3. Mereka yang Tidak Lagi Bersama Jokowi Pada Periode Kedua
Tidak dipakai lagi sebagai menteri pada periode kedua pemerintahan Jokowi sebenarnya merupakan hal biasa dan sama sekali bukanlah aib. Bahkan pernah menduduki jabatan menteri sekalipun hanya satu tahun, dua tahun atau satu periode, bukankah itu sebuah pencapaian prestasi yang sangat membanggakan?
Beberapa alasan yang mungkin mengapa Jokowi tidak lagi memanggil nama sang menteri itu untuk kembali lagi bergabung dalam Kabinet Kerja II, bisa saja karena kinerja menteri tersebut biasa-biasa saja tanpa ada prestasi yang menonjol selama 5 tahun menjabat.Â
Atau bisa juga karena kinerjanya memang buruk atau di bawah ekspektasi. Tetapi bisa juga karena usia sang menteri tersebut sudah tua sehingga jika tetap dipakai dikuatirkan dapat berhenti di tengah jalan karena alasan kesehatan atau karena mangkat.
Jika Anda bertanya kepada saya, siapakah kira-kira nama-nama menteri dalam Kabinet Kerja I yang tidak dipakai lagi pada Kabinet Kerja II?
Jawaban saya adalah: "banyak". Tetapi jika Anda menyuruh saya menyebutkan 6 nama saja, tanpa mengurangi rasa hormat dan menyalahi etika maka saya akan menjawab sesuai urutan yang berpeluang paling besar tidak menjabat lagi.
Yang pertama adalah Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil. Kemungkinan besar beliau ini tidak akan dipakai lagi dengan alasan: pada Kabinet Kerja I beliau digeser hingga 3 kali.Â
Jabatan pertama beliau adalah sebagai Menko Perekonomian, kemudian diturunkan menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas lalu yang terakhir sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN.
Saya yakin beliau itu digeser bukan untuk membenahi kementerian yang baru dijabat tetapi karena gagal pada kementerian yang dijabatnya sebelumnya. Bahkan Jokowi pernah mengancam akan memecat Sofyan Djalil jika gagal memenuhi target penerbitan dan pembagian sertifikat tanah kepada masyarakat.
Yang kedua adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Kegaduhannya dengan Dirut Perum Bulog Budi Waseso yang sempat mengumpat karena masalah impor beras, bisa saja menjadi gambaran awal kinerja Enggartiasto yang dinilai kurang bagus.Â
Menurut saya diperlukan sosok menteri perdagangan yang lebih tegas terutama terkait masalah impor, apakah barang-barang atau komoditas tersebut benar-benar diperlukan atau hanya untuk kepentingan importir saja sehingga harus dipaksakan sekalipun tidak mendesak.
Yang ketiga adalah Menpora Imam Nahrawi. Sebenarnya kinerja beliau ini membenahi Kemenpora terbilang bagus. Terutama saat penyelenggaraan Asian Games ke-18 dan Asian Para Games, Jakarta-Palembang yang menuai sukses besar dari segi penyelenggaraan dan prestasi Indonesia berhasil yang menduduki 4 besar.
Tetapi posisinya sebagai saksi dalam kasus suap dana hibah di tubuh KONI membuat nama beliau agak tercoreng. Apalagi ketika KPK mengultimatum beliau karena tidak hadir pada pemanggilan pertama.
Yang keempat adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin. Sebenarnya saya kagum dengan kinerja beliau termasuk dalam pembenahan masalah penyelenggaraan haji yang selama ini kerap bermasalah.
Tetapi sangat disayangkan kasus jual-beli jabatan di kementerian yang beliau pimpin yang melibatkan Romahurmuziy, benar-benar membuat nama beliau menjadi tercoreng dan seakan-akan Kemenag tidak bersih dari kasus korupsi.
Yang kelima dan keenam adalah Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Sebenarnya menurut saya kinerja kedua menteri ini terbilang bagus. Tetapi mengingat usia Pak Darmin yang sudah mencapai 70 tahun dan Pak Ryamizard yang menginjak 69 tahun maka kemungkinan besar mereka berdua akan diistirahatkan.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H