Dan akhirnya kamipun bersahabat dengan akrab. Bahkan lebih akrab dari dua orang bersaudara. Jauh lebih akrab dari teman seagama dan sesuku. Bahkan persahabatan itu tidak hanya terbatas antara kami berdua. Juga antara keluarga, antara istri dan anak-anak kami.
Ketika kami asyik bercerita dan waktu shalat tiba, saya mengingatkan beliau untuk shalat. Dan beliau pun merasa senang diingatkan demikian. Masih sangat banyak lagi cerita persahabatan kami yang tidak diceritakan disini. Intinya adalah perbedaan agama, suku, budaya, adat-istiadat, dsb, tidak menghalangi kita untuk bersahabat sepanjang kita dapat menerima perbedaan itu sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H