Dilansir dari Tempo.co (25/7/2018), Fahri Hamzah mengatakan dirinya punya perasaan yang sangat kuat bahwa Joko Widodo atau Jokowi "tidak mungkin" memenangkan pemilihan presiden 2019 nanti.
Fahri mengatakan bahwa pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Selasa, 24 Juli 2018 malam memperkecil kemungkinan Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019.
Saya pikir pendapat Fahri yang didasarkan pada "perasaannya yang sangat kuat" tersebut sah-sah saja. Setiap orang boleh-boleh saja beropini, baik berupa prediksi yang dibarengi dengan analisis yang subjektif yang bertujuan untuk meyakinkan kemenangan pilihannya.
Tetapi memvonis salah satu kandidat "tidak mungkin" menang adalah sebuah bentuk kepanikan dan kekeliruan besar yang kemudian berusaha "diolah" menjadi sebuah improvisasi berbentuk propaganda untuk menghibur diri sendiri dan pendukung jagoannya.
Setiap kandidat tentu mempunyai peluang atau "kemungkinan" untuk menang. Masalah besar-kecilnya, itu kemudian bergantung pada mesin partai koalisi dan kelihaian tim sukses masing-masing dalam merebut hati rakyat pengguna hak pilih termasuk dalam menentukan cawapres.
Jika Fahri menjagokan Prabowo akan menang di Pilpres 2019 nanti, hal itu sangat wajar dan logis karena memang dari awal Fahri berada di kubu oposisi pimpinan Prabowo. Maka segala macam cara akan dilakukan Fahri untuk memenangkan Prabowo.
Masalahnya sekarang adalah jika koalisi Gerindra-Demokrat ditambah PAN dan PKS benar-benar terbentuk dan Prabowo ditetapkan menjadi capres, pertanyaannya adalah: "Siapakah nantinya yang akan menjadi pendamping Prabowo?"
Saya pikir memilih cawapres yang tepat untuk Prabowo adalah sesuatu hal yang sangat-sangat sulit bahkan lebih sulit dari membentuk koalisi itu sendiri. Lebih sulit dari mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Juga seperti menggunting dalam lipatan. Pat gulipat, salah gunting semua lipatan robek terpisah.
Dan saya pikir jika Prabowo dan partai koalisinya harus lebih berhati-hati. Dan jika tidak ingin kelar lebih awal maka sebaiknya 4 nama ini jangan pernah dipasangkan dengan Prabowo tetapi sebaliknya lebih baik dihindari demi persaingan yang lebih seimbang. Siapakah mereka?
Yang pertama adalah Amien Rais. Sekalipun seandainya Amien Rais rela "merendahkan dirinya" turun tahta dari keinginan untuk capres menjadi cawapresnya Prabowo tetapi sebaiknya Prabowo dan koalisinya sebaiknya jangan pernah memilih Amien Rais menjadi cawapres.
Menurut analisis saya Amien Rais memiliki reputasi yang kurang baik bahkan di mata pendukung dan simpatisan PAN sendiri, apalagi dalam pandangan partai koalisi seperti Partai Demokrat dan PKS?