Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Klarifikasi Isu Kudeta AHY, Antara Salah Alamat dan "Playing Victim"

2 Februari 2021   14:17 Diperbarui: 2 Februari 2021   14:56 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dilakukan AHY terkesan hanya mencoba menaikkan elektabilitas partai dan elektabilitas dirinya sendiri lewat cara-cara lama "Playing Victim" yaitu membuat seakan-akan partai dan dirinya dizolimi pemerintah yang sedang berkuasa. Dengan tujuan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat Indonesia, terhadap partainya dan dirinya juga.

Ketua Umum Partai Demokrat sebelumnya, SBY, pernah memainkan cara yang sama dan cara itu terbukti manjur mendapatkan simpati dari masyarakat Indonesia. Bahkan dalam pilpres, SBY berhasil mengalahkan Megawati Soekarnoputri, petahana sekaligus sosok yang dituduh mendzaliminya.

Tak tanggung-tanggung, SBY juga berhasil menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia hingga dua periode (2004-2009, 2009-2014). Sekaligus sukses mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat yang baru didirikannya pada 9 September 2001.

Dari perolehan 7,45 persen suara (57 kursi di DPR)  pada Pemilu 2004 kemudian naik tajam menjadi 20,4 persen suara (150 kursi di DPR) pada Pemilu 2009, tetapi kemudian turun menjadi 10,19 persen suara (61 kursi di DPR) pada Pemilu 2014 dan 7,77 persen suara (54 kursi di DPR) pada Pemilu 2019.

Mungkin cerita bertajuk "didzolimi" penguasa inilah yang sedang ingin diulang AHY. Dan diapun sampai-sampai melibatkan Presiden Jokowi dalam "agendanya". Agar pada Pemilu 2024 perolehan suara dan kursi Partai Demokrat dapat terdongkrak kembali, dan kelak dia pun dapat mengulangi Ketua Umum Partai Demokrat sebelumnya, menjadi Presiden Republik Indonesia untuk 2 periode berturut-turut.

Sumber: CNN Indonesia, JPNN, detikcom, Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun