Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Napi Koruptor Bebas Nyaleg, Mengapa Engkau Biarkan Ibu Pertiwi Menangis?

15 September 2018   16:37 Diperbarui: 15 September 2018   16:58 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kulihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matamu berlinang

Mas intanmu terkenang

***

Hutan gunung sawah lautan

Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang susah

Merintih dan berdoa

***

Kulihat ibu pertiwi

Kami datang berbakti

Lihatlah putra-putrimu

Menggembirakan ibu

***

Ibu kami tetap cinta

Putramu yang setia

Menjaga harta pusaka

Untuk nusa dan bangsa

***

(Ibu Pertiwi, Cipt. Ismail Marzuki

Hai, Ibu...! Mengapa engkau terus bersusah hati? Mengapa air matamu terus berlinang dan tiada kunjung berhenti? Mengapa engkau terus merintih dalam doa yang tiada putus-putusnya? 

Tidak adakah putra dan putrimu yang yang berbakti kepadamu? Tidak adakah putra dan putrimu yang menggembirakan hatimu? Tidak adakah putra dan putrimu yang setia menjaga harta pusakamu?

Hai, Ibu...! Berapa lama lagi engkau terkenang atas mas-intanmu yang dikeruk habis oleh para koruptor biadab itu? Berapa lama lagi engkau menyaksikan simpanan kekayaanmu itu dari gunung, dari sawah dan dari lautan dicuri habis oleh para koruptor jahanam itu?

Tidak ada lagikah putra dan putrimu yang yang berbakti kepadamu? Tidak ada lagikah putra dan putrimu yang menggembirakan hatimu? Tidak ada lagikah putra dan putrimu yang setia menjaga harta pusakamu?

Hai para koruptor...! Mengapa engkau tega membuat Ibu Pertiwi menangis? Durhakakah engkau?

Hai Bawaslu mengapa engkau membuat Ibu Pertiwi bersusah hati? Tidak punya hatikah engkau?

Hai Mahkamah Agung...! Mengapa engkau membuat Ibu Pertiwi merintih? Berpihak kepada penghianatkah engkau?

Hai para pembuat undang-undang mengapa engkau membuat Ibu Pertiwi meraung kesakitan siang dan malam? Buta dan tuli kah engkau?

Sejak zaman dahulu kala sebelum merdeka, Ibu Pertiwi tidak pernah berhenti bersusah hati, menangis dan merintih melihat penjajah memperbudak rakyat dan mengeruk habis mas-intan dan kekayaan dari gunung, sawah dan lautan.

Hingga kemudian doa Ibu terjawab, penjajah itu pun pergi, angkat kaki meninggalkan negeri ini. Dan ibu berharap mas-intan dan kekayaan dari gunung, sawah dan lautan akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan putra dan putri ibu,

Tetapi lihatlah apa yang kemudian terjadi! Koruptor itu lebih kejam dari penjajah. Koruptor itu lebih biadab dari penghianat. Koruptor itu lebih jahanam dari iblis bertanduk tujuh.

Hai Ibu..., Berapa lama lagi engkau menangis? Masih adakah putra dan putrimu yang peduli kepadamu?

(RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun