Membicarakan nama Ahok sepertinya tidak akan pernah ada habisnya. Ahok dengan segala "tingkah-aneh"nya yang selalu menuai kontroversi, selamanya akan diingat dalam sejarah perkembangan kepemimpinan di Indonesia dari generasi ke generasi.
Entahlah beliau diingat sebagai seorang pemimpin yang berintegritas; tegas, berani, bersih, transparan dan antikorupsi. Atau sebaliknya hanya dikenang sebagai pemimpin kafir yang suka memaki dengan bahasa kasar yang tidak santun.
Atau yang lebih parah lagi mungkin bagi sebagian orang, Ahok akan lebih diingat sebagai penista agama terkait dengan ucapan beliau di Kepulauan Seribu 27 September lalu. Ahok dianggap menyitir Surat Al Maidah ayat 51 yang kemudian menjadi viral karena cuplikan videonya diunggah Buni Yani ke media sosial dengan judul: "PENISTAAN TERHADAP AGAMA?"
Akibatnya Ahok harus didemo berjilid-jilid lewat Aksi Bela Islam. Dan diantaranya yang paling akbar adalah aksi 212 (Jilid lll) di Monas yang dihadiri sekitar "7,5 juta" pendemo, dengan tuntutan agar Ahok segera diberhentikan dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dan Ahok diminta agar segera ditahan akibat perbuatannya tersebut.
Dan endingnya adalah, Ahok harus mengalami treble loses, yaitu dinonaktifkan sebagai Gubernur DKI, kalah dalam Pilkada DKI 2017 dan yang terakhir adalah Ahok harus mendekam di penjara Mako Brimob Kelapa Dua selama dua tahun penjara karena terbukti melanggar Pasal 156a KUHP tentang penodaan agama.
Terlepas dari semua kontroversi tersebut, bagi banyak pendukung yang menyatakan diri sebagai Ahokers, Ahok tetaplah dianggap seorang pahlawan pembela kebenaran. Yang tak kenal menyerah, berjuang melawan mafia anggaran yang selalu mengintai duit rakyat, seperti kucing mengintai tikus.
Dan Ahok juga dianggap sebagai tipe pemimpin yang menegakkan disiplin yang sangat tinggi dan menuntut kinerja yang super dari seluruh jajarannya. Para pegawai di Pemprov DKI "dipaksa" untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.Â
Pada masa kepemimpinan beliau, tidak ada istilah "pungli" atau pegawai "makan gaji buta" di lingkungan Pemprov DKI. Dan jika ketahuan, tentulah disikat habis oleh Ahok. Mulai dari semprotan yang sangat pedas hingga tindakan pencopotan.
"Hal inilah yang membuat sebagian kecil pegawai di lingkungan Pemprov DKI merasa tidak nyaman dengan kepemimpinan beliau. Apalagi dengan para mafia anggaran yang tidak bisa bergerak karena ketatnya pengawasan? Dan diciptakanlah segala upaya dan skenario untuk menjatuhkan Ahok?", kata seorang Ahokers.
Pertanyaannya adalah: Apakah sosok seperti Ahok masih dibutuhkan di negeri ini? Dan jika dibutuhkan, seberapa pentingkah sosok seperti Ahok untuk Indonesia?
"Ahok tidak dibutuhkan di negeri ini. Dia adalah seorang penista agama", kata sebagian yang merasa dirugikan dengan keberadaan Ahok.