Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Renungan Hidup] Jangan Mengajari dan Mengatur Tuhan!

9 Mei 2018   12:07 Diperbarui: 9 Mei 2018   12:18 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : dreamstime.com

"TUHAN....! TUHAN sudah salah, seharusnya TUHAN berbuat begini... sepaya begini... lalu begini... maka akan begini... sehingga semuanya akan lebih baik dan tidak akan terjadi seperti ini. Kalau memang TUHAN 'tidak mau' atau 'tidak sanggup' melakukan seperti yang aku mau maka aku akan melakukannya sendiri dengan caraku"

Jika kita mendengar orang lain berdoa seperti ini maka dengan spontan kita akan emosi dan marah. "Siapa loe berani-beraninya 'mengajari' dan 'mengatur' TUHAN? Apa hebatnya loe sehingga loe 'memaksa', TUHAN?"

Tapi sadarkah kita bahwa dalam perilaku kita sehari-hari sering melakukan kesalahan-kesalahan seperti itu? Kita sering 'memaksa' TUHAN, kita sering 'mengajari' TUHAN, kita sering 'mengatur' TUHAN dan kita memerintah TUHAN untuk tunduk kepada aturan yang kita buat.

TUHAN adalah pencipta dan penguasa alam semesta dan kita adalah salah satu dari sekian juta milyar ciptaanNya. Dari sekian banyak ciptaanNya, manusia adalah ciptaan yang paling sempurna sebagai ciptaan walaupun manusia itu sendiri tidak ada yang sempurna. TUHAN begitu mengasihi kita walaupun sebenarnya kita berasal dari debu.

Kita harus tunduk sepenuhnya kepada TUHAN semesta alam, mengikuti aturanNya bukan aturan kita. Mengikuti kehendakNya bukan kendak kita. Belajar dari perintah-perintahNya bukan membuat perintah kita sendiri.

Jangan kehendakku ya TUHAN tetapi kehendakMu lah yang jadi.

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal"

Pancur-Lingga Utara, 11/05/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun