Dilansir dari Media Indonesia (Minggu, 08/04/2018), dr. Terawan sedang berada di Jerman. dr. Terawan menyatakan tengah memenuhi undangan RS terkenal di Jerman sekaligus menunjukkan kemampuan dan kepakaran dokter Indonesia.
"Saya masih di Jerman, Mas. RS Kraukenhause di Jerman mengajak riset bersama," ungkap dr Terawan menjawab Media Indonesia melalui pesan Whatsapp, Minggu (8/4) petang.
"Ya, sekalian menunjukkan kesejajaran ilmu orang Indonesia dengan teman-teman di Jerman. Jangan sampai kami di Indonesia hanya dianggap main ngeyel saja dan tidak ilmiah. Sedangkan negara lain sangat menghargai. Kalau bisa nangis saya nangis tenan karena sedih," cetusnya.
Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prijo Sidipratomo mengungkapkan, pemberhentian sementara dilakukan karena Terawan dianggap melakukan pelanggaran kode etik kedokteran.
"Pelanggaran kode etik itu yang pasti kami tidak boleh mengiklankan, tidak boleh memuji diri, itu bagian yang ada dalam peraturan etik. Juga tidak boleh bertentangan dengan sumpah doker," ujar Prijo dalam wawancara yang ditayangkan Kompas TV, Selasa (3/4/2018).
Tentu saja yang paling dirugikan dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Penghargaan yang rendah terhadap sebuah penemuan dan bahkan mencurigai keabsahannya atas nama kode etik yang sarat dengan iri hati dan dengki adalah pembunuhan karakter bagi seorang ilmuwan dan penemu. Hal inilah yang sedang dialami oleh dr. Terawan.
Kita lihat saja perkembangan selanjutnya. Metode Digital Substraction Angiography (DSA) atau Metode Cuci Otak yang ditemukan dokter Terawan Agus Putranto sebentar lagi akan dikenal dunia sebagai penemuan bangsa Jerman. Para orang-orang besar akan berduyun-duyun datang ke Jerman untuk berobat sementara IDI akan menonton terpelongo sambil terus membuka-buka "kitab kode etik" sambil berusaha menambah pasal-pasal yang membunuh kreatifitas periset sambil berkata: "kode etik lebih penting dari segalanya, bahkan dari nyawa sekalipun".
(RS)