wajahnya memar, serta darah terus keluar dari kedua matanya, pasien belum bisa membuka matanya. Awalnya, aku hanya mengecek keadaan pasien itu, karena hendak menyesuaikan dengan SP (Strategi Pelaksanaan) yang dibuat.

Sembari mempersiapkan alat... kaget-sekaget-kagetnya, *agak terkejut* saat melihat si mbak ini sedang miring badan kearah kiri, kemudian si pasien ini mengganti posisi untuk terlentang, ternyata.. darah sudah menggenang di atas sepray kasur si pasien, darah ini keluar dari mata kanan pasien. Segera aku ambil kasa steril, membasahi dengan cairan infus NaCl, kemudian mnyapu darah yang ada di wajah beliau, melakukan deeper pada bagian yang terus keluar darah. Si pasien juga tak bisa diam, mungkin karena nyeri yang ia rasakan. Ohya, pasien berusia 18 tahun.

[caption id="attachment_322076" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi. lorong.. di ujung meja sana biasanya tempat mahasiswa keperawatan atau Dokter Muda menuliskan berbagai laporan pasien"]

1398871067314145836
1398871067314145836
[/caption]

Jadi, saat dosenku datang, beliau masih melihatku membersihkan wajah pasien tersebut. Agak salah tingkah juga, takunya malah dipermasalahkan sama dosen, namun pak Merah bisa mengerti dan menunggu aku membersihkannya. Setelah selesai, dosen siap meneilai, Seperti bisa aku melakukan salam terapeutik pada pasien sebelum melakukan tindakan, menjelaskan prosedur dan fungsi dari tindakan yang akan dilakukan. Membuka perlak bawah, mencari tempat pada kulit yang lapang tak ada pembuluh darah, mencari posisi dan mulai menusukkan jarum suntikkan 1 cc itu, jarum tersebut sudah dimasukkan 0,5 cc larutan ceftriaxon dan dicairkan dengan steril injeksi water. Menusukkan dibawah kulit, masuk jarum sedikit kemudian aku tekan bagian belakang suntikan, sedikit daja, hanya sampai menggelembung larutan obatnya dibawah kulit. Naah sayangnya si pasien sangat sulit untuk tenang, dan memang harus dibantu dengan ayah pasien agar tangannya tidak bergerak-gerak. Setelahnya aku beri tahu keluarga, bahwa 15 menit lagi aku akan kembali mengecek kulit pasien, apakah alergi atau tidak. Jika alergi obat IV ini tak akan dimasukkan.

[caption id="attachment_322069" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi. obat harus diberikan 5 Benar. Agar tak terjadi kesalahan atau mal dalam tindakan. mencatat nama pasien adalah salah satu hal penting dalam pemberian obat"]

13988705401697998072
13988705401697998072
[/caption]

[caption id="attachment_322071" align="aligncenter" width="303" caption="dok. pribadi. suster Dini.. persiapan pemberian obat pada pasien"]

13988707081801260913
13988707081801260913
[/caption]

MISTIS SIGN

Beberapa orang dikelompok kami bisa melihat makhluk halus. Seorang laki-laki dan perempuan. Kalau yang laki-laki, bisa melihat namun gamau merasakan sendirian melihat, sedangkan yang perempuan bisa melihat namun oga menanggapi adanya ‘mereka’ disekelilingnya.

Saat tak ada tindakan, kami bercerita apapun. Termasuk cerita mengenai pengalaman salah seorang atau 2 orang yang mengalami kejadian mistis saat dinas malam diruangan ini. Terdakwa adalah gudang oksigen yang ada dibelakang ruangan. Jika malam, dan oksigen habis, oksigen haru segera disiapkan untuk menanggulangi sesak yang terjadi dimalam hari, atau habisnya oksigen dimalam hari.

[caption id="attachment_322070" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. team dinas sore itu. yey!"]

13988706311659128914
13988706311659128914
[/caption]

Singkat cerita, di area gudang oksigen itu ada beberapa guling yang berdiri tegak, sebut saja pocong *wih merinding beneran nih* untuk Dini sendiri, ia mendapatkan kesempatan berinteraksi. Kebetulan si Dini sedang dinas malam bersama Moco, bisa melihat namun gamau merasakan sendiri. “Din.. sini deh, gw ga mau ngerasain sendiri..” tutur Moco sambil memandang pada satu arah. Seketika dini melihat dan berdiri, seakan si makhluk ingin menunjukkan sesuatu, maka makhluk itu melemparkan batu atau besi kecil yang menimbulkan bunyi. Sungguh ini bukan kisah tentang ‘Masih Dunia Lain’ yaa.

Keesokan harinya, aku dinas malam bersama 3 orang lainnya, termasuk bersama Vivin yang bisa melihat makhluk itu juga..

Si Vivin hanya bilang.. “Tuh kan ada...” dengan suara kecil, maka kami? kami lariiiiiii terbirit-birit. Entah kenapa -_- sugest banget. Keluarga pasien sampai melihat kearah kami yang gupek itu. akhirnya kakak ruangan yang mengambil tabung oksigen di gudang belakang. Eh si kakak ternyata gak berani sendirian kesana.. oke aku aja yang maju, karena cewe-cewe itu ogah ke gudang belakang lagi. Dengan polos dan berpikir “Ah gue gak bisa melihat mereka ini kok..” tapi saat di depan gudang oksigen, aku malah gak berani masuk. Entahlah, ah udah biarin si kakak itu sendirian yang masuk gudang, ambil tabungnya, aku tunggu diluar saja.. sudah. Oksigen di bawa dengan roda, dandiberikan pada pasien yang membutuhkan. Setelahnya, ada seorang anak kecil perempuan menghampiri aku dan dini... “Mbak.. disana ada pocong ya?” tutur si anak menunjuk arah gudang. Duuh, kami berdua hanya diam, anak kecil itu bisa melihat....hmm setahuku sih iya. sudahlah -_-

Keesokan paginya, mereka paradinas malam dan pagi bercerita banyak, dan aku bercerita panjang lebar. Dan si Moco dan Vivin bilang bahwa guling putih atau para pocong itu berdirinya di luar gudang, bukan di dalam gudang. Jadi semalam aku menunggu di depan gudang atas pemantauan para ‘makhluk’. Walaaah.

Salam Semangaat Mahasiswa Keperawatan Tingkat Akhir! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun