Istilah surgawi dan nerokowo yang dilontarkan Farhat Abbas, relawan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, viral di media sosial. Namun, istilah yang ditujukannya kepada lawan politik Jokowi, dikritik oleh tim kampanye, dan Farhat Abbas ditegur. (tribunnews.com, 13/9/2018)
Farhat Abbas bukannya menerima teguran tersebut tetapi dia malah ngeyel dengan menyebutkan bahwa dirinya bukan orang sembarangan. Lewat status Instagramnya, @farhatabbastv226, Farhat Abbas menantang teman-temannya sesama tim sukses agar jangan menyudutkannya:
"Dan juga, ya ini, tim sukses kita ini juga jangan menyudutkan saya, karena saya bukan orang sembarangan, karena saya bukan sembarang lepas kata. Kalau kalian punya ilmu, punya pintar, kemudian punya etika, menegur saya dengan cara yang terhormat, kalian akan mengerti makna dan kata dari fanatisme saya terhadap Jokowi," bebernya.
Farhat Abbas menilai apa yang dikatakannya sangat tepat, mengingat relawan Jokowi-Ma'ruf Amin seringkali difitnah dan dibully. Sehingga, menurutnya tim pemenangan Jokowi harus membalas apabila tidak ingin tenggelam. (tribunnews.com, 13/9/2018)
Saya pikir apapun alasan Farhat untuk membenarkan pernyataannya, apakah atas nama fanatisme terhadap Jokowi atau sebagai balasan terhadap mereka yang suka mem-bully Jokowi-Ma'aruf agar tidak tenggelam, semuanya itu hanya kamuflase dan sama sekali tidak bisa diterima.
Pernyataan-pernyataan yang memprovokasi dengan isu SARA seperti itu, Farhat Abbas jelas merendahkan dan menenggelamkan Jokowi-Ma'aruf dan memberi ruang kepada pihak lawan untuk meminta pembenaran kepada masyarakat. Narasi Jokowi-Ma'aruf, sama sekali tidak terpancar dari perkataan-perkataan yang demikian.
Pernyataan Farhat di media sosial Instagram yang meminta kepada teman-teman tim sukses yang punya ilmu, punya pintar dan punya etika agar tidak menyudutkannya dan agar menegurnya dengan cara yang terhormat karena dia bukan orang yang sembarangan melepas kata, juga menunjukkan bahwa Farhat bukan orang yang beretika.
Seharusnya jika Farhat tidak terima atas teguran teman-temannya, akan lebih bijaksana jika dia tidak menyampaikannya lewat media sosial. Hal ini menunjukkan seakan-akan adanya ketidaksolidan dalam tim sukses Jokowi-Ma'aruf, dan kesan seperti ini harus segera dihapus dari tim sebelum melebar kemana-mana.
Tim sukses juga seharus tahu latar belakang Farhat Abbas sebelum didaftarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi bakal calon anggota legislatif DPR RI pada Pemilu Legislatif 2019. Farhat mengaku, sebelum berlabuh ke PKB, dirinya lebih dulu melamar ke Partai Gerindra, tetapi karena tidak direspon dia maju lewat PKB. (Kompas.com, 18/7/2018)Â
Jika Farhat ingin melampiaskan kekecewaannya terhadap penolakan Gerindra terhadap dirinya sebagai caleg, lewat keberadaannya sekarang sebagai anggota tim sukses Jokowi-Ma'aruf, jelas sudah salah tempat dan dapat berakibat fatal.
Sebagai pengacara kontroversial yang menganggap dirinya sebagai selebritis, saya pikir Farhat Abbas adalah seorang oportunis, yang semata-mata hanya hendak mengambil keuntungan diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip-prinsip tertentu.