"Tadi dibilang soal 'penumpang gelap', bukan karena kita singkirkan. Prabowo jenderal perang, Bos, dia bilang sama kita, 'Kalau diadu terus, terus dikorbankan, saya akan ambil tindakan nggak terduga.' Dia banting setir dan orang-orang itu gigit jari,"Â (Dasco dalam pemaparan survei Cyrus Network di Hotel Ashley, Jakarta Pusat)
Mengutip dari KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad berkisah soal ada penumpang gelap pada Pilpres 2019 yang kerap menyudutkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gerindra. Tetapi para penumpang gelap itu kemudian "gigit jari" karena Prabowo segera mengetahuinya dan tidak mau dimanfaatkan.
Secara eksplisit, Dasco tidak menyebutkan siapa saja nama orang, kelompok atau organisasi yang termasuk ke dalam penumpang gelap tersebut. Sehingga muncul tanda tanya, siapakah sesungguhnya yang disebut Dasco sebagai penumpang gelap?
Apakah berasal dari dalam PAN, PKS, Partai Demokrat, Partai Berkarya atau bahkan dari Partai Gerindra sendiri? Ataukah berasal pendukung organisasi non partai seperti PA 212, GNPF, FPI, GKR atau mungkinkah kelompok HTI yang sudah dibubarkan itu? Atau mungkin ada OTB (Organisasi Tanpa Bentuk) yang ingin mengacaukan Indonesia?
Tidak ingin dituding sebagai penumpang gelap, PA 212 pun menjelaskan kepada awak media. Ketum PA 212 Slamet Maarif yakin bahwa penumpang gelap yang dimaksudkan Gerindra bukan PA 212, karena menurut Maarif, PA 212 berjuang bersama Prabowo bukan untuk mencari jabatan tetapi untuk berjuang melawan kezaliman dan ketidakadilan.Â
Selamet Maarif malah menyuruh wartawan menanyakan langsung kepada Dasco, siapa sesungguhnya penumpang gelap yang dia maksud.
Dasco pun mengamini pernyataan Maarif, bahwa penumpang gelap itu bukan PA 212, bukan ulama tercinta dan bukan juga emak-emak. Lebih detail Dasco menjelaskan:
"Ya memang apa yang disampaikan PA 212 memang bukan, PA 212 kan juga banyak yang ya alumni 212 dan tentu para ulamanya, saya kan sudah bilang ada yang bilang harus yang dikorbankan emak-emak, ulama, kan Pak Prabowo nggak mau, kan Pak Prabowo cinta sama emak-emak dan ulama kan. Memang bukan mereka, memang bukan, klir,"Â tegasny
Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade juga memberikan klarifikasi, oknumnya bukan dari PA 212. Sementara Habiburrahman menjelaskan, penumpang gelap itu bukan ulama atau emak-emak. Justru menurut dia, dua elemen itu yang berpotensi dikorbankan oleh si "penumpang gelap".
Jika demikian, lalu siapakah penumpang gelap yang sengaja ingin menciptakan kerusuhan di Jakarta agar Jokowi juga disalahkan?
Sebenarnya Dasco sudah menyebutkan ciri-ciri penumpang gelap itu. Berdasarkan pernyataan Dasco yang dirangkum dari KOMPAS.com, setidaknya ciri-cirinya ada 4, yaitu:
Pertama: oknum atau kelompok yang memanasi Prabowo agar mengorbankan pendukungnya supaya negara rusuh.Â
Mungkin oknum atau kelompok yang dimaksud adalah mereka yang beraksi pada kerusuhan 21-22 Mei 2019. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, polisi telah mendeteksi 8 kelompok yang berperan merancang pecahnya kerusuhan. Lalu mungkinkah penumpang gelap itu mereka?
Kedua: oknum atau kelompok yang ingin menggelar unjuk rasa saat sidang sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK).
Setelah mendaftarkan gugatannya ke MK terkait PHPU, Prabowo menghimbau agar pendukungnya tidak menggelar aksi unjuk rasa di sekitar gedung MK. Tetapi kenyataan terdapat beberapa organisasi yang tetap melakukan aksi di sana hingga saat pembacaan hasil putusan MK, apakah yang tidak mengikuti himbauan itu merupakan penumpang gelap?
Ketiga: oknum atau kelompok yang ingin mengorbankan ulama dan emak-emak pasca putusan MK.
Setelah putusan MK masih ada oknum yang ingin memanasi Prabowo dengan mengatakan: "Pak, kalau mau rakyat marah, ulama dan emak-emak disuruh ke depan biar jadi korban, rakyat marah". Dia itukah penumpang gelap itu, dan siapakah dia?
Keempat: oknum atau kelompok yang tidak menginginkan adanya rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi pasca pilpres di MRT.
Kalau yang ini sepertinya sudah sangat jelas. Ada kelompok yang terang-terangan mengatakan kecewa terhadap keputusan Prabowo terkait rekonsiliasi. Bahkan dengan geram mereka menyebut Prabowo "penghianat" dan mereka berkata bukan bagian dari Prabowo lagi. Lalu yang itukah penumpang gelap itu?
Dasco tidak mau menyebutkan secara detail dan saya pun tidak mau berspekulasi. Silakan jawab sendiri dan agar tidak menjadi bola panas yang menggelinding teus kemana-mana seharusnya Dasco atau Gerindra harus "terus terang" dan "terang terus"
(RS)
Sumber: Kompas.com, Detikcom, dan berbagai sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H