[caption id="attachment_368529" align="aligncenter" width="411" caption="sumber foto: www.asiancancer.com"][/caption]
2 Februari 15
Senin! Senin memulai hari dengan berbagai kesibukan. Salah satu rutinitas sebagai perawat. Mendapat shift pagi pula. Seperti sudah menumpuk tugas, pasien pun bertumpuk. Karena hanya dokter yang berhak memulangkan atau meneruskan terapi. Sesuai kebutuhan pasien itu sendiri.
Beberapa ruangan menjadi tanggungjawabku.ada enam orang pasien yang harus aku pantau. Aku visitkan dengan para dokter. Baik itu dokter umum maupun dokter spesialis. Pasien sedang ramai-ramainya. Tak heran jika beberapa pasien yang menerima dan sudah dijelaskan, menerima keadaan untuk tidur di lorong menggunakan tempat tidur sederhana untuk sementara waktu.
Hari itu setelah visit dokter, ada berbagai intruksi yang harus dilakukan perawat. Salah satunya untuk rontgen thorax seorang anak. Yang sudah batuk-batuk beberapa minggu. Si anak ditunggui oleh ayahnya dan adiknya yang kira-kira berusia 2 tahun. Pasien itu sendiri usianya 5 tahunan. Saat itu pasien harus di foto thorax. Sedangkan ayahnya masih keluar fotokopi.
Si adik mungil aku beri pengertian untuk bersabar menunggu di tempat tidur, karena ibunya juga sedang keluar dan sebentar lagi kembali. Tadinya mau dibiarkan ikut saat foto thorax, tapi takut merepotkan saat akan di foto thoraxnya. Maka si adik kecil duduk sendirian diatas tempat tidur. Aku melakukan berbagai tindakan yang menyangkut keperluan pasien.
Beberapa saat kemudian, saat aku kebelakang dan mendapati si anak tidak ada di tempat tidur. Merasa bertanggungjawab sekaligus takut si anak hilang. Akhirnya aku cari si adik itu. masih memluk catatan perkembangan para pasienku. Sambil mata menyapu bersih sekitar, siapa tau ada diruangan pasien lain, ternyata tidak ada. lalu ruangan kedua yang aku datangi adalaah ruko nya para koas. Disana para koas sedang istirahat. Dengan agak panik aku bertanya kepada para kakak disana.. “Kak.. liat anak kecil umur 3 tahunan pake rok hitam gak? Dia keluarga pasien, sendirian sekarang kok gak ada ya? Liat gak?”
“Ha?” sontak para koas bengong bingung.
“Dipanggil aja kak, pake halo-halo..” saran Kak Mayang dengan wajah polosnya. Etdaah. Apa jadinya kalo pake halo-halo mencari anak kecil yang aku sendiri gak tau nama anak itu siapa -_-
Aku kedepan ruangan. ternyataaaa diujung sanaaaa. Aku melihat seorang anak yang berjalan sambil menangis sesenggukan seperti iklan lagu mellow sedang berjalan. Beberapa keluarga pasien yang ada di koridor itu juga melihat si anak. Karena jalan sendirian sambil menangis. Keluarga pasien yang melihat anak itu lalu melihatku. Mungkin dipikiran mereka “Ada apa ini, kok perawat ngejer-ngejek anak kecil itu..”
“Anak hilang ya Sus?” tanya keluarga pasien yang tak aku kenal itu. “Bukaaan bu.. ini keluarga pasien, dia sendirian.. hehe..” kemudian aku gapai tangan mungil si anak berkulit sawo matang itu. tak boleh lepas lagi. Masuk kedalam ruangan, aku duduk kan kembali diatas tempat tidur kakaknya. Tapi, dia masih menangiiiis -_- tangisnya lebih besar lagi. Karena memang dia sendiri saat itu, orangtuanya belum datang. di kejauhan, disudut lorong aku melihat seseorang dengan kursi rodanya. Yaaak! Itu dia kakaknya, yang sudah selesai di foto thorax. Alhamdulillah sudah kembali. “Naaaah itu deh kakaknyaa..” ucapku girang. Si kakak sudah datang, masih dengan kondisi lemas dan terduduk.
Si adik masiiih saja menangis, memanggil ayahnya. Aku bilang pada si kakak itu.. “Dek, adiknya di diamkan gih, diajak main yaa, biar gak nangis lagi..” tutur ku seramah mungkin. Supaya aura keibuannya keluar. Apa respon si kakak?
Puk..puk..puk.. si kakak menepuk pundak si adik yang sedang manangis, harapannya mungkin supaya adiknya diam dan tidak memangis, tapi tetap aja dia menangis. Lalu beberapa lama kemudian, keluarga pasien itu datang. Ibunya yang datang. Si anak langsung diam setelah ada ibunya.
Tadinya suara lorong makin berisik karena adanya anak yang menangis itu, sampai aku ditegur oleh kakaknya, di jahilin sama koas sampai mereka bilang “Kak, tanggung jawab tu anak lu nangis...”
“Haaah, engga kok, tuh akhirnya dipertemukan sama ibunya...”
“Hahaha emangnya tali kasih kak...” ucap koas sambil tertawa-tawa.
Inti dari segala inti adalah... Jangan membawa anak yang berada dibawah 12 tahun. Karena selain adanya faktor infeksi karena imun anak masih lemah,namun ada juga fungsi untuk menjaga ketertiban bersamaaa. Banyak suara menangis di ruangan anak ini, karena dipasang infus, karena di ambil darah untuk periksa lab, atau akan di injeksi obat. Tapi jangaaan ada keluarga pasien yang menangis, karena mencari.. “Bapak mana-bapak mana yaaa ” :”)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H