Hanya beberapa hari setelah Joe Biden dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat menggantikan Donald Trump, Riyadh ibu kota Arab Saudi diguncang ledakan keras.Â
Ledakan tersebut diduga berasal dari serangan rudal pemberontak Houthi di negara tetangga Yaman yang berjarak sekitar 435 mil atau 700 kilometer dari ibukota Riyadh.
Tetapi Houthi membantah bertanggungjawab. Kemudian sebuah kelompok tak dikenal yang menamakan diri Alwiya Alwaad Alhaq mengeklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, sebagaimana dilansir Reuters.
Arab Saudi sudah berulang kali diserang rudal dan pesawat tak berawak, bahkan tiga hari sebelumnya Arab Saudi berhasil mencegat proyektil yang ditembakkan di atas ibukota Riyadh.
Arab Saudi menjadi target serangan pemberontak Houthi sejak 2015 karena Arab Saudi telah memimpin intervensi militer terhadap Houthi sebagai bentuk dukungan terhadap Yaman.
Apakah ada hubungan pergantian presiden di Amerika Serikat dengan serangan Houthi ke Riyadh? Yang jelas pada Senin (21/1/2021) Pemerintahan Biden baru saja membekukan sanksi atas kesepakatan dengan Houthi selama sebulan.
Pertanyaannya adalah: sampai kapan perang di negara-negara Timur Tengah dan Afrika akan berakhir?
Jawabannya: tidak akan pernah berakhir. Perang harus terpelihara agar selalu ada. Ada kepentingan besar bagi negara-negara produsen senjata agar senjata mereka tetap laku.
Industri senjata sudah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan dan menjanjikan bagi negara-negara produsen senjata. Untuk itu segala skenario harus dimainkan agar suasana selalu kelihatan genting dan mencekam.Â
Keadaan chaos harus diciptakan di dalam sebuah negara atau antar negara tetangga. Agar masing-masing pihak berlomba-lomba membeli senjata, untuk sekedar jaga-jaga atau bahkan untuk menyerang lebih dulu.Â