[caption id="attachment_339330" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. Foto bersama, harus bergantian, pesertanya 108 orang sih ;D #ralat postingan sebelumnya yak.hehe, ini agak blur, di kamera temen lebih jelas hehe"][/caption]
Sepulang Yudisium (Selasa, 19 Agustus 2014) dan setelah sholat Dzuhur kamu ke balai pelatihan pertanian, tempat diadakannya pelatihan BTCLS, bagi kami calon perawat yang baru saja di lepas oleh Poltekkes hari ini. Hari ini adalah hari terakhir, sekaligus hari yang mendebarkan. Karena hari ini adalah ujian Skill kami. menguji kemampuan tentang apa-apa saja yang sudah diajarkan. Hari ini lah, penentuan, apakah kami mengulang (belum kompeten) atau lulus (dianggap sudah kompeten) menghadapi kegawat daruratan dan menguasai Basic Cardiac Life Support ini.
Siang ini yang hadir adalah mahasiswa Poltekkes. Sedangkan pagi tadi, Mahasiswa dari institusi Malahayati yang mengikuti uji tulis dan uji skill. Namun peserta Malahayati masih ada ditempat. Untuk Poltekkes sendiri, Peserta dari kelas A menghadapi Uji tulis Post Test hari ini, kerena kemarin mereka sudah menjalankan uji skill. Kami, yang berada di kelas B mengikuti uji skill hari ini.
Kami dibagi menjadi 5 kelompok, sesuai absen. Alhamdulillah anggota kelompokku sangat bisa diandalkan semua, senang deh punya nama ‘R’ yang berada di posisi abjad ga terlalu diatas, ga terlalu ditengah, dan ga terlalu dibawah urutan abjad. Teman sekelompokku untuk ujian kali ini adalah.. Vivin, Vivi, Tana, Tomi,Tesi, Suci, Welly, danYesi. Kami berada di kelompok 5.
Ada 3 praktik yang diujikan. Praktik ini pun tak jauh beda dengan apa yang telah diajarkan. Yakni mengenai BHD (Bantuan Hidup Dasar), Initial Assesment, dan Airway Breathing management. Untuk uji praktik di kelas Initial Assesment kami sudah di berikan kasus terlebih dahulu, kelompok lah yang mendiskusikan, dan bagi tugas. Siapa yang berperan sebagai leader, siapa yang melakukan tindakan pada airway, pada breathing, serta pada circulationnya. Kami segera membagi tugas, supaya tidak bingung saat ujian.
Saat kami diskusi di tengah taman, ternyata hujan. Kami ke ketepi kelas. Menengok suasana. Kelas Airway Breathing dan initial assesment berdekatan. Sedangkan kelas BHD di asrama pelatih. Kami hanya menunggu kelas mana yang sudah selesai, maka kami bisa masuk untuk ujian. Kelas pertama ternyata kelasnya airway breathing. Kami duduk berjajar. Kemudian pak Johan selaku penguji memberikan kami soal, sesuai kompetensi yang ada di tujuan kelas ini. jadi yang akan diukikan adalah tentang kemampuan dan pengetahuan. Jika pengetahuan, peserta bisa langsung menjawab, jika tentang skill, peserta bisa langsung maju untuk memperagakan. Pertanyaan rebutan. Dan tiap peserta yang bisa jawab, dipersilakan tunjuk tangan. Setelahnya, Pak Johan, menilai kami, keaktifan dan kemampuan kami dikelas ini.
[caption id="attachment_339319" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. kelas pertama uji skill & pengetahuan tentang Airway, Breathing management"]
Kelas kedua adalah kelas Initial Assesment. Kalau kata kelompok lain, Pak Asep kalo lagi nguji rada killer, beda sama pas lagi ngajar. Kami masuk kedalam. Pak Asep dengan tatapan serius, diatas meja sudah ada pasiennya. Eh mas pasien simulasi itu -_-, sesuai kasus, ceritanya pasien ini abis dikeroyok masa. Dari penampang luar, ada pisau tertancap didada kirinya, luka robek di pipi, dan luka serta perdarahan di tibia dexstra, lalu nafas takipneu, gelisah.
“Coba dilihat dulu alat-alatnya..” tutur Pak Asep.
Layaknya chef di acara Mster Chef Indonesia, yang lihat masakan, lalu mencicipinya, meresapi bahannya. Kami.. melihat alatnya sambil sentuh-sentuh... mikir kelengkapannya.. apa yang harus dilakukan pertama, terkam di otak kami.
“Sudah?”
“Sudah Pak,” Jawab kami berbarengan.
“Mulai!” ucap Pak Asep. Pasien segera akting, edaan, ini pasien emang terlatih banget aktingnya. Beneran bikis suasana jadi panik. Beneran delirium din pasien, gelisah banget. Sontak, kami pun larut dalam kepanikan. Pake APD (Alat Pelindung Diri) pun jadi gemeteran. Yang ada dipikiran jadi buyar..
[caption id="attachment_339320" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. rupa pasiennya begini nih, bentar lagi si pasien akan gelisaah (delirium) -_-"]
“Ayo apa yang harus dilakuin.., Breathing, Circulation, apa dulu yang harus dikerjain...” ucap Pak Asep.
Kami panik, sumfah!
“Stop!ulang!” ucap Pak Asep. Seketika kami berhenti, pasien delirium juga ikutan diem.
Pak Asep memberikan arahan. Hanya motivasi supaya ga panik, tanpa memberitahu apa yang harus kami lakukan (yaiyalah, inikan ujian ya. Hehe). Paling tidak, kali ini kami lebih siap, dan bisa memantau medannya dengan lebih baik. Aku berada di bagian sirkulasi, jadi lebih mikir nih.. apa yang kudu dikerjain. Tim sirkulasi ada 3 orang, aku, Tana, dan Yesi. Ada beberapa luka yang harus dilihat nih. Ada luka di muka, ada perdarahan robek di tibia dekstra, bisa indikasi fraktur juga, ada pisau yang sedang tertancap di dada, dada nya juga ada trauma tumpul, dan ada jejas di abdomen. Berpikir-berpikir-berpikir. Pas! Ternyata kami sehati.
Mulai! Bagian Airway brathing beraksi. Tana dan Yesi mengurus bagian ekstremitas, membuat balut tekan, menghentikan perdarahan dengan Mitela. Sedangka aku, entah kenapa ya, di pikiran hanya utamakan perdarahan, tutup dulu perdarahan. Gitu sih, jadilah aku tutup dulu perdarahan yang ada di wajah. Trus Pak Asep menegur, “Kamu ngapain grasak-grusuk di muka?”
“Perdarahan pak..” jawabku polos.
“Perdarahan disitu gak mengancam nyawa, kamu bikin penuh mereka yang mau bebasin jalan nafas sama yang mau kasih oksigen dong.."
“Ooh oke pak..” gak merasa bersalah sama sekali, sumfah, malah seneng jadi tahu dan paham deh jadinya. Ternyata kalo mau hentika perdarahan, harus lihat situasi juga. Kalo kasus ini, di daerah wajah, sebaiknya amankan airway dan breathingnya. Kalo perdarahan besar di daeralain, baru di utamakan, paling tidak di hentikan dulu perdarahannya. Ini proses belajar namanya, salah? Biasa! Lain kali jangan sampai salaah :D
Dengan sigap, aku beralih. Melirik si pisau yang lagi tertancap, gak boleh kaya di film atau sinetron-sinetron. Ada orang di tancap pisau, terus ada orang lain datang, niat mau nolongin. Di cabutlah itu pisau. Terus warga pada dateng, dan melihat orang itu pegang pisau, dikira yang cabutin pisau di tangan korban adalah pelakunya. Jadilah orang yang mau nolong tadi di gebukin warga karena dikira yang bunuh. Haha. Atau gini nih, ada orang yang tertancap pisau, karena yang tertancap pisau ini pacarnya, di tariklah pisau yang tertancap itu.. lalu si lelaki menangis dengan suara yang menggelegar, sambil sebut nama orang yang ketusuk pisau, kemudian turunlah hujan.. Drrss... Drrsss.... (ini bunyi hujan) itu yang biasanya yang ada di sinetron atau film.
Tapi dalam praktik yang sebenarnya, dalam penyelamatan nyawa pasien oleh tim medis. Jika tidak diruang operasi dan tidak dengan peralatan yang lengkap, Mencabut hal yang tertancap pada tubuh korban, haram hukumnya. Bahaya! Apa yang terjadi jika benda tajam yang tertusuk/masih menancap ditubuh korban kita cabut begitu saja? Akan terjadi perdarahan tentu, akan membuat luka menganga pada organ dalam, dan menyebabkan perdarahan internal (dalam). Oleh karenanya, tugas tenaga medis dalam menghadapi pasien gawat darurat dengan kodisi masih tertancap benda tajam misal pisau, besi, dll. Yang harus dilakukan adalah memfiksasi. Tidak menyenggolnya, justru memantapkan posisinya supaya tidak bergerak dan merobek organ lain yang ada didalam. Untuk selanjutnya, melepas hal yang tertancap itu adalah ruang operasi. Dokter bedah yang akan mengurusnya. Tentu akan menghentikan perdarahan, serta segera menjahit organ dalam yang robek dengan cara dokter spesialis bedah itu sendiri.
Oke, balik lagi pada ujian tadi hehe. Aku melirik si pisau yang masih tertancap. Mitela ada, dengan kecepatan super aku melanjutkan pembuatan donat balut tekan, yang sudah dibuat diawal oleh Yesi. Melanjutkan pelilitan mitela sebentar, kemudian memasukan pisau kedalam lubang donat balut tekan, kemudian memfiksasinya. Menghentikan perdarahan diwajah, sedangkan Tana dan Yesi sedang memasang infus, melakukan bidai, aku melakukan pengkajian pada abdomen pasien, ada jejas biru ke unguan dibeberapa titik andomen nah ini indikasi adanya perdaraha internal nih. setelah semua selesai. Aku siap dengan korset, untuk menghentikan perdarahan internal sementara, sedangka korset ini dilakukan setelah pasien siap untuk melakukan Log and Roll, dimiringkan bersama, aku memasang korset sambil memeriksa adakah jejas dibagian lumbal untuk mengetahui adanya cidera atau patah tulang belakang. Pasien di turunkan dari posisi miring, korset dipasang di perut klien. Selesai.
Kemudian kami melakukan responsi. Responsi dari Pak Asep. Lagi, aku dibahas tentang kesalahan pertama, "Yang pentingkan airway sama breathingnya dulu untuk kasus ini..nah, kalo perdarahan di tibianya itu, baru mengancam nyawa, lukanya besar, darahnya banyak, indikasi fraktur pula” tutur Pak Asep perlahan .hehe, jadi lebih paham deh. selebihnya Alhamdulillah aku bisa menjelaskan, apa yang aku kerjakan, dan rasionalnya tindakan yang sudah aku kerjakan tadi. Di akhir, Alhamdulillah kami lulus semua, walau tadinya sempat ada yang hampir menangis, karena dikerjain Pak Asep -_- SOS Profesional memang top Melatihnya, Top buat panik, dan buat nangis juga -,- akhirnya berujung dengan tawa kami bersama.
[caption id="attachment_339321" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. CPR"]
Kelas Uji Skill terakhir. Kelas BHD (Bantuan Hidup Dasar). Tempatnya agak jauh dari kelas lainnya, setelah hujan dan menikmati cofee & tea break (entah kenapa saat pelatihan disini aku jadi lebih doyan kopi daripada teh. Entah :’)Kali ini dengan Pak Arief Hidayat, BSN, RN. Kami harus memilih satu dari 3 amplop coklat, diamplop ini ada berbagai kasus. Dapatlah kami kasus tentang pasien yang terkena serangan jantung dan tak sadar, ada Capres dan cawapres disini (istilah leader dan wakilnya). Capres adalah orang yang emenemuka pasien pertama, dan Cawapres adalah orang yang membantu memberi ventilasi dengan BVM (Bag Valve Mask). Sedangkan anggota, ialah yang melakukan kompresi lanjutan setelahnya beralih menjadi pemberi ventilasi. Cawapres memberikan kompresi paling akhir, dan menyatakan nadi terdengar. Melakukan look listen feel, dan pasien bernafas lagi, serta memberikan recovery position.
[caption id="attachment_339322" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. Ventilasi jangan dianggap remeh nih. ternyata tekniknya harus dikuasai banget nih :"]
Ujian berjalan.. Manekin yang disediakan telah siap, namun, kami tak diperbolehkan melihat mesin penghitung, dan suara alarm pun di kecilkan oleh penguji. Setelah semua selesai, ada tahap remedial. Bagi peserta yang masih belum pas memberikan Ventilasi maupun kompresi. Untuk tiap peserta diwajibkan melakukan 5 siklus RJP ini. Remedial satu kali, adalah hak peserta. Jika lebih dari satu kali, kami harus mengulang pada acara BTCLS oleh SOS lainnya, dan dikota lain waah :’) namun Alhamdulillah lagi, kami lolos semua, walaupun sebagian dari kami harus mengikuti remedial. Terpenting adalah, kita tahu teknik dan cara yang tepat, itu.
Beres. Uji skill hari ini selesai. Kami harus menunggu sesaat, wah ternyata ada tiga orang yang harus remedial uji pengetahuan teori (post test) dan harus mengulang saat itu juga, dan satu orang mengikuti post test perdananya, karena dia ketiduran dirumah. Yak, kenalin, namanya Dewa, dengan anggun wanita super subur nan manis manja ini bilang.. “Gue ketiduran dirumah.. tau-tau udah sore,” hmm jadilah dia mengikuti post test sore itu bersama kawan-kawan yang mengulang.
[caption id="attachment_339323" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. mereka harus nge-fight lagi. semangat!"]
[caption id="attachment_339329" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi, sambil nunggu teman-teman yang lagi nge-fight :D"]
Diakhir, hari ini adalah hari penutupan. Karena SOS Profesional ada pelatihan BTCLS di kota lain. Sore ini para pelatih harus pulang. Pak Arief mempresentasikan evaluasi tentang pelatihan hari ini. Alhamdulillah, seluruh peserta di anggap kompeten dalan penanganan Basic Cardiac Life Support, setelah melakukan berbagai penilaian terhadap pengetahun, skill dan lain sebagainya, eh ya, termasuk simulasi kemarin pun dianggap penilaian oleh pelatih. “Dengan tanggap kurang lebih 23 detik adalah waktu yang luar biasa sigap,” tutur Pak Arief.
[caption id="attachment_339326" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. Ini yang dinilai saat simulasi nyata kemarin hehe, 23 detik bray :D"]