(Dok : JatengTribunnews.com)
Dikutip dari TRIBUNJATENG.COM (27/7/2018), Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Effendi Simbolon membeberkan jika empat partai politik yakni Demokrat, PAN, PKS, Gerindra telah kompak mengusung Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pasangan calon presiden-wakil presiden pada pemilu 2019 mendatang.
Effendi menyebutkan bahwa sumber informasinya A1 alias akurat. Tetapi ketika nama sumber berita tersebut ditanyakan, Effendi enggan menyebutkannya dan malah menyuruh awak media mengecek sendiri asal berita tersebut.
Benarkah apa yang dikatakan Effendi Simbolon? Ataukah dia hanya sedang kepo dengan maksud memancing koalisi Gerindra-Demokrat-PAN-PKS agar bereaksi membuat sanggahan seperti SBY menanggapi komentar Romahurmuziy dan Ali Mochtar Ngabalin?
Ataukah memang koalisi Gerindra-Demokrat-PAN-PKS sengaja menyuruh seorang informan untuk menyampaikan hal tersebut ke Effendi Simbolon agar disampaikan publik untuk melihat reaksi masyarakat, sebelum pasangan tersebut benar-benar dideklarasikan?
Atau benarkah prediksi banyak pengamat yang mengatakan bahwa Prabowo tidak bakal maju sebagai capres tetapi hanya memposisikan diri sebagai King Maker dengan berbagai macam pertimbangan?
Tetapi terlepas dari semua kemungkinan tersebut, jika Anies-AHY benar-benar dideklarasikan sebagai pasangan Capres-Cawapres untuk berduel melawan Jokowi dan pasangannya, misalkan sebutlah dengan Mahfud MD, maka saya pikir hanya keajaibanlah yang dapat memenangkan pasangan Anies-AHY.
Saya tidak katakan Anies-AHY "tidak mungkin" menang seperti yang dikatakan Fahri Hamzah terhadap Jokowi, tetapi peluang mereka berdua itu untuk menang terlalu sehingga hanya keajaibanlah yang dapat menolong mereka.
Hal itu bukan tanpa alasan. Rekam jejak Anies-AHY yang belum menunjukkan prestasi nyata dalam memimpin sebuah daerah, kementerian atau kemiliteran. Apalagi diberikan tanggung jawab untuk memimpin negara sebesar Indonesia?Â
Dari segi usia pun mereka belum cukup matang untuk memimpin sebuah negara. Saya pikir mereka perlu menunjukkan tanggung jawab dan prestasi dalam jabatan yang lebih rendah sebelum kemudian mencoba jabatan yang lebih tinggi. Tetapi untuk jabatan presiden, saya pikir sama sekali bukan jabatan coba-coba. Hal itu menyangkut keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Siapakah Anies-AHY?