[caption id="attachment_328543" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. deretan cafe yang masih tutup"][/caption]
Hari ini aku diajak teman ke salah satu sebuah lokalisasi di Lampung. Di daerah Panjang, yang jalannya Panjang sekali. Gak untuk apa-apa, bukan untuk main, apalagi ketemu teman disana, bukan. Kami kesana akan melakukan penelitian sehubungan dengan penelitian Karya Tulis Ilmiah beberapa teman kami. Ya, untuk menjalankan suatu hal yang cukup besar, dibutuhkan kerjasama, dan tidak bisa bekerja sendiri. Oleh karenanya teman kami mengajakku salah satunya untuk bisa membantunya paling tidak menemaninya menyebarkan kuesioner yang sudah tersedia. Pukul 13.40 kami sudah sampai di sebelah Puskesmas Panjang, kami akan menemui ibu yang biasa menunjukkan dimana para PSK berada.
INSIDEN
Lalu kami baru tersadar, 5 motor dari karang, gia-luti, cicip-Uni, aku-ade, dewa, nida-lelek. Kini hanya 4 motor. Gia dan Luti gak ada. segera ternyata Gia menghubungi Dewa kalau mereka kecelakaan. Tepat di depan pabrik BW (Bumi Waras) bukan rumah sakit. Kami kembali jauuuh lagi kebelakang. Mendapati mereka sudah dibonceng oleh warga masuk kedalam pabrik. Melihat kondisinya, mbak Luti dengan almamater yang sudah kotor dan robek-robek dan celananya yang sudah kotor, dan ada benjol dikepala, hidung sedikit luka, mulut sedikit luka dan di dagu juga luka, sedangkan gia, lebih ke kaki kebawah karena dia jatuh ke kanan tertimpa motor.
[caption id="attachment_328551" align="aligncenter" width="320" caption="dok.Dewa. suasana setelah penanganan luka pada kawan-kawan"]
Akhirnya kami ke Puskesmas Panjang. Tempat kami berdinas dulu. Disana ada dawat daruratnya. Gia dan Mbak Luti segera diberi pengobatan, perawatmembersihkan dan mengobati mereka. wajah mereka gak asing, salah satunya ada alumnus Poltekkes juga.hehehe. Alhamdulillah mereka tak terdapat luka terlalu banyak, dan untunglah saat Gia jatuh ke kanan, gak ada mobil dibelakangnya.
“Jadi ceritanya gini, motor kitorang itu udah sampingan sama mobil, jalan di antara itu udah kecil banget, tapi ada motor dibelakang masih mau masuk ketengah-tengah itu juga. Itu anak SMA kayaknya cewe-cowo. Yaudah motor itu nyenggol stang motor, kami jatoh dan motor itu langsung kabur aja... mbak Luti jatoh tengkurap, gue jatuh ketimpa motor ke kanan. Untung mobil sama motor belakang juga berenti..” jelas Gia panjang lebar dengan gaya khasnya. “Kue sama motor aku peluk kok, motornya gakpapa kan?” tutur Gia lagi. Duuh anak ini, masih mikirin benda mati yang onderdilnya ada di toko-toko, kalo tubuh yang luka atau kenapa-napa lebih parah, kan gak bisa dibeli di toko manapun -__-
Gia dan mbak Luti diantar pulang, mereka tak ikut menyebar kuesioner penelitian hari ini. Sisanya kami melanjutkan menyebar penelitian.
LOKALISASI DI RAWA LAUT, PANJANG SELATAN.
Lokalisasi tempat pekerja Seks Komersial di Lampung terkenal ada di daerah Pemandangan atau PMD. Lokalisasi ini sudah di legal kan oleh pemerintah, tempat khusus bagi wanita pekerja seks dan melayani para pria hidung belang, belang banget emang -_-
[caption id="attachment_328545" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. pecegahan penularan HIV Aids"]
Tidak asing, dulu aku pernah kesini untuk cari ibu hamil, untuk jadi pasien ANC saat ujian Maternitas waktu itu di puskesmas Panjang. Ternyata area ini lagi. Rumah berderet.. ada berbagai jenis tulisan ‘Cafe’. Banyak tempelan disana. Seperti kawasan 100% wajib kondom ada disana. Dengan nama cafe yang bermacam-macam. Dalam postingan kali ini, sebut saja para PSK tersebut ‘Kupu’ ya.
[caption id="attachment_328547" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi"]
“Biasanya Kupu disini selalu siap kondom, kondomnya pun ambilnya di rumah ibu..” tutur Bu Rani.
“Pengunjungnya dari mana aja sih bu?” tanyaku penasaran.
“Ya itu di depan kan bisa diliat banyak mobil dengan Nomor polisi yang beda-beda. Ada yang dari Medan, jawa, macam-macam, malah ada juga orang asing yang dari kapal yang bisanya bersandar dibelakang. Orang asing rata-rata udah siap kondom jika mereka kesini, justru mereka udah siap semua..” ucap bu Rani.
[caption id="attachment_328546" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. sudah ada stoknya disini -_-"]
Setelah ke rumah bu Rani, kami ditunjukkan bu Rani tempat para Kupu berada.
“Dari pagi sampai sore, biasanya mereka tidur. Tau sendiri, kadang mereka gak tidur, baru tidur pukul 5 subuh.. tadi ini udah janjian jam 12, tapi karena tadi ada teman kalian kecelakaan ya, jadi di tunda lagi..” tutur bu Rani sembari menunggu Kupu memanggil teman-temannya turun kebawah.
[caption id="attachment_328548" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. cafe mendua hati? alamak"]
Mereka turun kebawah. Agak kaget, daaaan ya, sama seperti di sinetron-sinetron. Ada para cewe cantik dengan baju dan celana minimnya ada juga seorang Mami yang setia menghirup tembakau bakarnya. Yak, rokok busa putih itu. Si Mami gak muda lagi, sudah tua dengan rambutnya yang memutih.. semoga Allah memberi hidayah pada mereka : )
[caption id="attachment_328550" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. kawasan 100 persen wajib kondom wih"]
Hampir keseluruhan dari mereka yang baru bangun tidur dengan celana pendek dan baju yang minim, dan sebagian besar pula mereka adalah perokok. Wanita-wanita perokok. Ada juga nama cafe ‘Putri Sunda’ yang memang para Kupu didalamnya fasih berbahasa Sunda. Entah disengaja atau memang suku mereka. “Ada apa sih bu? ada pemeriksaan lagi?” tanya salah seorang Kupu. Bu Rani menjelaskan keberadaan kami dalam rangka penelitian untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang PMS (Penyakit Menular Seksual).
[caption id="attachment_328549" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. salah dua cafenyah"]
Mereka serius mengerjakan, walau ada juga yang sering bercanda-canda seperti ungkapan.. “Udah berapa tahun ini gak pegang pena.. hahaha.. duh mau Ujian ya.. kayak anak sekolah aja nih...” tutur mereka sambil tertawa. Wal hasil kami menunggu lamaaa sekali sampai mereka selesai mengerjakan kuesioner.
[caption id="attachment_328558" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. mereka para Kupu"]
Sambil mengisi kuesioner mereka sempat mengobrol tentang kerabat mereka sesama Kupu yang memilih untuk jadi Kupu selama dia masih menikmat. “Ih aneh banget ya, orangmah kerja beginian untuk modal, usaha, terus hidup kayak orang biasanya punya keluarga, ngurus suami, anak. Eh malah dia mau jadi Kupu selama dia masih nikmatin, gimana itu gak ada pikiran bener hahaha...” ungkap salah satu Kupu disana.
[caption id="attachment_328559" align="aligncenter" width="541" caption="dok.pribadi. banyak yang di tutup karena terlalu piiiip"]
Oke akhirnya begini deh, mereka-mereka itu sangat tak mau melakukan pekerjaan ini, namun bagi mereka ini adalah tuntutan hidup. Uang. Sebagian dari mereka akan melaksanaan pekerjaan ini sementara, untuk mengumpulkan modal usaha. Mereka juga mau punya kehidupan normal seperti biasa. Bu Rani juga bilang kalau banyak Kupu disini baru 3 atau 8 bulan kerja sudah pindah karena ada yang mau melamar mereka untuk dijadikan istri, iya dari pelanggan juga. “Disini juga ada yang datang karena diperkosa pacarnya, hamil terus anaknya di urus sama Mami, yang ibu tetap kerja disini. Pokoknya mereka yang bekerja disini dengan latar belakang yang macam-macam...” jelas bu Rani.
[caption id="attachment_328560" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. petisan ala mereka. timun dan terung muda dengan sambal kacangnya"]
Melihat mereka, mengetahui daerah ini, sebagai area yang di legal kan pemerintah untuk masyarakatnya melakukan seks yang melanggar agama. Ya, Zina yang sangat jelas. Seakan pemerintah memberi ruang pada masyarakat untuk melakukan hal yang melanggar ini, memikirkan pekerjaan, apakah satu-satunya hanya uang dan tuntutan hidup? Dengan resiko besar penyakit pada perempuan. Ingat Dolly? Yang saat ini sedang heboh masyarakat dan ada partai yang mendukung menentang penutupan Dolly? Lokalisasi yang cukup besar di Indonesia. Tutuplah Dolly itu, beri mereka kemampuan/ ajari dengan suatu hal pendukung, berikan para pekerjaan yang layak di sebuah pabrik atau perusahaan sesuai kemampuan mereka, maka akan aman.
Kenapa sih? Kenapaaaaa? Itu pertanyaan yang ada di dalam pikiran. Kenapa mereka melakukan pekerjaan itu dengan alasan utama hanya uang? Masih sangat banyak pekerjaan lain yang mungkin tak cukup besar upahnya, namun pasti diberi jalan sama Allah, toh rezeki sudah dipersiapkan.