Selama ini saya mempunyai pemahaman yang salah mengenai hal "mengendalikan diri". Saya pikir "mengendalikan diri" hanya sekadar "menahan diri" atau "menghentikan diri" dari berbagai macam "hawa nafsu" sehingga tidak "menabrak" (melanggar) aturan atau rambu-rambu lalu jatuh ke dalam jurang permasalahan yang dalam, yang merugikan diri-sendiri  dan orang lain.
Dulu saya berpikir, untuk mengendalikan sebuah kendaraan seperti sepeda motor dan mobil hanya diperlukan "rem" untuk mengatur irama kecepatan, memperlambat atau menghentikan laju kendaraan mana kalau diperlukan agar terhindar dari kecelakaan.
Sampai suatu saat saya diingatkan Pdt. Dr. Eastus Sabdono melalui khotbahnya. Mengendalikan diri tidak sama dengan menge-"rem" diri. "Mengendalikan diri" berarti "mengarahkan diri", pemikiran dan perbuatan agar tetap melaju di jalan yang benar sesuai aturan dan rambu-rambu yang telah ditetapkan.Â
Ibarat "setir" atau kemudi dalam sebuah kendaraan yang berguna sebagai kendali. "Rem" memang sangat diperlukan untuk menghentikan kendaraan pada saat-saat tertentu tetapi "setir" diperlukan untuk mengarahkan kendaraan ke arah yang yang hendak dituju.
Mengendalikan diri tidak berarti harus diam (statis) agar tidak menabrak. Tetapi juga dapat terus melaju (dinamis) sesuai dengan aturan dan rambu-rambu, menghindari lubang-lubang dan lumpur hidup, menuju tempat yang dituju.
Setir atau kemudi harus terus diarahkan ke posisi yang benar sesuai dengan peta atau kompas. Dan diselaraskan dengan "gas", "persneling" dan "rem" sehingga didapatkan laju kendaraan dengan irama yang membawa kepada gairah kehidupan yang menuju kepada tujuan.
Agar seorang pengemudi dan penumpang tiba dengan selamat ditempat tujuan, tidak mengalami kecelakaan atau tersesat di jalan berliku maka pengemudi harus mengetahui peta perjalanan dan memahami aturan dan rambu-rambu yang ditetapkan.
Jika tidak, alamat tidak akan jelas dan kita tidak akan pernah sampai ke langit baru, bumi baru, Yerusalem baru yitu sorga yang kekal. Inilah tujuan kita.
B'lakang langit biru ada mahkotaku
B'lakang langit biru sana kurindu
Kulihat wajahNya Yesus Pelepasku
B'lakang langit biru sana
Mazmur 119:105 (TB) Â Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
http://www.bibleforandroid.com/v/f549c8eb196d
Yakobus 3:3-4 (TB) Â Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.